x

Mao Tse-tung (Foto: Britannica.com)

Iklan

pormadi simbolon

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 30 Desember 2022 06:33 WIB

Mengenal Pemikiran Mao Zedong tentang Kontradiksi

Banyak pemikiran Mao Zedong yang terkenal dan berpengaruh bagi kemajuan Partai Komunis China. Salah satu teorinya adalah Teori Kontradiksi. Segala sesuatu memiliki kontradiksinya sendiri dari awal sampai akhir. Kontradiksi atau dialektika dapat membawa kepada kemajuan. Teori kontradiksi ini membawa kemajuan bagi Partai Komunis China di tangan Mao Zedong. Teori ini dapat menjadi sebuah pisau analisis bagi partai politik

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Partai Komunis Cina (PKC) baru saja menyelenggarakan kongres ke-20 di Beijing. Sebagian orang mungkin tidak tahu bahwa PKC merupakan partai yang didirikan oleh Mao Zedong. Mao Zedong merupakan penguasa paling kuat dalam sejarah Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Banyak pemikiran Mao menjadi dasar kebijakan PKC yang bersumber dari Marxisme-Leninisme. Pemikirannya sangat signifikan dalam membentuk dan menjadikan partai yang sekarang dipimpin oleh Xi Jinping tetap eksis. Salah satu pemikirannya adalah teori kontradiksi.  Tulisan ini memaparkan pemikiran Mao Zedong tentang kontradiksi.

“Hukum kontradiksi dalam benda-benda, yaitu hukum kesatuan yang berlawanan merupakan hukum dasar dialektika materialis” (Selected Works of Mao Tse-tung, 1965: 311). Kutipan ini menunjukkan inti pemikiran Mao Zedong tentang kontradiksi. Kontradiksi ada dan hadir dalam proses perkembangan segala sesuatu mulai dari awal hingga akhir. Pernyataan ini selaras dengan pernyataan Lenin tentang dialektika. Lenin menyebut hukum ini sebagai esensi dialektika. Tulisan ini akan diuraikan mulai dari riwayat hidup singkat, ide pandangan dunia, universalitas kontradiksi, kekhasan kontradiksi, kontradiksi pokok dan aspek pokok kontradiksi, identitas dan aspek kontradiksi dan tempat antagonisme dalam kontradiksi dan diakhiri dengan penutup.

Sebelum membahas pemikirannya, penulis menampilkan riwayat hidup singkat Mao Zedong. Ia lahir pada 26 Desember 1893 di desa Provinsi Hunan, Cina Selatan, sebagai anak keluarga petani kaya (Magnis-Suseno, 2016, hal. 92). Ia pernah menerima penghargaan sebagai mahasiswa teladan dan dipilih sebagai sekretaris perhimpunan mahasiswa pada tahun 1917. Sejak tahun 1919 ia bergabung dengan kelompok diskusi intelektual seputar Marxisme. Ia termasuk salah satu pendiri Partai Komunis Cina. Pada tahun 1949 ia mempermaklumkan Republik Rakyat Cina menjadi negara Komunis terbesar di dunia. Dalam dinamika perjalanan sejarah partai, ia menjadi pemimpin tak tertandingi dan menciptakan warna baru sejarah Cina. Mao meninggal pada 8 September 1976.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemikiran Mao Zedong tentang Kontradiksi

Pemikiran Mao Zedong tentang kontradiksi merupakan salah satu bagian dari koleksi karyanya Five Essays on Philosophy. Pemikiran ini dianggap sebagai salah satu karya penting Mao dan sumbangan universal bagi Marxisme. Pemikiran tentang kontradiksi diberikan pertama kali dalam kuliah pada bulan Agustus 1937. Pengajaran Mao ini disampaikan dalam konteks perjuangan Partai melawan dogmatisme dan suyektivisme (Redspark Collective, 2019: 1). Menurut Dirlik (Magnis-Suseno, 2016: 106) pernyataan teori tentang kontradiksi ini merupakan pernyataan paling lengkap dan komprehensif Mao Zedong tentang pemikiran-pemikiran filosofis yang mendasari perumusan kembali teori Marxis.

Menurut Mao, dalam sejarah pengetahuan manusia ada dua konsepsi tentang hukum perkembangan alam semesta, yaitu metafisik dan dialektis. Perkembangan alam semesta dibagi dua pandangan yaitu perkembangan (evolusi) yaitu perkembangan sebagai penurunan dan peningkatan (jumlah), sebagai pengulangan dan perkembangan sebagai satu kesatuan yang berlawanan.

Pandangan metafisis (hsuan-hsueh) ini digambarkan sebagai pandangan dunia idealis yang dominan berlaku dalam sejarah Cina dan Eropa. Di Cina terdapat dalam contoh “Surga tidak berubah,begitu pula Tao tidak berubah”. Pemikiran ini didukung oleh penguasa feodal yang dekaden. Pemikiran metafisik di Eropa didukung oleh kamum borjuasi.

Pandangan dunia evolusionis metafisik atau vulgar melihat benda-benda sebagai terisolasi, statis dan sepihak. Pandangan ini menganggap bentuk dan spesies semua hal di alam semesta sebagai terisolasi satu sama lain dan tidak dapat diubah. Perubahan yang ada hanya berupa penurunan atau pengurangan jumlah atau perubahan tempat. Segala sesuatu hanya dapat terus berulang sebagai hal yang sama dan tidak berubah menjadi sesuatu yang berbeda.

Berbeda dengan pandangan dunia metafisik, pandangan dunia dialektika materialis mengajarkan bahwa perkembangan segala sesuatu terjadi secara internal dalam relasinya dengan benda-benda lain. Perkembangan segala sesuatu harus dilihat sebagai gerak yang bersifat dari dalam (internal) dan perlu, dan setiap benda dalam geraknya saling berhubungan dan berinteraksi dengan benda-benda di luarnya (eksternal). Menurut Mao, penyebab mendasar dari segala sesuatu bukanlah eksternal, melainkan internal. Perkembangan terjadi melalui kontradiksi di dalam benda-benda secara konkrit/nyata dari proses awal hingga akhir. Kontradiksi merupakan penyebab mendasar perkembangannya, sedangkan interaksinya dengan eksternal hanyalah penyebab sekunder. Jadi dialektika materialis melawan teori yang berpandangan (materialisme mekanik metafisik dan evolusionisme vulgar) bahwa perkembangan disebabkan eksternal atau motif eksternal. Sebagai contoh, perubahan sosial dapat terjadi dalam satu negara, meskipun iklim dan geografinya tidak berubah. Imperialis Rusia berubah menjadi Uni Soviet yang sosialis, Jepang yang feodal berubah menjadi imperialis. Cina lama didominasi penguasa feodal, Cina sekarang sudah terbebaskan dan merdeka.

Dalam pandangan Mao, dialektis materialis ini merupakan alat untuk mengamati dan menganalisis hal-hal yang berlawanan dalam hal-hal yang berbeda-beda. Hasil analisis ini akan lahir metode-metode untuk menyelesaikan kontradiksi.

Universalitas kontradiksi

Dikatakan Mao, universalitas kontradiksi mempunyai makna ganda. Yang pertama adalah bahwa kontradiksi ada dalam proses perkembangan segala sesuatu, dan yang kedua, bahwa dalam proses perkembangan setia hal ada gerakan berlawanan dari awal hingga akhir (Selected Works of Mao Tse-tung, 1965: 316). 

Mengutip Engels, Mao mengatakan gerakan itu sendiri adalah kontradiksi. Ia juga mengamini pendapat Lenin bahwa hukum kesatuan yang berlawanan sebagai pengakuan (penemuan) kecenderungan yang saling bertentangan, ekslusif, berlawanan dalam semua fenomena dan proses alam - termasuk pikiran dan masyarakat (Selected Works of Mao Tse-tung, 1965: 316).

Mao mengatakan, sebagaimana gambaran Lenin, universalitas kontradiksi itu seperti tanda “+” (penambahan) dan “-“ (pengurangan) dalam istilah matematika; aksi dan reaksi dalam mekanika; listrik positif dan negatif dalam fisika, kombinasi dan sisosiasi atom dalam kimia; perjuangan kelas dalam ilmu sosial. Ia melihat universalitas kontradiksi ini dalam Partai Komunis Cina. Oposisi dan perjuangan antara ide-ide yang berbeda terus-menerus terjadi di dalam partai. Jika tidak terjadi kontradiksi dalam partai, dan tidak perjuangan ideologis untuk mencari solusinya, kehidupan partai akan berakhir.

Kekhususan kontradiksi

Menurut Mao, kontradiksi dalam setiap bentuk gerak materi memiliki kekhususannya (particularity). Bentuk-bentuk gerak inilah yang menjadi sebuah pengetahuan manusia, karena yang ada di dunia ini adalah materi yang bergerak. Gerakan ini mengambil bentuk-bentuk tertentu. Ada banyak bentuk gerak di alam, seperti gerak mekanik, suara, cahaya, panas, listrik, disosiasi, kombinasi dan lain sebagainya. Semua bentuk iin saling tergantung, tetapi pada intinya masing-masing berbeda dari yang lain. Esensi khas dari setiap gerak ditentukan oleh kontradiksinya sendiri. Hal ini tidak hanya untuk alam, tetapi berlaku juga pada fenomena sosial dan ideologis. Setiap bentuk masyarakat atau ideologi memiliki kontradiksi yang khusus (particular)

Mao memberikan contoh,  terkait kontradiksi dalam perjalanan pengembangan hal-hal besar di Cina. Misalnya, dalam revolusi borjuis-demokratik Cina. Kondisinya sangat kompleks, terdapat kontradiksi antara semua kelas tertindas Cina dengan kaum imperialis, antara massa besar rakyat dengan  feodalisme, antara proletariat dengan borjuasi. Menurut Mao, kontradiksi ini tidak dapat diperlakukan dengan cara yang sama, karena memiliki kekhususan (particularity). Revolusi Cina tidak dapat dipahami dari kekhususannya tetapi juga harus mempelajari aspek-aspek dari setiap kontradiksi untuk memahami totalitasnya. Yang dimaksud Mao dengan dengan memahami setiap aspek tersebut adalah: posisi spesifik apa yang ditempati setiap aspek, bentuk konkret yang diambil dalam saling ketergantungan dan dalam kontradiksi dengan lawannya, dan metode konkret apa yang digunakan dalam perjuangan dengan lawannya, di saat keduanya saling bergantung dan bertentangan.

Itulah sebabnya, Mao mengecam kaum dogmatis dalam partai yang tidak menganalisis persoalan melalui analisis konret atas kondisi konkret, sehingga menciptakan gaya kerja buruk dalam partai. Mengutip Lenin, Mao menegaskan bahwa untuk benar-benar mengetahui objek, seseorang perlu merangkul, mempelajari semua sisinya, semua koneksi dan “mediasi”. Meskipun tidak sepenuhnya bisa dicapai, tuntutan untuk memahami semua sisi adalah melindungi diri dari kesalahan dan kekakuan (Selected Works of Mao Tse-tung, 1965: 316).

Kontradiksi Utama dan Aspek Pokok Kontradiksi

Dalam masalah kekhususan kontradiksi di atas, masih ada dua hal yang ditonjolkan  Mao untuk dianalisis yaitu kontradiksi utama (pokok) dengan aspek pokok dari kontradisksi. Kontradisksi pokok merupakan kontradiksi yang keberadaan dan perkembangannya menentukan atau mempengaruhi keberadaan dan perkembangan kontradiksi lainnya. Misalnya, dalam masyarakat kapitalis dua kekuatan yang saling bertentangan yaitu proletariat dan borjuasi sebagai kondtradiksi utama. Sedangkan kontradiksi lainnya adalah antara sisa kelas feodal dan borjuasi, antara petani borjuis kecil dengan borjuis, antara proletariat dan petani kecil, dan lain sebagainya. Semua yang disebut terakhir, ditentukan atau dipengaruhi kontradiksi utama ini.

Identitas dan perjuangan aspek kontradiksi

Menurut Mao, dalam memahami universalitas dan partikularitas (kekhususan) kontradiksi, orang harus mempelajari masalah identitas dan perjuangan aspek-aspek kontradiksi. Identitas, kesatuan, kebetulan, interpenetrasi, interdependensi, interkoneksi atau kerja sama timbal balik – semua istilah yang berbeda ini memiliki arti yang sama dan mengacu pada dua hal pokok: pertama keberadaan masing-masing dua aspek kontradiksi dalam proses perkembangan mengandaikan adanya aspek lain, dan kedua aspek itu berdampingan dalam kesatuan. Kedua, dalam kondisi tertentu, masing-masing dari dua aspek yang kontradiktif itu mengubah dirinya menjadi kebalikannya. Mengacu pada ajaran Lenin, Mao menjelaskan bahwa aspek kontradiktif dalam setiap proses saling meniadakan, saling bergumul dan saling bertentangan. Proses sederahana hanya berisi satu pasangan yang berlawanan, sedangkan proses kompleks mengandung lebih banyak hal yang saling bertentangan.

Implementasinya dicontohkan Mao pada Kuomintang. Kuomintang memainkan peran positif pada tahap tertentu dalam sejarah Cina modern. Ia menjadi partai revolusioner sesudah tahun 1927 karena sifat kelas yang melekat dan bujukan imperialis. Selanjutnya, ia dipaksa untuk setuju melawan Jepang karena semakin tajamnya kontradiksi antara Cina dan Jepang, dan karena kebijakan front persatuan Partai Komunis. Dengan demikian, hal-hal yang bertentangan dapat berubah menjadi satu sama lain, dan di sinilah letak identitas yang menjadi aspek kontradiksi.

Tempat antagonisme dalam kontrasiksi

Terkait antagonisme, Mao menjelaskan bahwa dalam sejarah manusia, antagonisme merupakan manifestasi khusus dari perjuangan lawan. Ia membuat distingsi antara kontradiksi ‘antagonisme’ dan ‘bukan antagonisme’. Kontradiksi antagonistik hanya terpecahkan dala bentuk sebuah ledakan atau tabrakan terbuka jadi secara revolusioner, sedangkan kontradiksi yang bukan antagonistik bisa diatasi secara evolusioner, melalui langkah-langkah kecil (Magnis-Suseno, 2016, hal.106).

Penutup

Pemikiran tentang kontradiksi Mao Zedong merupakan penjabaran lebih lanjut dari ajaran Marx, Engels, Lenin dan Stalin. Dengan pemikiran tentang kontradiksi, Mao hendak menolak semua pemikiran dogmatis dan feodal dalam Partai Komunis Cina. Mao menawarkan cara berpikir dialektika materialis dalam mencapai sebuah perubahan yang lebih baik sesuai dengan pandangan materialis. Kontradiksi-kontradiksi pasti akan terjadi dan tanpa berhenti dalam partai. Pemikiran Mao Zedong dapat menjadi inspirasi bagi partai-partai politik di Indonesia dalam menjaga eksistensi dengan menggunakakan teori kontradiksi berdasarkan nilai-nilai yang demokrasi Pancasila. Semoga.

 

Referensi

Committee for the Publication 1965, “On Contradiction” in the Selected Works of Mao Tse-tung, Central Committee of the Communist Party of China, Central Committee of the Communist Party of China, People’s Publishing House, Peking.

Redspark Collective, 2019, Mao Zedong’s “On Contrdiction”, Study Companion, Foreign Languages Press, Paris.

Magnis-Suseno, Franz 2016, Dari Mao ke Marcuse. Percikan Filsafat Marxis Pasca-Lenin, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

 

Ikuti tulisan menarik pormadi simbolon lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu