x

ilustr: Lifestyle - SINDOnews

Iklan

Bilqis Sigra Milir

Penulis
Bergabung Sejak: 19 November 2021

Minggu, 3 April 2022 13:28 WIB

Jangan Tergiur Harga Murah! Bahaya Konsumsi Telur yang Sudah Retak

Kenaikan harga pangan bukan hal asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Terlebih lagi, kebutuhan akan bahan pokok semakin tinggi lantaran memasuki bulan Ramadhan. Namun, apakah membeli bahan pokok yang sudah rusak dapat dijadikan solusi? Bahaya apa yang menunggu jika kita mengkonsumsi telur yang sudah retak?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belakangan ini, masyarakat Indonesia diramaikan dengan kenaikan harga minyak goreng kemasan setelah pemerintah mencabut kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET). Ketersediaan minyak goreng yang tadinya langka, bersamaan dengan pencabutan kebijakan HET menjadi melimpah dengan harga yang lebih mahal dari sebelumnya. Kenaikan harga sembako bukan lagi menjadi isu baru bagi kita masyarakat Indonesia. Yang mana disebabkan oleh banyaknya permintaan terhadap sembako itu sendiri, seperti saat ini yakni pada bulan Ramadhan dan menjelang hari raya. Kendati demikian, ketersediaan barang tidak bertambah banyak. Maka, jadilah harga naik dikarenakan adanya permintaan barang lebih tinggi dari penawaran atau ketersediaannya. 

Produk telur ayam sebagai bahan makanan hewani turut menjadi imbas terhadap kenaikan harga yang terjadi akibat banyaknya permintaan terhadap telur tanpa pasokan tambahan. Kandungannya yang kaya akan protein dan harganya yang sedikit lebih murah dibandingkan dengan harga daging ayam membuat telur cenderung lebih sering dikonsumsi dan menjadi pemasok protein pada tubuh kita. 

Harga telur ayam saat ini, sudah hampir mendekati harga ayam potong beku yang ada di swalayan-swalayan. Banyak warga yang beralih untuk membeli telur ayam yang sudah retak kulitnya atau lebih buruknya lagi sudah pecah. Sehingga, kenaikan harga telur ayam cenderung tidak berpengaruh apa-apa bagi mereka yang lebih memilih “telur ayam rusak” ini karena harganya yang lebih murah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dilansir dari Informasi Kesehatan RSUP dr. Suradji Tirtonegoro, telur yang retak akan terkontaminasi oleh bakteri, dalam kurun waktu kurang dari tiga jam sejak telur itu retak. Karena sejak diambil dari kandang, telur tidak dicuci dan langsung didistribusikan. Hal inilah yang membuat telur tidak higienis apabila telurnya memiliki pecahan atau retakan. Meskipun dengan dalih bakteri yang ada di dalamnya akan mata karena telur dimasak dengan matang. Namun, hal itu dinilai sama saja, karena meskipun bakteri itu hilang, tetapi kandungan gizi yang ada di dalam itu sudah tidak ada lagi.  

Mengutip CNN Indonesia yang didapat dari Live Strong, ada puluhan ribu kasus keracunan makanan di Amerika Serikat karena mengonsumsi telur yang terkontaminasi dengan bakteri Salmonella yang menyebabkan keracunan makanan. 

Oleh sebab itu, jangan tergiur dengan harga miring. Perhatikan kembali kesehatan jangka panjang diri sendiri untuk bisa terus menjalani kehidupan dengan sehat jasmani dan rohani. Salam sehat!

Ikuti tulisan menarik Bilqis Sigra Milir lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 jam lalu

Terpopuler