x

Iklan

Shabrina Faarisah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 April 2022

Jumat, 17 Juni 2022 19:38 WIB

Kilasan Singkat Sejarah Awal Sastra Indonesia

Artikel ini membahas tentang bagaimana sastra Indonesia modern dapat lahir dan berkembang hingga saat ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

A. Periodisasi

Sebelum memasuki pembahasan mengenai kilasan singkat sejarah awal sastra Indonesia, kita akan lebih dahulu membahas mengenai periodisasi dalam sastra itu sendiri. Periodisasi merupakan suatu pembabakan waktu atau pembagian zaman mengenai suatu hal. Namun dalam sastra Indonesia sendiri, periodisasi masih menjadi sebuah perdebatan yang belum selesai sampai sekarang ini karena pebedaan pendapat dari para ahli sastra. Tetapi untuk memudahkan, kita bisa membagi zaman sastra Indonesia berdasarkan usianya. Dimana kita juga dapat melihat adanya ciri-ciri tersendiri dari tiap angkatan, karena adanya latar situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Selain itu untuk memudahkan penamaan tiap angkatannya, kita juga dapat menamai berdasarkan badan penerbitan yang menyiarkan karya dari masing-masing angkatan tersebut.


B. Bahasa dan Sastra Melayu Rendah

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam sejarah sstra Indonesia, dijelaskan bahwa bahasa Melayu pernah menjadi bahasa umum (lingua franca) di Indonesia sejak zaman sebelum revolusi. Pada awalnya masyarakat Indonesia menggunakan bahasa Melayu Rendah, sedangkan para pegawai pemerintah kolonial dan anak-anak sekolah menggunakan bahasa Melayu Tinggi.

Kemudian seiring berjalannya waktu, terutara sejak kehadiran kaum Pujangga Baru sekitar tahun 1993, bahasa Melayu Tinggi ini dimasuki unsur-unsur bahasa Melayu Rendah dan unsur-unsur bahasa Asing, khususnya bahasa Belanda. Ketiga percampuran ini semakin menjadi sempurna pada periode setelah kemerdekaan. Jadi bahasa Indonesia sebenarnya bukan hanya kelanjutan dari bahasa Melayu tinggi saja, melainkan juga bahasa Melayu Rendah. Maka dalam sejarah sastra Indonesia, seharusnya kita juga memperhatikan sastra yang ditulis dalam kedua bahasa tersebut. Mengingat keduanya adalah bahasa yang hidup dalam masyarakat Indonesia pada zaman sebelum kemerdekaan.


C. Sastra Modern

Selanjutnya, kita dapat mengatakan sastra Indonesia merupakan sastra yang lahir dan tumbuh dari kebudayaan Indonesia yang telah melalui proses akulturasi dengan kebudayaan Barat. Hal ini disebabkan kontak pertama antara Indonesia dengan kebudayaan Barat seperti Portugis, Belanda, Spanyol, dan Inggris sudah dimulai dalam permulaan abad 17. Karenanya banyak perubahan cara hidup dan kebudayaan pada masyarakat Indonesia yang juga mengakibatkan perubahan pada bidang kesenian, termasuk bidang sastra.

Perubahan yang terjadi ini tidak muncul secara cepat, di mana hal ini bermula karena anak-anak yang bersekolah dan mendapatkan pendidikan Barat dan kemudian diajarkan membaca dan belajar ilmu, serta sastra Barat dalam huruf latin, walaupun orang-orang tua mereka membaca dalam huruf Arab (Jawi) atau huruf daerah lain seperti huruf Bali, Sunda, Jawa, Batak, dan sebagainya. Semakin maraknya jumlah lulusan yang bekerja pada pemerintah Belanda atau swasta, maka dapat dikatakan semakin banyak pula lah jumlah pendukung sastra Barat. Kemudian hal ini pun membuat para individu berkeinginan untuk menciptakan karya-karya sastranya sendiri dan tidak hanya membaca dari karya sastra Barat saja.

Lalu seperti yang telah kita ketahui, ciri dari sastra Barat itu sendiri mencakup kebebasan dan individualisme. Dimana kebebasan di sini memiliki arti tidak terikat pada bentuk-bentuk sastra yang kaku atau yang telah berlaku selama berabad-abad. Selain itu, kebebasan juga berarti bebas dalam membicarakan hal apa saja dan juga dihargai. Sebab karya sastra adalah ungkapan pikiran dan rasa para mengarangnya. Jadi dapat dikatakan bahwa pengarang-pengarang modern, boleh membicarakan zamannya sendiri, zaman lampau, bahkan juga zaman mendatang. Sedangkan individualisme di sini, berarti bahwa para sastrawan bertanggung jawab penuh atas karya sastra yang mereka ciptakan, karenanya nama para sastrawan harus dicantumkan pada karyakaryanya sebagai bentuk rasa tanggung jawab atas apa yang telah mereka ciptakan.

Dalam puisi sastrawan modern, mulai ditinggalkan bentuk-bentuk syair, bidal, pepatah, pantun dan sebagainya, serta memakai bentuk-bentuk puisi yang lebih bebas seperti terlihat dalam sejarah sastra Barat. Sedangkan dalam fiksi, sastrawan modern mulai meninggalkan bentuk-bentuk hikayat, sejarah dan Roman atau novel, novelet atau cerita pendek. Begitu pula dalam drama, bentuk tragedi dan komedi mulai dikenal dan dipraktekkan dalam sastra Indonesia modern. Begitulah sastra Indonesia modern lahir dan berkembang di dalam kebudayaan modern di Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu, dapat dikatakan bahwa masih terdapat banyak kemungkinan adanya perubahan-perubahan yang terjadi di dalam bentuk sastra Indonesia modern. Jadi apabila kebudayaan modern berubah, maka bidang sastra juga kemungkinan akan ikut berubah.

Ikuti tulisan menarik Shabrina Faarisah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler