x

cover buku Cina Timor

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 1 April 2023 16:17 WIB

Cina Timor - Baba, Hakka dan Kantonis dalam Pembentukan Timor Leste

Buku Cina Timor adalah kajian tentang dinamika masyakarat Cina di wilayah Timor Portugis selama 2 abad. Posisi mereka yang dibutuhkan sekaligus dicurigai oleh berbagai penguasa, mulai dari Kerajaan Portugis, Jepang, Indonesia dan Timor Leste digambarkan dengan mendalam dan menarik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Cina Timor

Penulis: Douglas Kammen dan Jonathan Chen

Tahun Terbit: 2022

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Penerbit Buku Kompas

Tebal: xxii + 282

ISBN: 978-623-346-319-5

 

Di seluruh Asia Tenggara, orang Tionghoa perantauan telah lama digambarkan sebagai pendatang yang sulit diduga tetapi rajin, sebagai korban yang eksploitatif tetapi juga tidak bersalah, dan sebagai penduduk yang taat hukum tetapi merupakan kolom kelima yang berpotensi berbahaya (hal. 228). Pendapat penulis yang disampaikan di akhir buku ini merangkum semua kesimpulan tentang masyarakat Tionghoa perantauan di Asia Tenggara. Berdasarkan pendapat inilah sang penulis menganalisis keberadaan masyarakat Cina di Timor (Leste). Meski jumlah orang tionghoa di Timor Leste sangatlah kecil (tidak pernah lebih dari 1,5%), tetapi peran mereka signifikan dalam sejarah wilayah Portugis yang kemudian menjadi negara dengan nama Timor Leste.

Orang-orang Cina di Timor menghadapi situasi dimana mereka dibutuhkan (untuk meningkatkan perdagangan) dan sekaligus dicurigai dan ditekan oleh berbagai penguasa di Timor. Solidaritas dan kerekatan sosial yang mereka bangun di Timorlah yang membuat mereka mampu bertahan sampai akhirnya mempunyai identitas sebagai Cina Timor (hal. 229) yang ikut menderita bersama warga Timor di jaman Suharto dan menjadi bagian dari warga negara Timor Leste.

Douglas Kammen dan Jonathan Chen menggambarkan asal muasal Cina Timor untuk memberikan gambaran latar belakang komunitas ini. Latar belakang asal muasal Cina Timor ini sangat menentukan peran mereka dalam sejarah wilayah Portugis. Seperti halnya orang tionghoa perantauan, asal usul mereka sangat beragam. Buku ini menjelaskan setidaknya ada 4 kelompok orang Cina yang datang ke Timor Leste. Pertama adalah para perantau Hokkien yang datang untuk mencari nasip yang lebih baik, para petani Hakka, para pejabat Kerajaan Portugis dan para narapidana yang dibuang ke wilayah ini (hal. 76). Para perantau ke Timor Portugis ini ada yang berbahasa Hokkien, Haka  dan Kantonis (hal. 2). Pada awal kedatangan mereka, orientasi kepada desa asal masih sangat tinggi. Dengan kesetiaan pada desa leluhur tersebut, mau tidak mau para perantau ini juga mempunyai hubungan kesetiaan-ketidaksetiaan kepada dinasti yang saat itu berkuasa.

Hubungan mereka dengan Kerajaan Portugis sangat dipengaruhi oleh terombang-ambingnya kebijakan politik terhadap mereka. Portugis pernah mendorong orang-orang Cina bermigrasi ke Timor. Namun pada saat yang sama Portugis juga merasa bahwa para migran ini bisa merusak kesetiaan penduduk setempat kepada Portugis. Beberapa pejabat Portugis berpendapat bahwa orang-orang Cina ini berperan dalam meningkatkan perdagangan. Tetapi pejabat lain berpendapat sebaliknya. Pejabat lain berpendapat bahwa orang-orang Cina mengganggu sistem perdagangan Eropa dengan membuat jalur perdagangan mereka sendiri. Perdebaan pandangan pejabat Portugis tersebut mengakibatkan kedatangan orang Cina ke Timor terus berlanjut, sementara itu aturan-aturan yang memberatkan (pajak, pelarangan perdagangan di kota dan sebagainya) diterapkan dan menindas orang-orang Cina di Timor.

Di jaman Jepang, posisi mereka dicurigai kedua belah pihak. Meski Portugal menyatakan sebagai negara netral dan tidak ikut berperang, orang-orang Jepang sangat mencurigai orang-orang Cina di Timor. Orang Jepang yang membenci orang Cina mengambil alih banyak aset orang Cina di Timor untuk mendukung perang (hal 148). Mereka juga memasukkan orang-orang Cina ke kamp, membunuhi orang Cina dan menjadikan perempuan Cina sebagai perempuan penghibur (hal. 149). Di saat yang sama pihak Sekutu mencurigai orang-orang Cina di Timor menjadi informan Jepang (hal. 148). Kondisi ini tentu membuat orang Cina di Timor tidak nyaman.

Saat negeri Tiongkok mengalami revolusi dan terpecah menjadi Komunis dan Nasionalis, orang-orang Tionghoa di Timor juga merasakan akibatnya. Orang-orang Tionghoa di Timor juga ada yang pro-komunis dan ada pula yang pro-nasionalis (Bab 7 hal. 162). Perang dingin yang memisahkan masyarakat dunia menjadi kutub Barat dan Komunis sangat berdampak bagi kehidupan orang Cina di Timor. Posisi ini membuat mereka mengalami kesulitan ketika Timor Portugis jatuh ke tangan Indonesia dan kemudian lepas dari Indonesia. Orang-orang Cina yang pro Taiwan dicurigai oleh kelompok-kelompok kiri yang ada di Timor. Orang-orang Cina Timor dicurigai sebagai bagian dari komunis dunia oleh rezim Suharto.

Terlihat jelas dalam buku ini bahwa posisi orang Cina di Timor selalu diombang-ambingkan oleh situasi penguasa dan arah politik mereka. Keberadaan mereka dibutuhkan sekaligus dicurigai oleh berbagai penguasa.

Kammen dan Chen menggambarkan bahwa solidaritas kesetiaan sosial mereka di Timor mempunyai peran yang sangat penting dalam perjuangan mereka mengarungi ombak ambivalensi. Orang-orang Cina di Timor yang beragam dari sisi asal-usul dan pandangan politik tetap bisa bersatu secara sosial. Pelayanan persekolahan dan urusan kematian menjadi pengikat kuat masyarakat Cina di Timor. Ikatan sosial inilah yang membangun solidaritas mereka menjadi Cina Timor.

Apakah dengan demikian persoalan Cina Timor telah selesai? Dengan datangnya imigran baru dari dataran Tiongkok yang cukup besar setelah kemerdekaan, persoalan kecurigaan kepada masyarakat Cina di Timor bisa saja kembali muncul. Orang-orang Cina yang sudah merasa diri menjadi bagian dari warga Timor Leste bisa dipandang sebagai bagian dari para imigran yang datang kemudian dengan tujuan hanya untuk mendapatkan keuntungan eknomi.

Jadi pendapat bahwa di seluruh Asia Tenggara, orang Tionghoa perantauan telah lama digambarkan sebagai pendatang yang sulit diduga tetapi rajin, sebagai korban yang eksploitatif tetapi juga tidak bersalah, dan sebagai penduduk yang taat hukum tetapi merupakan kolom kelima yang berpotensi berbahaya masih sangat relevan untuk mengkaji persoalan Cina di Timor dan di Asia Tenggara. 741

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler