x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Rabu, 9 Maret 2022 06:49 WIB

Literasi untuk Orang Sok Tahu

Jangan sok tahu dalam hidup. Segala rupa dikomentarin. Inilah literasi untuk orang sok tahu, tentang apa yang tersisa untuk kamu pelajari?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di media sosial kayaknya makin banyak orang sok tahu. Segala hal dikomentari. Belajarnya apa, yang dikomentarin apa? Kerjanya apa, yang dicelotehin apa? Zaman begini, memang makin banyak orang-orang sok tahu. Banyak omong segala hal tanpa berbuat sedikit pun. Sok tahu banget.

Orang sok tahu memang menjengkelkan. Bikin siapa pun tidak nyaman. Seolah-olah dia yang paling tahu segala hal, sok pintar. Merasa pikirannya selalu benar. Merasa omongannya tidak pernah salah. Dan saat bicara pun tidak mau kalah. Banyak celoteh padahal semuanya hanya omong kosong. Begitulah orang-orang sok tahu.

Sok tahu. Orang yang merasa tahu segalanya, segala hal. Lalu memberi komentar tentang apa saja padahal orang lain tidak menginginkannya. Pikirannya sesat. Omongannya pun penuh opini. Apalagi bila kerjanya hanya menyalahkan orang lain. Penuh prasangka dan menuding tanpa punya dasar fakta. Ukurannya subjektif dan pikiran negative semata. Dan yang paling aneh, orang sok tahu selalu menolak apa yang orang lain katakan. Sangat enyebalkan orang sok tahu itu?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Zaman dulu, ada film judulnya Ateng Sok Tahu. Film itu berkisah tentang orang yang sok tahu. Ilmunya sedikit tapi mengakunya banyak. Sekolahnya apa tapi semua hal dibahas. Negara dianggap tidak becus, vaksinasi apriori. Presiden digibahin, PPKM dianalisis lemahnya. Apalagi kawannya, bisa dikulitin ssama orang sok tahu. Orang sok tahu itu sesat karena hanya pikiran dan omongannya saja yang dianggap benar. Selalu ada argumen untuk membantah. Itulah orang-orang sok tahu.

 

Sejatinya, orang sok tahu itu hanya tahu sedikit saja. Mereka banyak bicara, justru karena untuk menutupi banyak ketidak-tahuannya. Bahkan bila diamati, orang sok tahu itu ya kerjaannya membual, mengoceh tiada henti. Pandai bicara tapi tidak pandai berbuat. Omongannya besar tapi tindakannya kecil. Giliran dapat berita hoaks, orang sok tahu justru buru-buru menyebarluaskannya. Apalagi bila isu-nya soal orang yang dibencinya. Kirim sana kirim sini. Orang sok tahu itu persis seperti orang frustrasi. Karena mereka sedang memperjuangkan mimpi-mimpinya yang tidak pernah tercapai.

 

Kadang, sedih rasanya melihat orang-orang yang sok tahu. Kepo tapi bukan pada tempatnya. Ngomong seperti paling benar tapi tidak ada yang diperbuatnya. Pandai berkata-kata tapi tidak ada tindakan nyata. Ocehan orang sok tahu hanya omong kosong.

 

Maka sebagai pegiat literasi, saya mengimbau orang-orang sok tahu untuk berkunjung ke taman bacaan. Agar bisa melihat realitas, bisa memahami keadaannya sebenarnya. Agar mau mengurangi omongan dan memperbanyak perbuatan. Karena memang musuh taman bacaan dan pegiat literasi adalah orang-orang sok tahu. Agar taman bacaan bisa mengajarkan orang sok tahu. Bahwa bila mereka merasa tahu segalanya, seharusnya di saat yang sama, mereka pun tahu kapan harus tutup mulut? Itulah yang disebut literasi sok tahu.

 

Jangan lagi sok tahu. Lebih baik perbanyak membaca buku, lalu intropeksi diri. Dan menjadi lebih literat, lebih mampu memahami realitas. Karena orang sok tahu sering lupa. Bahwa Allah SWT itu Maha Baik untuk dirinya, karena selalu menutupi segala kekurangan dan kelemahan si orang sok tahu. Maka, “janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An Najm: 32).

 

Jangan sok tahu dalam hidup. Karena siapa pun, hanya bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Dan bila kamu merasa tahu semuanya, lalu apa yang tersisa untuk kamu pelajari? Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler