x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Kamis, 16 Maret 2023 20:47 WIB

Parapat, Kota Nan Elok di TepianToba

Kota Parapat selin indah juga mempunyai segudang objek wisata yang sangat memesona, seperti objek wisata alam, wisata budaya, hingga wisata sejarah yang masing-masing memiliki ciri khas serta keunikan tersendiri. Kota Parapat merupakan salah satu destinasi wisata unggulan .

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kota Parapat  merupakan salah satu objek wisata legendaris di Indonesia.Kota di pinggiran danau Toba ini, sejak zaman dulu menjadi salah satu obyek wisata favorit. Tak hanya menjadi pilihantujuan wiasata turis lokal , tetapi juga pejalan mancanegara

Kota Parapat selin indah juga mempunyai segudang objek wisata yang sangat memesona, seperti objek wisata alam, wisata budaya, hingga wisata sejarah yang masing-masing memiliki ciri khas serta keunikan tersendiri. Kota Parapat  merupakan salah satu destinasi wisata unggulan .

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kota Parapat

Bila berkunjung ke Parapat, kita akan menemukan beberapa destinasi wisata menarik seperti; Rumah Pengasingan Soekarno, Batu Gantung, Pantai Kasih dan Pantai Ujung di tepian danau Toba. Masyarakat sekitar Parapat menyebut pantai atau pante untuk pinggirin danau yang berpasir putih. Kalau tak ini ingin menyeberang ke pulau samosir Anda bisa berenang, memancing, naik speedboat atau juga sepeda air untuk menikmati pemandangan kota Parapat dari danau Toba.

Legenda Muasal Kota Parapat

Konon menurut sahibul hikayat  kota Parapat bermuara dari sebuah legenda Batu Gantung  yang hingga kini diyakini masyarakat setempat. Kisahnya,  pada zaman dulu kala konon ada seorang gadis yang hendak dijodohkan orang tuanya dengan anak dari saudara perempuan ayahnya.  Padahal sang gadis ini sudah punya  kekasih. Bahkan   mereka sudah mengikat janji akan menikah. Gadis ini menghadapi   simalakama. Dimakan mati ayah, tak dimakan mati ibu.

Karena dia tidak sanggup mengatasi kesulitan besar yang menimpa dirinya. Sang  gadis itu akhirnya putus asa. Dengan bercucuran air mata ia berjalan perlahan-lahan menuju pinggir Danau Toba yang berjurang sangat dalam.Sang gadis  bermaksud hendak melompat ke jurang yang amat dalam itu.

Tetapi  sebelum mencapai pinggir Danau Toba, tiba-tiba dia terperosok ke dalam lubang besar. Seluruh tubuhnya masuk ke dalam lubang itu. Makin lama dia makin jauh terperosok. Di sekelilingnya hanya terdapat batu cadas hitam. Karena pikirannya kacau, sang gadis melihat batu-batu itu seakan-akan sedang bergerak hendak menghimpit dirinya.

Melihat keadaan ini pun sang gadis spontan berteriak;
“Parapat…Parapat Batu…parapat.” Yang berarti,  “merapat…merapatlah batu…merapatlah”.

Kata-kata itu diucapkan terus menerus dengan harapan agar batu cadas disekelilingnya merapat sehingga tubuhnya menjepit dirinya sehingga dia mati terhimpit.

 Tak jauh dari tempat itu, ada dua orang petani yang mendengar sayup-sayup suara teriakan : “Parapat…Parapat Batu…Parapat.” Tetapi kedua petani tadi tidak dapat menolong gadis itu. Konon, dari teriakan gadis inilah muasal nama kota Parapat. Dan hingga kini lokasi tempat gadis ini terhimpit terkenal dengan sebutan Batu Gantung---salah satu obyek wisata menarik---di tepian danau Toba tepatnya di kota Parapat.

Destinasi Rumah Soekarno

Kalau Anda berwisata ke Parapat jangan lupa singgah di Rumah Pengasingan Soekarno.Bangunan berlantai dua yang cukup besar ini tampak berdiri kokoh dengan di dominasi oleh warna putih dan memiliki halaman yang begitu luas, letaknya tepat di tepi jalan kota Parapat yang berhadapan langsung dengan Danau Toba.

Bangunan ini memang cukup menarik perhatian wisatawan yang melintasi kota ini, tak hanya arsitekturnya yang unik namun kisah di balik rumah pengasingan ini juga menarik untuk menjadi pembelajaran dan penambah wawasan, sehingga tak jarang pada hari-hari tertentu banyak sekali wisatawan lokal maupun mancanegara yang memadati objek wisata sejarah ini.

Bangunan ini merupakan saksi bisu dari kisah sejarah Ir.Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia yang kala itu diasingkan. Tepatnya pada tahun 1948, dimana pada saat itu beberapa tokoh penting Indonesia sengaja diasingkan ke kota ini oleh pemerintah kolonial Belanda untuk keamanan dan keleluasaan mereka dalam menjalankan tugas tanpa adanya gangguan dari pihak-pihak tertentu.

Beberapa tokoh penting tersebut diantaranya Ir. Soekarno, Sutan Sjahrir, dan Agus Salim yang kala itu menduduki posisi terpenting di Pemerintahan Indonesia. Mereka diasingkan selama kurang lebih satu bulan di kota ini, tepatnya disebuah bangunan yang berdiri di tepi Danau Toba setelah sebelumnya mereka berada di rumah pengasingan Kota Berastagi selama beberapa hari.

Namun ternyata, pengasingan tokoh-tokoh penting tersebut di kota ini sama sekali tidak pernah terdengar ke masyarakat sekitar Kota Parapat, sebab hanya beberapa orang saja mengetahuinya termasuk penjaga rumah pengasingan ini dan beberapa tokoh penting di Sumatera Utara. Hal itu disebabkan, peristiwa pengasingan tersebut sangat tertutup dari masyarakat sekitar, bahkan di rumah pengasingan ini sama sekali tidak tersedia fasilitas untuk berkomunikasi dan keberadaan media elektronik pun kala itu sangat dibatasi demi keamanan tokoh-tokoh tersebut.

Dari halaman depan, bangunan ini tampak begitu unik dan memang terlihat berbeda dibandingkan bangunan-bangunan lainnya. Tentu saja, sebab bangunan ini mengadopsi arsitektur bangunan bergaya klasik yang sering digunakan oleh sebahagian masyarakat di negara-negara Eropa pada awal abad ke 19, dalam sebuah seni arsitektur disebut dengan nama indische architectur yang cukup populer kala itu.

Bangunan yang pernah menjadi rumah pengasingan tokoh-tokoh penting Indonesia ini berdiri di pertengahan tahun 1920’an, yang kala itu berfungsi sebagai bangunan penting untuk melaksanakan kegiatan para petinggi di Sumatera Utara. Bangunan ini di dominasi oleh warna putih dan dengan luas halamannya yang mencapai 2 hektar, uniknya halaman yang terdapat di sekitar bangunan ini tertata dengan kontur-kontur yang rapi dengan beberapa bentuk seperti pada masa klasik. Sehingga apabila wisatawan memasuki kawasan ini, maka wisatawan akan merasakan seperti berada dalam sebuah momen tempo dulu.

Masjid Raya Parapat

Ketika memasuki rumah pengasingan ini tampak beberapa benda yang menjadi bukti dari pengasingan Ir.Soekarno dan beberapa tokoh penting tersebut, seperti foto, buku-buku milik Ir.Soekarno, serta lukisan. Selain itu juga terdapat ragam perabotan bernuansa tempo dulu, seperti beberapa perabotan ukiran, tempat tidur, hingga beberapa meja dan kursi.

Semua benda-benda dan perabotan tersebut kini menjadi koleksi di rumah pengasingan ini. Seiring dengan perjalanan  waktu, kini rumah pengasingan ini telah menjadi sebuah wisma pesinggahan  atau tempat penginapan bagi para petinggi di Sumatera Utara dan  tamu penting yang sedang melakukan dinas atau kunjungan di Sumatera Utara.

Tak hanya itu, panorama di sekitar rumah pengasingan ini pun sangat menarik, sejauh mata memandang terlihat perairan Danau Toba yang luas membentang. Perkampungan-perkampungan di sekitar Danau Toba juga terlihat menarik, dengan ragam kegiatan masyarakat di sekitarnya. Pesona panorama inilah yang menjadi nilai tambah obyek wisata sejarah ini.

Jalan Menuju Parapat

Kota sejuk dengan sejumlah potensi obyek wisata sejarah dan keindahan alamnya ini lokasinya sekira 176 Km dari kota Medan. Kalau ditempuh dengan perjalanan darat sekira 3 – 4 jam. Tetapi jika menggunakan pesawat mendarat di Bandara Sibisa memakan waktu hanya sekitar 25 – 30 menit.

Banyak pilihan sarana transportasi darat dari Kota Medan menuju Parapat, bus, travel dan rental mobil. Untuk mencari bus, travel dan rental jurusan kota Parapat bisa dijumpai di Jalan Sisingamangaraja atau di Terminal Amplas Medan.

Menuju Parapat anda akan melewati rute, Tanjung Morawa – Lubuk Pakam – Pasar Bengkel – Tebing Tinggi – Pematang Siantar. Kalau bawa mobil pribadi atau rental bisa mampir di Pasar Bengkel membeli oleh-oleh aneka dodol atau sekadar makan siang.

Untuk menginap dan makan jangan khawatir. Di Parapat banyak fasilitas dan cukup lengkap, hotel, rumah makan (halal dan non halal tersedia)  juga fasilitas-fasilitas pendukung lainnya seperti ATM, cafe, bar, dan lainnya.

Sepulangnya dari Parapat jangan lupa untuk membeli oleh-oleh khas kota ini. Anda bisa membeli mangga dan kacang garing yang dimasak dengan menggunakan pasir. Tentunya, jangan lupa juga mengunjungi beberapa kios suvenir yang menjual kerajinan-kerajinan khas suku Batak maupun khas danau Toba, yang terletak di sekitar Jalan Haranggaol, Parapat. 

*) Christian Heru Cahyo Saputro, pejalan, suka motret dan tukang tulis , suka berbagi kisah tinggal di Semarang

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler