x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Minggu, 19 Februari 2023 12:52 WIB

Meneguhkan Kebersamaan dengan Nyeruit Bejamou

Orang Lampung juga punya sifat terbuka dan menghormati pendatang. Untuk itu orang Lampung juga punya tradisi cuak mengan (makan bersama) dengan menu utama (main menu) seruit. Aktivitas makan bersama ini sering disebut mengan nyeruwit bejamou alias lebih dikenal dengan istilah nyeruwit.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bagi masyarakat Lampung, nyeruit bejamou bukan sekadar makann. Nyeruit bejamou, bukan sekadar makan bareng tetapi merupakan  simbol yang menegaskan kebersamaan. Kebersamaan ini sudah tertanam berabad-abad  di Sang Bumi Ruwai Jurai—sebutan untuk bumi Lampung---, sehingga proses akulturasi budaya berlangsung mulus di bumi Lampung yang di sebut juga Sang Bumi Ruwai Jurai.

Provinsi Lampung  tak hanya dianugerahi alam yang memesona dan budaya yang adiluhung. Orang Lampung yang punya falsafah Piil Pesenggiri juga terkenal ramah dan welcome, salah buktinya daerah ini menjadi pilot proyek transmigrasi di era penjajahan Belanda dengan sebutan kolonisasi yang dilauching pada tahun 1905 dengan tujuan pertama desa Bagelen.

Selain itu, Orang Lampung juga punya sifat terbuka dan menghormati pendatang. Untuk itu orang Lampung juga punya tradisi cuak mengan (makan bersama) dengan  menu utama (main menu) seruit. Aktivitas makan bersama ini sering disebut   mengan nyeruwit bejamou alias  lebih dikenal dengan istilah nyeruwit.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kuliner nyeruwit merupakan budaya makan masyarakat Lampung. Tradisi nyeruwit ini telah berlangsung secara turun-menurun dari nenek moyang mereka dan hingga kini masih tetap dipelihara oleh sebagian besar masyarakatnya.

Tradisi ini khas dari baik dari segi bahan bahan baku,rasa, cara makan, dan waktu konsumsi. Bahan baku berupa sambal terasi yang lezat, makan dengan tangan dengan suasana penuh keakraban, dan cocok dinikmati kapan saja menjadikannya benar-benar khas. Tradisi ini mewariskan kearifan lokal karena semua bahan baku dan teknologinya serba lokal. Dilihat dari bahan bakunya nyeruwit diyakini bergizi tinggi.

Masakan khas Lampung adalah seruit, yaitu masakan ikan digoreng atau dibakar dan dicampur dengan sambel terasi, tempoyak (olahan durian) ataupun mangga kuwini. Jenis ikan adalah ikan sungai seperti belida, baung, layis dll, ditambah lalapan. Sedangkan minumannya adalah serbat, terbuat dari jus buah mangga kwini.

Hidangan lalapan dalam sambal seruit bisa bervariasi, namun di Lampung dikenal berbagai jenis tumbuhan yang cocok menjadi bahan lalapan. Selain timun, petai, kemangi, kol dan tomat. Namun tersedia pula lalapan jagung muda, papaya, daun singkong dan adas.

Cara Nyeruwit

Langkah-langkah nyeruwit meliputi cara membuat seruit. Tata cara nyeruwit sebagai berikut . Langkah-langkah nyeruwit  mencuci kedua tangan  dengan sabun sampai bersih, bila perlu cuci dengan larutan pembersih seperti Antis atau sejenisnya.

Kemudian, ambil wadah untuk nyeruwit berupa piring cekung atau mangkok kecil, lalu masukkan sambal terasi, ikan bakar/goreng, bahan pengasam, tempoyak atau yang lainnya, aduk/remas-remas bahan dalam mangkok dengan menambahkan air minum secukupnya hingga semua bahan tercampur; dan nyeruwit  siap disantap dan dapat dimulai dengan mengambil seruwit dengan daun singkong dan dimakan dengan nasi.

Yang menarik dalam acara nyeruwit , semua unsur makanan diracik sekaligus dan harus habis saat itu juga. Lap dan air es atau jus menjadi syarat berikutnya mengingat tangan yang mesti dibersihkan dan tenggorokan yang perlu didinginkan untuk mengurangi rasa panas akibat pedasnya sambal terasi.  Mereka umumnya makan sambil berbincang-bincang ngalor-ngidul  dari masalah rumah tangga, domestik sampai urusan luar negeri.

Seruit yang sudah jadi dalam satu wadah dimakan bareng. Rebusan daun singkong atau lalapan lainnya diambil secukupnya lalu dicocol ke seruit. Setelah itu letakkan di sesuap nasi, dan dihantar hingga mulut, dikunyah, ditelan hingga tandas masuk perut.

Lalapan mengiringi suapan nasi yang sudah ditelan tersebut. Rasa seruit yang pedas, asam, dan manis memiliki  daya nafsu penikmatnya untuk melicintandaskan hidangan yang ada dalam kebersamaan.

Masyarakat Lampung sangat memercayai bahwa jika ingin makan sebaiknya tidak sendiri. Karena mencicipi masakan seruit tak ada hasilnya jika tidak dinikmati oleh teman-teman ataupun banyak orang.

Nyeruwit identik dengan makan bersama alias rame-rame, khususnya dengan anggota keluarga. Maka, prosesi nyeruwit menjadi puncak keindahan masyarakat yang amat mengutamakan persaudaraan.

Daerah Lampung telah membuktikan dirinya sebagai  daerah yang multikultur dengan sebutan Indonesia Mini. Bermacam-macam suku bangsa tinggal di kawasan bumi Lampung.

Kekayaan tradisi ini menjadi penanda penting bergeraknya Lampung, khususnya Bandar Lampung sebagai ibu kota provinsi Lampung sekaligus ibukota kota Bandar Lampung, menghadapi modernitas tanpa kehilangan visi.  Tak kehilangan jatidiri. Dan  tradisi  nyeruwit  menjadi salah satu unsur yang mempertalikan keberagaman tersebut dalam suatu ikatan yang indah.

Acara Nyeruwit ini pernah diikuti 10.800 orang warga Bandar Lampung. Makan bersama dalam  Festival Begawi 2011 ini  tercatat dalam  Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri). Yang penting jadi catatan peristiwa ini bukanlah untuk faktor meraih rekor Muri semata, tetapi sebuah peristiwa budaya.

Ribuan orang dengan pakaian adat, lengkap dengan sarung yang melilit pinggang plus duduk lesehan tanpa mengenal kasta dan kedudukan mengan nyeruwit bejamou (makan seruit bersama) .Peristiwa ini punya  atmosfer kebersamaan dan gotong royong  yang memiliki nilai plus.

 

*)Christian Heru Cahyo Saputro, suka motret, tukang tulis dan suka berbagi kisah tinggal di Semarang.

 

 

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler