x

Iklan

Nafa Rabiatun Putri

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 Januari 2022

Selasa, 18 Januari 2022 06:50 WIB

Upaya Mengatasi Ketidakseimbangan Metode Belajar Pada Masa Pandemi Covid 19

Kuliah Hybrid Ala Unisa Yogyakarta di Masa Pandemi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh : Nafa Rabiatun Putri, Nim 2010201146, Prodi S1 Ilmu Keperawatan, Unversitas 'Aisyiyah Yogyakarta

 

Sejak awal munculnya, virus corona ini telah menelan banyak jiwa. Akibatnya, beberapa negara di dunia menerapkan sistem lockdown. Begitu pula negara indonesia. Selama masa pandemi, pemerintah telah menerapkan kebijakan lockdown di beberapa daerah atau provinsi. Pandemi covid-19 ini berdampak signifikan terhadap prekonomian negara dan sektor lainnnya. Salah satunya adalah sektor pendidikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selama masa pandemi, pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengatur sistem pendidikan secara lebih lanjut. Kebijakan tersebut adalah mewajibakan peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran secara daring. Dengan adanya kebijakan tersebut, tentu saja akan ada banyak hal yang harus dipersiapkan oleh berbagai pihak, untuk menunjang keberlangsungan proses pembelajaran secara online/daring.  Selain itu, adanya perombakan dalam sistem pendidikan ini, mengakibatkan para peserta didik, pendidik, serta tenaga kependidikan harus melewati masa transisi, dari proses pembelajaran tatap muka  ke pembelajaran virtual atau daring.

Namun, seiring berjalannya waktu pada saat kasus pandemi ini sedang menurun peningkatannya, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yaitu pembelajaran hybrit yaitu pembelajaran campuran, dimana sebagian di online (daring) kan dan sebagian di offline ( tatap muka ), hybrid learning namanya. Situasi pandemi membuat pemanfaatan teknologi semakin maksimal di dunia pendidikan. Baik untuk pembelajaran daring maupun hybrid learning atau blended learning yang rencananya akan diterapkan di tahun akademik 2021/2022 dan sudah mulai berjalan. Blended learning mulai diterapkan ketika kasus Covid-19 sudah menurun di Indonesia. Sebagian besar sekolah dan Kampus di Indonesia sudah menggunakan metode tersebut, seperti salah satu Kampus Swasta terbaik di Yogyakarta yaitu Unversitas 'Aisyiyah Yogyakarta.

Pada masa pandemi saat ini, Unversitas 'Aisyiyah Yogyakarta menetapkan hybrid learning. Ini adalah metode pembelajaran yang menggabungkan atau mengkombinasikan antara pembelajaran daring dengan pembelajaran tatap muka. Sehingga dalam pelaksanaannya, ada kalanya peserta didik dan tenaga pendidik bertatap muka langsung di kelas. Ada kalanya melakukan pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran hybrid sebagai salah satu pilihan dalam kondisi pencegahan penyebaran covid-19 dan menjadi salah satu mengurangi faktor ketimpangan akses belajar daring pada masa pandemic ini. Adapun prosedur pembelajaran hybrid yang diterapkan Unversitas 'Aisyiyah Yogyakarta. Kampus melakukan pembagian jadwal tatap muka dari tiap jurusan dan membagi batas waktu ketentuan pembelajaran tatap muka, pembelajaran tatap muka juga di khususkan bagi jurusan yang memiliki praktikum langsung, sehingga sedikit kemungkinan untuk dalam keramaian.

Selain itu pada saat pembelajaran offline (tatap muka) kampus juga menerapkan protokol Kesehatan yang ketat,mulai dari awal masuk di gerbang kampus harus di cek suhu dan masker terlebih dahulu, kemudian sebelum masuk ruangan mahasiswa sangat diwajibkan untuk mencuci tangan atau menggunakan handsanitizer,dan menghindari keramaian. Selain itu Unversitas 'Aisyiyah Yogyakarta, juga menerapkan metode daring yang digunakan oleh dosen untuk menyampaikan materi perkuliahan online seperti, E-learning, google clasroom, google meet, zoom, youtube, dll.

Dosen Unversitas 'Aisyiyah Yogyakarta mengisi pembelajaran yang digunakan seperti, pemaparan materi yang sesuai dengan materi yang sudah terjadwal, tugas, quiz, diskusi antar mahasiswa, dan diskusi antar dosen. Bahkan bentuk pembelajaran ini juga dapat dimaknai pembatasan akses pendidikan. Pendidikan yang lumrah berlangsung dengan interaksi langsung antar unsur (pendidik, tenaga kependidikan,  dan peserta didik) beralih menjadi pembelajaran interaksi tidak langsung. Pembatasan interaksi langsung dalam pendidikan terkadang terjadi pada situasi tertentu. Namun,tidak dalam rangka pembatasan sosial seperti yang masyarakat jalani sebagai upaya pencegahan penyebaran virus. Pembatasan ini membawa dampak positif dan negatif dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Pembatasan sosial memberi dampak pada kebijakan penyelenggaraan pendidikan, pembelajaran harus diupayakan tetap berlangsung dengan berbagai konsekuensi yang ditimbulkan. Hal ini sangat berpengaruh pada masa adaptasi akibat perubahan mekanisme dan sistem pembelajaran tersebut sehingga kampus memilih metode hybrit ini.

Adanya kebijakan untuk menerapkan hybrid kemudian mendapatkan sambutan yang beragam, ada yang pro dan kontra. Hal ini tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh model pembelajaran campuran tersebut. Dilihat dari sisi kelebihannya antara lain, Pertama, Membuka Kesempatan Bersosialisasi sebab ada kegiatan pembelajaran tatap muka secara langsung meskipun tidak penuh dalam satu minggu. Bertemu langsung, berinteraksi secara langsung, dan kemudian bisa melakukan lebih banyak hal selain dengan orang di rumah. Bersosialisasi mengasah keterampilan hidup bersosial dan bagus untuk psikis. Kedua, Pemahaman Materi Lebih Baik, pembelajaran daring memang tetap membuka kesempatan untuk bisa memahami materi pembelajaran. Namun, tidak seefektif saat mengalami pembelajaran tatap muka. Ketiga, Memberi Penyegaran. Setelah nyaris 2 tahun penuh menjalani pembelajaran daring, yang tidak hanya panen keluhan namun juga mulai terasa jenuh. Metode pembelajaran ini bisa menjadi penyegaran, agar peserta didik dan tenaga pendidik bisa menjalani rutinitas normal datang dan pulang dari kampus. Kelima, Meningkatkan Kualitas Kesehatan Fisik dan Mental, sebab tidak hanya duduk di rumah selama mengikuti kelas, namun juga sesekali ke kampus dan aktif bergerak menuju ke kelas-kelas, bertemu dengan teman sekelas dan tenaga pengajar memberi sensasi normal, dan hal ini bagus untuk kesehatan mental agar tidak mudah stres dan tertekan.

Selain memiliki sederet kelebihan, hybrid learning juga punya sejumlah kekurangan atau kelemahan. Seperti yang Pertama, Tuntutan Lebih pada Peran Orangtua, meskipun tetap melaksanakan pembelajaran tatap muka dalam beberapa hari selama satu minggu. Tetap ada masa peserta didik belajar di rumah mengikuti pembelajaran daring. Sehingga selama belajar dari rumah peran orangtua tetap dibutuhkan. Kedua, Mengalami Kesulitan dalam Mengatur Jadwal Belajar Harian. Model pembelajaran ini kemudian bisa menciptakan kesulitan dalam mengatur jadwal belajar harian. Sehingga perlu disiplin tinggi dan fokus yang tinggi juga agar bisa mengatur jadwal belajar dengan baik. Ketiga, Masih Bergantung Perangkat dan Jaringan Internet. Saat belajar di sekolah atau kampus, maka tidak perlu bergantung pada kondisi perangkat seperti komputer dan jaringan internet. Namun, jika sudah waktunya belajar dari rumah maka masih sangat bergantung dengan dua aspek tersebut. Maka ada kalanya pembelajaran menjadi kurang efektif dan bahkan susah diakses, terutama oleh peserta didik yang jaringan internetnya masih sangat buruk.

Kondisi pembelajaran pada masa pandemi harus dapat dimanfaatkan dengan perubahan pola berpikir, pola belajar, pola inteksi ilmiah yang bermakna sehingga kekakuan dalam menyikapi masa covid-19 dapat dimaksimalkan dengan produktivitas yang mencirikan kebermaknaan. Perasaan ketakutan dapat diminimalisirkan dengan optimis bahwa seluruh aktivitas tetap berlangsung dengan protokol kesehatan tatanan baru (nem normal) khususnya dalam segmen penyelenggaraan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah hingga pendidikan tinggi. Unversitas 'Aisyiyah Yogyakarta mengajak seluruh mahasiswa harus tanggap terhadap keterbatasan dimasa pandemi untuk tetap produktif dalam bidangnya dan memaknai kondisi pandemi ini sebagai bagian dari perubahan yang tetap harus mengedepankan sikap dan perilaku representatif pada tatanan baru untuk menciptakan ruang belajar bervariasi. Pada akhirnya, kajian ini menegaskan bahwa setiap perubahan dalam sistem pembelajaran dapat mendesain kondisi baru dan memiliki perbedaan dengan kondisi sebelumnya dan yang akan datang maka setiap usur terkait harus dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut untuk mewujudkan keberhasilan pembelajaran secara komprehensif.

Ikuti tulisan menarik Nafa Rabiatun Putri lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler