x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Minggu, 23 April 2023 06:44 WIB

Kampung Gedong, Kampung Cina Tertua di Bangka

Kampung Gedong ini berdiri sikira 70 rumah yang dihuni 80 keluarga beranggotakan 600 jiwa. Di Kampung Gedung ini hampir seluruh rumah terbuat dari kayu, hanya sebagian kecil berdinding tembok, dan berarsitektur khas Cina Hakka. Gedong adalah kata dalam Bahasa Melayu untuk menggambarkan rumah besar. Rata-rata rumah di Kampung Gedong berukuran 12 x 18 meter, dan beratap genteng tanah liat. Di sigi konon, Kampung Gedong merupakan permukiman awal orang Tionghoa Hakka yang didatangkan Belanda dari Guangdong, provinsi di Republik Rakyat Cina (RRC), di penghujung abad ke-19. Mer

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kampung Gedong terletak di Kuto Panji, Kecamatan Belinyu, Bangka , sekira 54 kilometer dari Sungailiat.  Kampung Gedong adalah miniatur Pulau Bangka era kolonial Belanda, ketika timah menjadi primadona. Kampung Gedong adalah destinasi masa lalu yang wajib dikunjungi bila kita berwisata pulau Bangka.

Kampung Gedong ini berdiri sikira 70 rumah yang dihuni 80 keluarga beranggotakan  600 jiwa. Di Kampung Gedung ini  hampir seluruh rumah terbuat dari kayu, hanya sebagian kecil berdinding tembok, dan berarsitektur khas Cina Hakka.

Gedong adalah kata dalam Bahasa Melayu untuk menggambarkan rumah besar. Rata-rata rumah di Kampung Gedong berukuran 12 x 18 meter, dan beratap genteng tanah liat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di sigi konon, Kampung Gedong merupakan  permukiman awal orang Tionghoa Hakka yang didatangkan Belanda dari Guangdong, provinsi di Republik Rakyat Cina (RRC), di penghujung abad ke-19. Mereka didatangkan  ketika pertambangan timah secara masif di pulau Bangka dimulai.

Kmapung Gedong Pecinan Tua di Bangka

Menurut Hongky Listiadi dari Bangka Heritage, orang-orang Cina tersebut, mendirikan perkampungan, dengan rumah-rumah berarsitektur khas masyarakat Hakka.

Arsitek dan fotografer tersebut, menambahkan, rumah-rumah mereka relatif berbeda dengan rumah masyarakat Tionghoa di Pulau Jawa, terutama di kawasan Tangerang.

“Rumah asli Cina Benteng berbentuk kebaya.Ruang tamu dan keluarga menjadi satu, dengan altar berada di tengah. Di sebelah kiri altar adalah kamar tidur utama, dan lainnya kamar tidur penghuni rumah lainnya,” ujar Hongky.

Lebih lanjut, dipaparkannya, beberapa rumah memiliki bagian teras, lainnya tidak. Teras dilengkapi kursi panjang, yang biasa digunakan penghuninya untuk menerima tamu atau berleha-leha.”Tidak ada yang tahu kapan tepatnya Kampung Gedong berdiri. Yang pasti, rumah-rumah tidak berdiri serempak, tapi satu demi satu, sampai akhirnya menjadi perkampungan yang mapan pada paruh kedua abad ke-20,” imbuh Hongky.

Seiring waktu, lanjut Hongky, rumah-rumah itu mungkin mengalami perubahan, tapi tidak signifikan.Hampir seluruh rumah di Kampung Gedong merupakan “rumah keluarga” atau “rumah marga”.

 Dalam tradisi masyarakat Tionghoa, rumah dan tanah pertanian adalah warisan yang tidak boleh terbagi. Keduanya akan diwariskan kepada anak yang ditunjuk, atau dipersiapkan orang tuanya.”Anak-anak yang sukses dalam kehidupan di luar kampung akan selalu kembali saat Imlek dan Ceng Beng, dua hari besar dalam tradisi Tionghoa,” imbuh Hongky.

Masyarakat Kampung Gedong pekerjaannya pengrajin, nelayan, dan pedagang. Mereka menghasilkan kerupuk Bangka kualitas nomor satu yang dijajakan sampai ke Pulau Jawa. Mereka pengrajin dan mereka juga pedagang.Jadi jangan kaget jika memasuki Kampung Gedong, pengunjung akan menemukan kerupuk mentah yang dijemur di tengah jalan desa. Orang-orang tua berleha-leha di teras rumah, atau membalik-balik kerupuk.

Sejak tahun 2000, pemerintah Kabupaten Bangka menetapkan Kampung Gedong sebagai desa wisata. Orang-orang Tionghoa asal Kampung Gedong, terutama yang tinggal di Pulau Jawa, mempromosikan kampung mereka lewat media online dan media sosial.Kampung Gedong kini tidak lagi sepi sepanjang hari, ada saja pelancong yang singgah.

*) Christian Heru Cahyo Saputro, pejalan, tulang tulis dan suka berbagi kisah tinggal di Semarang.

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler