x

sumber bangicafe

Iklan

Firmanda Dwi Septiawan firmandads@gmail.com

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 11 November 2021

Rabu, 11 Januari 2023 18:05 WIB

Fenomena Budaya Ngopi dan Cangkrukan di Mojokerto

Realitas kegiatan sosial yang bernuansa santai dan bercengkrama terhadap sesama penikmat secangkir kopi di Mojokerto menjadikannya sebuah kegiatan bahkan budaya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

         Fenomena kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, seiring kemajuan teknologi, dapat berdampak negatif, misalnya stress yang begitu mudah melanda, bukan saja pada kaum tua, dewasa, muda bahkan anak-anak. Pola kehidupan perkotaan khususnya yang memang mengundang banyak resiko, rawan konflik, tantangan, sehingga masyarakat disinyalir membutuhkan suatu wadah yang dapat mereka percayai dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya, atau setidaknya satu tempat dimana mereka bisa berkumpul dan saling berbagi cerita, gagasan ataupun komentar. Perkembangan zaman telah membawa manusia dalam tuntutan kebutuhan baru yang harus terpenuhi, seiring perkembangan kota yang sangat pesat, sehingga para pelaku usaha melihat hal ini sebagai peluang bisnis yang cukup baik untuk ditawarkan kepada konsumen.

       Berbagai macam bidang usaha saat ini juga sedang mengalami perkembangan, warung kopi merupakan salah satunya bermunculan di kota kecil seperti Kota Mojokerto, bukan saja yang berlabel tradisional maupun yang sudah mengglobal. Warung-warung kopi bermuculan di gang-gang kecil, di jalan-jalan raya, tempat yang tersembunyi, ataupun yang strategis, bahkan hingga ke pusat-pusat perbelanjaan. Dalam berbagai kajian tentang fenomena bahwa sesuatu yang menarik dan banyak dilakukan oleh orang dalam sebuah usaha maka menarik untuk diteliti.

      Minum kopi sendiri mungkin merupakan satu dari sedikit kata kerja yang bisa mewakili banyak aktivitas. Mulai dari menyantap makanan dan minuman, negosiasi bisnis, tukar pikiran dalam pekerjaan, reuni dengan kawan lama, sampai bincang-bincang non formal di pinggir jalan. Minum kopi di kedai kopi (ngopi) juga adalah aktivitas yang tak peduli status sosial, tanpa membedakan perbedaan jenis kelamin, strata sosial, usia atau apapun yang dapat menjadi penyekat kepopuleran sebutan ngopi ini. Kedai kopi tidak membedakan pengunjungnya baik laki-laki maupun perempuan, kaya atau miskin, tua ataupun muda, dari orang tidak terhormathampir terhormat-bahkan yang katanya terhormat semua bisa beraktivitas di kedai kopi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

      Tidak berlebihan jika sebagai kota industri, Mojokerto berkembang secara pesat daripada kota di sekitarnya. Sebagai kota industri, Mojokerto akhirnya menggeliat dengan fenomena industrialisasi di segala bidang, dengan percepatan pembangunan infrastruktur di dalamnya. Keberadaan Kota Mojokerto yang berada di jalur strategis perdagangan dan bisnis kota antara Surabaya, Sidoarjo dan Jombang, menjadikannya ramai akan kaum urban berdatangan sehingga membentuk sebuah perkumpulan masyarakat yang ramai akan penduduk. Perkembangan sebagai kota industri telah menarik minat masyarakat di luar Kota Mojokerto sebagai tujuan para pencari kerja. Melimpahnya sektor industri dengan berdirinya pabrik-pabrik di mana-mana jelas menunjukkan bahwa beberapa kota ini merupakan “surga” para pencari kerja. Masyarakat urban begitu melimpah-ruah menempati sudut-sudut kota dengan harapan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak daripada sebelumnya.

   Kehadiran dari beberapa penduduk yang berada di sekitaran Kota Mojokerto menjadikan kegiatan berkumpul satu sama lain merupakan sebuah aktivitas yang berharga, guna memperoleh informasi maupun bertegur sapa satu sama lain. Dalam melakukan sebuah pertemuan maka tidak etis apabila tidak bertemu dan mendiskusikan kegiatan tersebut di sebuah lokasi yang nyaman dan menyesuaikan tempat pertemuan. Lokasi dari kegiatan yang relatif santai dan tegur sapa biasanya disajikan dengan seduhan kopi dan warung kopilah menjadi tempat tujuan utamanya. Beberapa masyarakat kota memiliki rutinitas kerja yang tidak pernah berhenti, disertai dengan nuansa “kesibukan” yang silih-berganti, seperti menempatkan setiap orang untuk selalu beraktivitas ekonomi dan berkompetesi satu sama lain. Denyut kota seperti denyutnya jam kerja, dari sejak pagi hingga pagi berikutnya (Silas 1996:34). Maka dari itu kegiatan cangkruk menjadi salah satu aktivitas pencair suasana sekaligus refreshing sejenak meninggalkan hiruk pikuk kegiatan mereka.

    Jika membicarakan mengenai gaya hidup remaja Kota Mojokerto, kehidupan dari segi konsumtif tentu berbeda dengan Kota Surabaya maupun Kabupaten Sidoarjo sebagai daerah hinterland kota. Hal ini karena Mojokerto yang notabenya merupakan sebuah daerah kecil, menjadikan para pebisnis atau pengusaha kedai kopi tidak berani mengambil rentang harga yang begitu tinggi dikarenakan penyesuaian juga terhadap kantong dan targeting pasar mereka. Apabila mereka membandingkan konsumtif Mojokerto dengan Surabaya maka perbedaan permintaan pasar akan sangat berbeda, begitu juga dengan Kabupaten Sidoarjo tetapi memiliki kemajuan yang begitu pesat di Provinsi Jawa Timur itu sendiri.

 

Ikuti tulisan menarik Firmanda Dwi Septiawan firmandads@gmail.com lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

6 jam lalu

Terpopuler