Belajar Bersyukur Dari Oprah Winfrey
Bambang Udoyono
Salah satu resep kebahagiaan adalah bersyukur. Apabila kita bersyukur dengan apa yang kita miliki maka kita akan berbahagia. Di dalam Al Qur’an ada sebuah ayat yang menyatakan bahwa apabila kita bersyukur maka Allah akan menambah nikmatnya.
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS Ibrahim 7)
Kebenaran wahyu Allah dalam Al Qur’an adalah mutlak. Janji Allah adalah benar. Maka jika kita bersyukur pasti Allah akan menambah nikmatNya. Pertanyaannya, bagaimana cara kita bersyukur?
Salah satunya adalah dengan membaca hamdalah, maksudya mengucapkan secara lisan disertai niat di dalam hati untuk memuji dan berterimakasih kepada Allah yang sudah memberikan rejeki dsb. Kedua dengan memakai apapun pemberiannya seperti yang seharusnya. Kalau diberi benda seperti baju misalnya ya dipakai, bukan ditumpuk saja. Bukan dipakai sebagai lap atau yang tidak seharusnya.
Lalu bagaimana agar sikap mental kita benar benar bersyukur? Tidak hanya dibibir saja kita mengucapkan hamdalah dan terimakasih kepada Allah?
Seorang motivator terkenal dari negeri Paman Sam, Oprah Winfrey memiliki sebuah kata Mutiara yang sangat menginspirasi tentang hal ini. Begini katanya.
“If you look at what you have in life, you'll always have more. If you look at what you don't have in life, you'll never have enough.” (Oprah Winfrey)
Jika kamu menghargai apa yang kamu miliki dalam hidup, maka kamu akan memiliki lebih. Kalau kamu memusatkan perhatian pada apa yang kamu tidak miliki dalam hidup, maka kamu tidak merasa cukup.
Jadi menurut Oprah Winfrey kita harus benar dalam memfokuskan perhatian. Kita harus menaruh apa yang sudah kita miliki dalam pusat perhatian kita. Kita juga harus menjaga agar jangan sampai apa yang belum dimiliki itu menjadi pusat perhatian kita. Dengan kata lain kita harus menggeser pusat perhatian kita dari apa yang belum dimiliki menjadi apa yang sudah dimiliki.
Kalau apa yang sudah dimiliki itu menjadi pusat perhatian kita maka kita merasa cukup dan akan bersyukur. Sederhana saja sebenarnya.
Meskipun demikian pelaksanaannya tidak selalu mudah. Sebab selain harus puas dengan apa yang dimiliki, kita juga idealnya memiliki impian. Manusia yang maju pasti selalu memiliki impian. Artinya dia memperhatikan juga hal hal yang belum dimiliki.
Jadi di sinilah tantangannya. Yaitu mengelola perhatian kita. Di satu sisi kita harus bersyukur dengan capaian selama ini. Di sisi lain kita juga harus tidak melupakan cita cita atau sasaran yang belum tercapai. Inilah seninya mengelola kehidupan. Bersyukur sembari terus mengupayakan impian yang belum tercapai.
Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.
