x

Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto bersama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menyapa awak media usai melakukan Pendaftaran Partai Politik Calon Peserta Pemilu 2024 di Kantor KPU, Jakarta, Senin, 8 Agustus 2022. Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKB Syaiful Huda mengatakan bahwa pendaftaran Gerindra dan PKB ke KPU diwaktu yang bersamaan ini menjadi awal kerja sama politik antara keduanya yang lebih konstruktif di masa depan. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Iklan

Ali Mufid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Maret 2022

Kamis, 25 Agustus 2022 13:25 WIB

Menanti Jurus Cak Imin

Lahirnya koalisi Gerindra-PKB munculkan spekulasi publik tentang siapa calon Presiden dan Wakil Presiden 2024. Otak-atik pasangan jelang Pilpres dari koalisi ini praktis menempatkan Prabowo Subianto selaku ketua umum Partai Gerindra sebagai kandidat kuat Capres. Lantas, seperti apa peluang Cak Imin selaku nakhoda PKB. Apakah otomatis menduduki posisi Cawapres? Dedikit banyak itu tergantung ritme hubungannya dengan basis massa PKB.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Lahirnya koalisi Gerindra-PKB munculkan spekulasi publik tentang siapa calon Presiden dan Wakil Presiden 2024. Otak-atik pasangan jelang Pilpres dari koalisi ini praktis menempatkan Prabowo Subianto selaku ketua umum Partai Gerindra sebagai kandidat kuat Capres. Lantas, seperti apa peluang Cak Imin selaku nakhoda PKB. Apakah otomatis menduduki posisi Cawapres?

Jika Cak Imin tak ingin kecewa kesekian kalinya, ia perlu lebih cermat mengatur ritme hubungan basis massa PKB. Perolehan suara nasional 13,57 juta suara pada 2019 menegaskan bahwa partai yang berdiri pada 23 Juli 1998 tak lepas dari peran suara nahdlyin baik struktural maupun kultural. Arus pemilih PKB pun banyak ditopang dari unsur santri yang notabene sumber perjuangan partai berlambang jagat.

Kedudukan struktural Nahdlatul Ulama (NU) adalah posisi penting dalam memastikan lancar tidaknya partisipan terhadap partai yang diketuai alumni UGM ini. Memang, hubungan Cak Imin dengan Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf belakangan ini tengah memanas. Namun bukan berarti situasi ini tidak lantas dibiarkan begitu saja mengingat figur Cak Imin yang nyentrik tentu punya banyak cara meraup simpatisan dari Badan Otonom (Banom) NU.

Banom NU ini tak bisa dianggap enteng. Penopang kuatnya organisasi Islam terbesar di Indonesia ini banyak mewadahi segmen, mulai dari pelajar dengan IPNU dan IPPNU, mahasiswa bersama PMII, lalu ada GP Ansor dengan organ taktisnya, Banser. Termasuk posisi tawar Fatayat yang dihuni perempuan muda militan, serta muslimat atau ibu kandung dari seluruh Banom NU juga tak kalah militan dalam organisasi tersebut.

Cak Imin perlu membangun komunikasi intensif dengan simpul penting di pucuk pimpinan Banom tadi. Bentuknya tak cukup formalitas saja namun ada dukungan lain yang mampu menambah stamina juang para Banom. Layaknya kontrak politik saling menguntungkan, tukar guling posisi tatkala hajat terpenuhi menang Pilpres, adalah kelaziman sehingga kedua belah pihak diuntungkan.

Meski demikian, upaya Cak Imin dalam memperkuat hubungan dengan Banom NU tak semudah skema di atas kertas. NU sendiri yang kokoh dalam kampanye politik kebangsaan terus berupaya melanjutkan tradisinya sebagai penyeimbang. Secara struktural, NU tidak mungkin mengeluarkan instruksi keberpihakan terhadap partai tertentu.

Salah satu sumber di PBNU pernah mengatakan bahwa di era kepemimpinan Gus Yahya, NU sangat hati-hati dalam menghadapi pesta demokrasi. Internal organisasi tengah bersih-bersih dari praktek politik praktis yang justeru akan mengikis kemurnian perjuangan NU. Dengan begitu, layak kita tunggu seberapa canggih Cak Imin menarik hati simpul utama Banom NU untuk memberikan dukungan atas ambisinya di Pilpres 2024 nanti.

Ikuti tulisan menarik Ali Mufid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler