x

Gambar oleh jodeng dari Pixabay

Iklan

Indrato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Juli 2021

Minggu, 20 Februari 2022 11:27 WIB

Aspal Impor dan Aspal Buton Bersinergi, Mungkinkah?

Sampai sekarang Bapak Presiden Joko Widodo masih belum mampu menggantikan aspal impor dengan aspal Buton. Mengapa ? Karena Indonesia sudah sangat bergantung sekali kepada aspal impor. Masukan untuk Pak Jokowi adalah bagaimana kalau aspal impor kita sinergikan dengan aspal Buton saja? Dengan demikian tidak ada satu pihak pun yang akan dirugikan. Mekanisme permintaan pasar di dalam dan di luar negeri yang akan menentukan berapa banyak jumlah aspal yang akan diimpor . Dan berapa jumlah aspal Buton ekstraksi yang akan diproduksi. Mungkin ide “gila” ini tidak ada salahnya untuk dicoba.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa Indonesia telah mengimpor aspal sejak tahun 1980an. Jumlah aspal yang diimpor tiap tahunnya diperkirakan sekarang ini sudah mencapai sekitar 1,5 juta ton per tahun. Dan diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat di era pemerintahan Pak Jokowi dengan banyaknya pembangunan infrastruktur jalan-jalan Tol di seluruh Indonesia. Penggunaan aspal impor sejatinya adalah hal yang sudah semestinya dan tidak perlu dijadikan polemik, seandainya saja Indonesia tidak memiliki sumber daya aspal alam di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Tetapi sudah tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa aspal Buton itu adalah sumber daya alam milik Bangsa dan Negara Indonesia yang wajib kita berdayakan dan kembangkan untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan UUD 45 Pasal 33.

Rakyat Indonesia menggugat. Mengapa aspal Buton tidak dimanfaatkan untuk menggantikan aspal impor ? Jawaban pemerintah Indonesia selalu sama. Aspal Buton masih belum siap dan mampu menggantikan aspal impor dengan berbagai macam alasan yang jumlahnya sangat banyak sekali. Antara lain alasannya adalah karena harganya masih mahal, kualitasnya yang tidak konsisten, dan tidak mampu memenuhi jumlah permintaan pasar sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan banyak sekali Peraturan, Keputusan Menteri, dan Undang-undang untuk memaksa pengguna aspal menggunakan aspal Buton. Tetapi upaya ini kelihatannya masih belum juga berhasil meningkatkan penggunaan aspal buton secara nasional.

Perlu diingat bahwa aspal Buton sebentar lagi akan memperingati usia 1 abad di tahun 2024. Dan aspal Buton masih belum mampu menggantikan aspal impor. Siapakah yang harus paling bertanggung jawab atas masalah ini ? Mohon maaf. Apakah yang harus paling bertanggung jawab mengapa sudah hampir 1 abad usia aspal Buton, tetapi masih belum mampu menggantikan aspal impor adalah Bapak Presiden Joko Widodo?. Mengapa Pak Jokowi yang harus bertanggung jawab ? Karena pada awal bulan Januari 2015, Pak Jokowi sudah pernah menginstruksikan kepada semua Kementerian terkait untuk menggantikan aspal impor dengan aspal Buton. Mirisnya, sampai saat ini instruksi Pak Jokowi tersebut masih belum juga dapat terwujud. Sedangkan pemerintahan Pak Jokowi sekarang tinggal tersisa kurang dari 3 tahun lagi. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apa jalan keluar yang dapat ditawarkan kepada Bapak Presiden Joko Widodo untuk mempercepat dan mewujudkan wacana aspal Buton menggantikan aspal impor ? Kenyataan membuktikan selama ini bahwa kedudukan para importir aspal sudah sedemikian sangat kuatnya sehingga tidak mungkin mereka mau berbagi keuntungan dengan aspal Buton. Mereka sudah 40 tahun lebih mengimpor aspal, dan keuntungan yang diperolehnya sudah sangat besar sekali. Tentunya mereka tidak ingin kehilangan keuntungan yang besar ini, karena harus berbagi dengan aspal Buton. Oleh karena itu, mengapa kita tidak mencari jalan tengah “win-win solution” saja dengan mensinergikan aspal impor dengan aspal Buton untuk kepentingan aspal nasional?.

Masukan untuk Bapak Presiden Joko Widodo adalah sebagai berikut:

1. Bapak Presiden Joko Widodo mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) yang mewajibkan para importir aspal harus bekerjasama dengan para produsen aspal Buton dalam bentuk konsorsium untuk membangun Pabrik Ekstraksi Aspal Buton. Pemikiran ini sudah sejalan dengan permintaan pemerintah Indonesia untuk mewajibkan PT Freeport Indonesia untuk membangun smelter tembaga.

2. Teknologi ekstraksi aspal Buton yang mumpuni, handal, ekonomis, dan ramah lingkungan sudah ada. Dengan demikian aspal Buton yang akan diproduksi adalah aspal Buton ekstraksi. Aspal Buton ekstraksi diyakini akan mampu menggantian aspal impor. Yang dibutuhkan sekarang ini adalah para Investor untuk membangun Pabrik Ekstraksi Aspal Buton.

3. Bagaimana strategi dan prioritas pengadaan aspal impor terhadap aspal Buton ekstraksi bergantung kepada permintaan pasar aspal di dalam negeri dan di luar negeri. Dalam hal ini aspal Buton ekstraksi bisa juga diekspor ke luar negeri. Diharapkan dalam jangka waktu 10-20 tahun ke depan, pemakaian aspal Buton ekstraksi sudah akan mampu mencapai 60% dari kebutuhan aspal nasional. Dan sisanya yang 40% masih akan harus dipenuhi oleh aspal impor.

Diharapkan dengan adanya pemikiran di atas ini tidak ada pihak-pihak satupun yang akan dirugikan. Para importir aspal masih akan tetap bisa mengimpor aspal seperti biasanya. Dan para produsen aspal Buton akan bisa mulai berkembang, karena ada suntikan dana investasi dari para importir aspal. Tetapi jumlah aspal yang akan diimpor, maupun jumlah aspal Buton yang akan diproduksi tetap harus mengikuti mekanisme permintaan pasar di dalam dan di luar negeri.

Bagaimana mekanisme pasar akan menentukan jumlah aspal yang akan diimpor atau jumlah aspal Buton yang akan diproduksi? Yang pertama dan utama harus menjadi perhatian adalah membangun Pabrik Ekstraksi Aspal Buton terlebih dahulu. Produk-produk dari Pabrik Ekstraksi Aspal Buton ini ada 3 jenis; yaitu Aspal Buton Ekstraksi penetrasi 60/70. Aspal Hibrida (campuran dengan Decant Oil) penetrasi 60/70, dan Modifier aspal untuk meningkatkan kualitas aspal minyak. Pasar yang akan menentukan jenis produk-produk mana yang paling dibutuhkan oleh pasar, baik itu dari spesifikasi tehnis, kualitas, harga, dan kemudahan pengadaannya.

Apabila permintaan pasar di dalam dan di luar negeri terhadap ke 3 jenis produk-produk aspal Buton ekstraksi tersebut banyak, maka perlu dibangun beberapa buah pabrik ekstraksi aspal Buton lagi. Tetapi kalau permintaan pasar rendah, maka aspal Buton ekstraksi ini akan digunakan khusus untuk proyek-proyek pembangunan infrastruktur jalan-jalan yang akan dibiayai oleh APBN/APBD. Tetapi skenario yang paling memungkin akan terjadi adalah ke 3 jenis produk-produk aspal Buton ekstraksi akan laris manis di pasar dalam dan di luar negeri, sehingga sekarang para importir aspal akan bisa beralih profesi menjadi eksportir aspal juga.

Mungkinkah Bapak Presiden dan para Menterinya mau dan mampu memfasilitasi, mengkoordinasi, merestui, dan mensinergikan aspal impor dan aspal Buton untuk kepentingan aspal nasional ?. Semoga asosiasi aspal impor dan asosiasi produsen aspal Buton dapat menjajaki ide “gila” ini terlebih dahulu.

Ikuti tulisan menarik Indrato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler