x

Timnas U-23

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 8 Juni 2022 12:28 WIB

Ditarget Lolos ke Piala Asia 2023, Belum Bertanding, Pemain Timnas Sudah Lemah Mental

Andai saja muka murung ditunjukkan karena tak cocok sama pelatih, ini ironis, seperti anak sekolan saja yang sering terjadi tak cocok dengan guru atau milih guru. Trus dibilang ada guru yang baik tapi tak membentuk kecerdasan otak dan mental. Karena ukuran baik itu sebatas, guru tak marah bila siswa tak mengerjakan tugas. Tak tegas bila siswa berbuat salah. Apa pemain Timnas maunya pelatih yang seperti guru baik? Bukan guru yang benar karena disiplin dan tegas? Inilah yang melahirkan karakter Cemen.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebelum saya mengulik prediksi laga Timnas Indonesia versus Kuwait di laga pembuka Grup A Kualifikasi Piala Asia 2023, Rabu 8 Juni 2022 pukul 23.15 WIB dan Grup A Kualifikasi Piala Asia 2023, juga ada Nepal dan Yordania. Saya kembali kaget ketika para penggawa Timnas Indonesia diwartakan memasang wajah murung. Bahkan wajah murung ini diwartakan via YouTube PSSI dan disiarkan oleh berbagai media massa nasional. Sungguh memprihatinkan.

Setengah hati, mengapa?

Bila sebelumnya saya baru menulis tentang sikap dan perbuatan setengah hati yang sering kita jumpai dalam berbagai kehidupan di negeri ini, maka wajah murung para pemain Timnas, sungguh tak pantas terjadi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pasalnya, dari ribuan pesepak bola yang ada di seantero Indonesia, para pemain yang kini sudah berada di Kuwait, seharusnya bersyukur dan berterima kasih karena terpilih masuk Timnas.

Para pemain Timnas ini secara profesional tentu ibaratnya tinggal makan tidur, dapat honor dan menjalankan tugas sebagai duta bangsa. Pemain Timnas ini, bukan anak-anak SSB yang jangankan untuk kepentingan bertanding, sekadar latihan saja musti bayar iuran untuk Lapangan.

Bila anak-anak SSB tak hadir bertanding atau latihan, maka salah satu alasan utamanya tentu karena harus membayar iuran latihan atau tanding serta iuran SPP. Sebab, hanya untuk latihan saja, manajemen SSB wajib membayar ongkos pelatih, petugas manajemen, biaya perawatan sarana, dan biaya sewa Lapangan atau Stadion yang tak murah. Tapi, terus tak mendapat perhatian dari stakeholder terkait.

Maka pantas bila siswa dan orang tua SSB nampak setengah hati hadir latihan, sebab persoalan biaya. Namun, sering menutupinya dengan alasan lain. Dan seperti tak punya hati, tak hadir ke SSB tanpa komunikasi karena keseringan absen dan malu. Tetapi, tetap saja para orang tua adalah SPONSOR UTAMA keberadaan SSB di Indonesia.

Yang jadi pertanyaan, kok bisa pemain Timnas memasang muka murung. Bukannya muka ceria karena optimis akan memberikan jiwa dan raganya sepenuh hati untuk nama baik bangsa dan negara. Ini malah menunjukkan sikap setengah hati. Malah nampak CEMEN alias cetek mental, tidak bernyali, tidak bertanggungjawab, tidak percaya diri.

Apakah dengan memasang muka murung, para pemain sudah hilang nyali? Pasalnya, dari enam grup yang ada di babak ketiga Kualifikasi Piala Asia 2023, hanya juara grup dan lima runner-up terbaik yang dipastikan lolos ke putaran final. Apakah para pemain sudah kalah sebelum bertanding?

Atas kondisi ini, Shin Tae-yong (STy) pun sangat kecewa, sebab Timnas Indonesia menghadapi misi mahasulit di Kualifikasi Piala Asia 2023 yang berlangsung di Kuwait pada 8-15 Juni 2022.

Untuk lolos otomatis ke Piala Asia 2023, Timnas Indonesia wajib keluar sebagai juara grup. Jika finis runner-up, dari enam runner-up hanya lima di antaranya yang melaju ke putaran final. Tetapi apa yang terjadi? Saat dibutuhkan semangat membara jelang turun di Kualifikasi Piala Asia 2023, penggawa Garuda justru pasang wajah murung di sesi latihan dan membuat STy naik pitam.

“Kalian harus pikir baik-baik. Kita sudah jauh-jauh ke sini naik pesawat. Capek terbang, tetapi murung terus seperti ini,” semprot STy mengutip dari YouTube PSSI.

“Memangnya kita tak boleh peringkat satu di grup (kualifikasi)? Kalo kita peringkat satu, kita bisa pulang ke Indonesia dengan senyum bahagia,” lanjut STy.

Atas kondisi tersebut, STy pun memberi pengandaian. Ia menilai para pemain Timnas Indonesia bakal lebih murung jika gagal lolos ke Piala Asia 2023. Karena itu, ia meminta pemain-pemain Timnas Indonesia untuk tampil penuh semangat, baik itu di sesi latihan dan pertandingan.

“Bagaimana kalau kita gugur? Pasti akan menunduk dan lebih capek. Kalau kita pulang dalam kondisi seperti itu, pasti capek hati juga,” Tutup STy.

Kondisi kecerdasan intelegensi dan personality penggawa Timnas juga pernah diungkap oleh mantan asisten STy, Gong Oh-kyun (GOk). GOk menyebut pemain Timnas Indonesia tak memiliki semangat layaknya pemain Vietnam. Hal ini membuktikan tidak semua pemain Timnas Indonesia mempunyai semangat juang, baik itu di sesi latihan maupun pertandingan resmi. Artinya, pemain Indonesia selain memiliki masalah di teknik dan fisik, pondasi otak dan mentalnya pun cukup bermasalah.

“Saya memilliki waktu yang singkat menangani pemain muda Indonesia. Kesan pertama yang saya dapati, pemain agak jauh, susah didekati dan kurang ramah. Di sesi latihan pun, pemain Indonesia kesulitan untuk beradaptasi,” Ujar GOk dalam podcast di media Vietnam, Zing News.

“Pemain Timnas Indonesia tidak memiliki semangat yang cukup baik. Semua berbeda ketika saya pindah ke Vietnam. Saya melihat pemain Vietnam lebih memiliki tekad, bekerja keras dan menunjukan sikap progresif seperti pemain Korea. Itu yang membuat saya bersemangat,” lanjut GOk yang baru saja membawa Vietnam menahan Korea Selatan 1-1 di Piala Asia U-23 2022.

Luar biasa. Belum unjuk gigi membikin publik sepak bola nasional yang rindu prestasi Timnas bangga, penyakit klasik malah lebih dulu dipertunjukkan. Sewajibnya, dipilih mewakili jutaan pesepak bola di Indonesia yang tak terpilih masuk Timnas, memberikan bukti bahwa para pemain ini memang yang terbaik dan memiliki rapor TIPS terunggul di banding pemain yang tidak terpilih atau pemain yang tidak dititipkan ke STy.

Apa pun latar belakang dan alasan mengapa para pemain memasang wajah murung, seolah benar bukan hanya setengah hati berada di Kuwait, tetapi malah bisa disebut tak punya hati. Ke Kuwait untuk meraih prestasi. Bukan pariwisata dan bersikap seenak perut sendiri.

Ingat, selama ini, publik sepak bola nasional selalu kecewa ketika Timnas tampil karena tak Cerdas TIPS. Ini belum tampil saja sudah tak cerdas otak dan mental. Parah. Bagaimana sih, PSSI? Kok bisa, para pemain itu dipilih? Lagi pula malu, bila GOk saja turut memberikan kesaksian.

Andai saja muka murung ditunjukkan karena tak cocok sama pelatih, ini ironis, seperti anak sekolan saja yang sering terjadi tak cocok dengan guru atau milih guru. Trus dibilang ada guru yang baik tapi tak membentuk kecerdasan otak dan mental. Karena ukuran baik itu sebatas, guru tak marah bila siswa tak mengerjakan tugas. Tak tegas bila siswa berbuat salah. Apa pemain Timnas maunya pelatih yang seperti guru baik? Bukan guru yang benar karena disiplin dan tegas? Inilah yang melahirkan karakter Cemen.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler