x

Santri di era digital

Iklan

Aulia Azzahra

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 April 2022

Selasa, 12 April 2022 19:39 WIB

Minat Baca Karya Sastra pada Santri


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Membaca merupakan kemampuan dasar dalam belajar. Melalui membaca, seseorang dapat menggali informasi, mempelajari pengetahuan, memperkaya pengalaman, menambah wawasan, dan mempelajari segala sesuatu. 

Seperti yang banyak kita ketahui dari berbagai artikel dan informasi lainnya, minat dan kemampuan membaca pada anak-anak, baik membaca buku fiksi, majalah atau artikel, hingga buku pelajaran sekolah pun masih banyak kurang diminati oleh anak-anak sekarang.
Akan tetapi, berbalik dengan kasus di atas. Saya ingin memberikan informasi yang terjadi pada minat dan kemampuan membaca santri di pondok pesantren. 

Santri yang berasal dari Pondok Pesantren MBS Ki Bagus Hadikusumo ini sudah menjadi kebiasaan mereka untuk membaca buku setiap harinya. Minat dan rasa penasaran mereka pada karya sastra khususnya novel, sangat berpengaruh pada rasa membaca mereka walaupun tidak terlalu tertarik pada buku pelajaran.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karya sastra yang sering mereka baca yaitu buku novel fiksi seperti Bumi (Tere Liye: 2014), Setelah Hujan Reda (Boy Chandra: 2014), Cinta di Dalam Gelas (Andrea Hirata: 2010), Dahlan (Haidar Musyaf: 2017), Berjuang di Tanah Rantau (Ahmad Fuadi: 2013), dan karya novel lainnya.
Menurut survei yang saya amati pada tingkat minat baca karya sastra pada santri, sekitar 379 santri yang terdiri dari 173 santri putri dan 206 santri putra di pondok tersebut, 1,9% santri putri dan 2,6% santri putra, membaca buku novel setiap harinya. Yang artinya hampir 50% santri disana sangat senang membaca buku karya sastra seperti novel dan buku fiksi lainnya.

Salah satu pernyataan santri putri saat ditanya, “Apa alasan kamu sangat suka membaca novel (yang saat itu sedang membaca buku Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer) saat mengisi kekosongan di kamar?”, santri yang bernama Jasmine saat diajukan pertanyaan tersebut menjawab, “Karena cerita nya seru banget, terus kadang sesuai dengan real life (kehidupan nyata) yang kayak novel roman atau motivasi dari kisah nyata pengarangnya, seolah-olah kita diajak bernostalgia sama apa yang pernah kita lakukan dan juga terkadang membuat kita jadi overthinking, bener gak sih kayak gitu? Padahal itu kan cerita menurut pengarangnya, jadi masih belum benar.” 

Faktor mereka senang membaca buku novel tersebut selain karena ceritanya yang menarik adalah, untuk pengalihan rasa bosan di kamar dan juga karena peraturan pondok pesantren tersebut tidak memperbolehkan membawa handphone atau alat elektronik lainnya.

Maka dari itu, tingkat minat membaca karya sastra fiksi pada santri pondok pesantren tersebut membuktikan bahwa rata-rata santrinya sudah membudayakan membaca walaupun sebagian besarnya adalah membaca buku karya seperti novel fiksi. Jika itu sudah diterapkan pada beberapa santri tidak menutup kemungkinan mereka juga berkeinginan menjadi seorang penulis karya novel agar bisa mengekspresikan imajinasi ataupun mengangkat kisah nyata nya untuk dijadikan pelajaran kepada para pembaca.

Ikuti tulisan menarik Aulia Azzahra lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler