Menjaga Hati Sendiri dan Hati Liyan

Selasa, 6 September 2022 17:25 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kehidupan manusia selalu dihadapkan dengan masalah. MAkibatnya juga terasa pada hati. Maka kita perlu menjaga hati sendiri dan liyan. Bagaimana caranya?

Menjaga Hati Sendiri dan Hati Liyan

 

Bambang Udoyono, penulis buku

 

Masalah datang secara terus menerus dalam kehidupan ini. Karena itu kita perlu mengelola hati.  Bukan hanya hati sendiri yang harus dijaga, tapi juga hati liyan.   Dalam kehidupan ini kita tidak bisa seenaknya sendiri. Bagaimana kiatnya? Mari kita merujuk ke warisan budaya kita yang adi luhung.

Mengelola hati

 

Dalam bahasa Jawa ada frasa “Nggayuh géyonganing kayun”.   Mari kita bahas.  Kali ini kita kembali membahas warisan literasi leluhur yang berupa serat.  Judulnya Serat Wedatama karya Mangku Negoro IV dari Puro Mangkunegaran, Surakarta.    Karya ini memakai bahasa Jawa yang sangat indah.   Bahasa sastra yang jarang dipakai dalam percakapan sehari hari di kalangan orang Jawa sehingga mayoritas orang Jawa sendiri tidak memahaminya.  Oleh karena itu saya akan memaparkan dulu artinya. 

Nggayuh artinya menggapai, berusaha mencapai.  Géyonganing artinya kecenderungan. Sedangkan kayun artinya hati.  Jadi arti keseluruhannya adalah berusaha menggapai kecenderungan hati atau ketenangan hati.

Inilah salah satu bait dalam Serat wedatama yang mengandung frasa Nggayuh géyonganing kayun

 

Samangsané pasamuwan

Di dalam perjamuan
Mamangun marta martani

Membangun suasana sejuk, menyenangkan
Sinambi ing saben mangsa

Sambil di setiap waktu
Kala kalaning asepi

Ketika sedang sepi
Lelana tèki-tèki

Pergi menyepi (berkhalwat)
Nggayuh géyonganing kayun

Menggapai suara hati
Kayungyun ninging tyas

Terpesona tenangnya hati
Sanityasa pinrihatin

Senantiasa prihatin (hidup sederhana, zuhud)
Puguh panggah cegah dhahar lawan guling

Teguh mengurangi makan dan tidur

 

Bait itu dan bait sebelumnya adalah gambaran tentang pendiri dinasti Mataram yaitu Panembahan Senopati.  Dilukiskan di situ bahwa Panembahan Senopati adalah orang yang suka membangun suasana yang énak dalam pertemuan.  Beliau juga orang yang hidup sederhana, tidak bermewah mewah meskipun kalau mau bisa.  Beliau juga sering menyepi untuk menenangkan hati dan  membersihkan hati.  Sang Panembahan membatasi makan dan tidur.  Mestinya dengan tujuan agar bisikan hatinya bisa dipercaya. Karena hanya hati bersih yang mampu menerima petunjuk Allah swt. 

 

Meskipun bait itu singkat saja tapi sudah jelas menggambarkan kualitas unggul. Di situlah keunggulan karya sastra dalam bentuk tembang atau puisi.  Dengan sedikit kata saja sudah mampu memberikan paparan singkat dan jelas. Singkat, padat, jelas dan indah. Jadi bahasanya mangkus dan sangkil sekali. Itulah karya besar seorang maestro sastra.

 

Ajaran sang Panembahan itu tidak melenceng dari ajaran Islam.  Membangun suasana enak dalam pertemuan.  Menjaga hati agar bersih.  Mengurangi makan dan tidur.  Itu semua adalah ajaran mulia.  Itulah jiwa kebudayaan Jawa yang sejati.  Itulah sebabnya dalam budaya Jawa tidak ada makanan super mewah.  Peninggalan Mataram juga tidak ada istana super megah.  Semuanya sederhana saja.  Budaya Mataram memang menghindari kemegahan yang bisa menyesatkan.  

Menjaga makanan

Mari kita lihat hadist.

Dalam hadits disebutkan, “Tidaklah sekali-sekali manusia memenuhi sebuah wadah pun yang lebih berbahaya dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tubuhnya. Jika ia harus mengisinya, maka sepertiga (bagian lambung) untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk napasnya (udara).”  (HR. Tirmidzi)

Diriwayatkan oleh Ahmad (IV/132), Ibnu Majah (no. 3349), al-Hakim (IV/ 121). Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no. 1983), karya Syaikh al-Albani rahimahullah.

 

Dalam Kitab Ihya Ulumuddin, menurut Syekh Nawawi, juga disebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda, “Siapa saja yang melaparkan perutnya, maka besar pemikirannya dan pintar hatinya.”

 

Al Qur’an

Tentang makan

 

Hal ini sejalan dengan firman Allah QS al-A’raf ayat ke-31:

“Makan dan minumlah kamu dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”

Tentang kemegahan dunia

 

“Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS  At-Takastur [102]:8).

 

Tentang tidur

 

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya.”  (QS. As-Sajadah: 16)

Di dunia mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam.” (QS. Adz-Dzariyat: 17)

 

Saya ingat tulisan Cak Nun yang berjudul ‘Puasa, menuju makan sejati’.  Kalau tidak salah intinya mengatakan bahwa puasa itu membawa kita sampai ke sejatinya makan yaitu untuk kesehatan, bukan untuk bermegah megahan.


Menjaga masukan dan asupan.

 

Kemudian untuk menjaga hati tetap bersih dan sehat, kita harus mengontrol ketat masukan.  Dalam bahasa Inggris ada prinsip ‘You are what you watch’  Artinya anda dibentuk oleh apa yang anda tonton.  Video, film, drama, sandiwara, teater akan masuk ke pikiran bawah sadar dan membentuk pola pikir dan kepribadia kita.  Maka pastikan kelaurga anda hanya menonton yang berdampak positif.  Hindari acara gosip, gibhah, klenik, horor dan kekerasan, karena dampaknya negatif.

 

Ada juga prinsip ”You are what you read”  artinya anda dibentuk oleh bacaan anda.  Maka pastikan anda dan keluarga hanya membaca bacaan yang berdampak baik.  Bacaan terbaik adalah Al Qur’an dan hadist.  Kemudian bacaan yang berkualitas dalam berbagai bahasa.  Hindari bacaan yang berdampak buruk seperti klenik, gosip, dll.

 

Ada lagi ‘You are what you eat’ anda dibentuk oleh makanan.  Maka pastikan asupan makanan yang halal dan toyib (baik, bergizi).  Makanan dan minuman haram akan membentuk hati yang keras, kotor dan tidak sehat sehingga tidak mampu menangkap dan memahami wahyu Allah swt. Jadi harus dihindari.

 

Benang merah

 

Jadi mari kita cegah dahar lawan guling.  Mari  kita jaga masukan dari tontonan, makanan, bacaan dsb. Tujuannya agar kita agar memiliki hati yang bersih dan sehat sehingga mampu menerima dan memahami wahyu Allah swt. Orang yang tercerahkan dengan wahyu Allah akan berhasil hidupnya di dunia dan di akherat.

 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler