x

Iklan

Vina Melani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Januari 2022

Jumat, 17 Maret 2023 14:31 WIB

Telah Ditulis Rezekinya

sebuah petuah dari kalender usang pondok pesantren, isian daging ini saya tuliskan kembali untuk menuai manfaat INSYAALLAH :)

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kata Hasan Al-Bashri, “Saya yakin rezeki saya tak bisa dimakan orang lain maka saya tenang saja”. Imam Hathim Al-A’Shom sering mengulang-ulang, “Rezeki saya tidak bisa dimakan orang lain, dan saya tidak bisa makan rezeqi orang lain”. Kata ulama yang lain, “Rezekimu pasti datang kepadamu walau berada diantara dua gunung . Tapi bila bukan rezekimu, maka akan jauh walau sudah berada diantara dua bibir”.

Kata Imam Syafi’i, “Pasti Allah akan memberi rezeki padaku walau saat ini berada di dasar laut yang dalam”. Dalam syair lain bilang “Jika aku hidup pasti ada rezeki, jika aku mati pasti ada kuburan, dst”.

Semua ulama sepakat bahwa rezeki telah ditentukan tidak bisa berpindah dari ketentuan, tapi manusia masih ragu saja “Apakah saya akan dapat rezeki?” Sampai dengan cara Haram, mencuri, korupsi dll. Sebetulnya pencuri itu makan rezekinya sendiri, tapi karena tergesa-gesa, belum masanya sudah diambil, maka haram. Sebetulnya bila sabar rizqi itu akan datang dengan halal, minimal diambill dengan halal tapi tergesa/belum masanya dengan melanggar syari’at, ya haram..

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

من تعجل شيئا قبل أوانه عوقب بحرمانه

“Barang siapa tergesa-gesa sesuatu sebelum masanya, maka diberi sanksi dengan tidak mendapatkannya.”

Dua cerita

  1. Shohabat Ali pernah meminta seseorang untuk meninggalkan ontanya dengan titipan cemeti (cambuk) selang beberapa saat orang itu pergi dengan cemeti tersebut. Saat sahabat Ali datang untanya masih ada tapi tidak dengan cemetinya, dan kebetulan cemeti itu dijual oleh orang tadi, dan pembeli datang pada sahabat Ali. Ditanya “Berapa harga cemeti itu?” Dijawab satu dirham, maka dibeli kembali oleh Ali sambil berkata, “Jika orang tadi sabar sebetulnya akan diberi satu dirham itu, tapi tidak sabar maka tetap satu dirham tapi dengan jalan yang haram”.
  2. Cerita Bani Israel

Konon kabarnya (ada dalam kitab) ada seorang Bani Israel bertanya pada Nabi Mussa dengan membawa sebutir jagung, “Wahai Nabi Mussa jagung ini rezeki siapa?" Nabi Musa diberi ilham, “Jagung iturezeki ayam di kampung fulan!” Maka Bani Israel tadi mengangkat jagung tadi diatas kepala yang mendongkak sambil berkata, “Ini  rezeki saya”, dengan melepaskan jagung tadi dengan harapan masuk mulut, tapi apa yang terjadi?

Jagung masuk hidung, ketika mau dikeluarkan tetap tidak bisa keluar dan sakit, lalu pergi ke dokter. Dan antri diluar kemudian bersin, keluarlah jagung tersebut, dan dimakan oleh ayam. Ini kisah benar-benar terjadi, jagung ini rezekinya ayam dikampungnya pak doker dibawa oleh Bani Israel yang tidak percaya tadi.

Cara mencari rezeki mengikuti sunah

Dalam agama islam tidak dilarang mencari rezeki, bahkan diperintahkan untuk cari rezeki yang halal walau tidak ada jaminan untuk berhasil (yang wajib itu mencarinya bukan hasilnya), adapun rizqi memang sudah ditentukan dari Allah bukan tergantung pada cara mencarinya, Maka adab mencari rezekiakan di tulis dibawah ini, tidak seluruhnya, jika ingin lebih lengkap maka baca Ihya Ulumuddin karya Imam Ghozali.

  • Yakin tak ada yang memberi rezeki kecuali Allah .seperti mudzkaroh nafi isbat:
  1. Sawah tidak bisa memberi rezeki
  2. Allah yang memberi rezeki
  3. Sawah memberi rezeki berhajat pada Allah
  4. Allah memberi rezeki tidak berhajat pada sawah
  5. Jika Allah berkehendak memberi rezeki dengan sawah
  6. Jika Allah berkehendak bisa memberi rezekitanpa sawah

Disini yang dilarang bukan mencari rezeki (Asbab), tapi keyakinan terhadap Asbab.

  • Carilah rezeki yang halal bukan wal geduwal angger kecekel diuntal senajan kadal (bukan seenaknya sendiri, setiap yang ditangkap dimakan walau itu kadal)
  • Carilah rezeki dengan niat ibadah/dakwah (ini syarat mutlaq jika cari rizqi ingin dapat pahala, walau tidak cukup dengan niat semata tapi dengan adab yang lain (paling penting).
  • Cari rezeki yang tak usah tungkus lumus (banting tulang, peras keringat, ini tidak usah) dengan keyakinan rezeki saya tidak bisa dimakan orang lain, rizqi orang lain tidak bisa saya makan, maka tetap cari dengan tenang tidak terburu nafsu (ngoyo)
  • Cari rezeki itu dikerjakan bukan dipikirkan (tak usah banyak pemikiran-pemikiran apalagi sampai menghabiskan waktu, tidak banyak berarti seperti tanam kacang. Ini dikerjakan akan tumbuh, walau pikiran untuk agama, tapi misalkan dipikirkan saja cara menanam, tapi tidak ditanam maka tidak akan tumbuh).

 Banyak orang  yang dari bangun tidur hingga tidur lagi hanya pikir dunia saja, ini sia-sia belaka. Rezeki (dunia) ditangan jangan dihati, tidak dilarang dalam agama mempunyai dunia, tapi cukup ditangan saja, jangan dimasukan kedalam hati. Karena hati adalah singgasana Allah, jangan dimasuki dunia

Doa seorang ulama, “Ya Allah cabutlah dunia dari hati saya, tapi jangan cabut dari tangan saya.” Ini doa orang cerdas. Memohon agar dunia hanya ditangan saja tidak dimasukan kedalam hati, sekarang ini banyak orang yang tangannya tak punya dunia/sedikit,tapi hatinya penuh dunia.

 

Masih adalagi adab-adab cari rezeki seperti :

 

  • Tidak bersama wanita ( isteri atau anak ). Agar wanita dirumah saja, mendidik anak yang jauh lebih berharga daripada dunia berapapun. Karena anak akan memasukkan surga atau neraka, dan dia sendiri calon surga atau neraka. Tak sebanding dengan dunia berapapun, dan dunia telah dijanjikan oleh Allah baik dicari ataupun tidak dicari, lain dengan surga ini harus dicari.

Tapi saat ini banyak wanita yang habis waktunya untuk dunia dan dapat hanya sedikit, degan mengorbankan pendidikan anak sendiri (untuk mendidik/mengasuh anak orang lain), sampai diluar negeri lagi, kaya di Indonesia tidak ada rizqi saja. Raggu-ragu, “Apa saya jika di negeri sendiri apa dapat rezeki atau tidak?” di luar negeri dihinakan, dekat dengan maksiat (berzina/lesbian) ini sangat-sangat konyol, mengorbankan masa depan anak sendiri untuk mengurus orang lain.

  • Tidak ada narkoba, khamar, gambar hewan, rokok dslb
  • Yang paling penting adalah, jika ada takaza agama (kebutuhan pokok agama) maka mendahulukan takaza agama. Seperti dengar dalam bayan, kita punya anak dan punya kambing, kalau anak sakit maka kambing dijual untuk mengobati anak, ini benar. Sekarang ganti kambingnya sakit, apakah anaknya dijual untuk kambing??

Kita punya dunia dan punya agama,agama sakit maka dunia ditinggalkan (sementara) untuk agama, ini benar. Sekarang dunia sedang sakit, agama dikorbankan untuk dunia, ini seperti menjual anak untuk mengobati kambing.

Dan masih banyak adab-adab lain

 

Wallahua’alam

Ikuti tulisan menarik Vina Melani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler