x

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Kamis, 27 April 2023 15:30 WIB

Saya Tidak Tahan Mendengarkan Orang Berbicara Bertele-tele

Anda mungkin pernah merasa jenuh ketika menyimak omongan orang yang bertele tele. Anda kemudian main hp atau ngobrol. Bagaimana membuat wacana Anda memikat? Sila ikuti terus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saya Tidak Tahan Mendengarkan Orang yang Berbicara Bertele Tele

 

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bambang Udoyono

 

Saya tidak tahan mendengarkan orang yang berbicara bertele-tele.  Demikian kata seorang penulis senior, Mas Hernowo, dalam sebuah artikelnya di milis SMA Negeri 1 Magelang. 

Sekarang mas Hernowo yang pernah menjadi CEO di sebuah perusahaan penerbit mayor sudah meninggal.  Tapi artikel artikelnya yang sering diposting di milis SMAN I Magelang saya simpan.  Ketika ada waktu luang saya baca kembali artikel artikel tersebut.  Kalimat di atas adalah salah satu artikel yang menimbulkan gagasan saya.

Saya juga seperti itu.  Saya tidak tahan juga menyimak pembicaraan orang yang bertele tele.  Repotnya saya sering bertemu dengan orang seperti itu. Orang yang doyan omong tanpa punya niat mendengarkan.

Sejak sekolah dulu saya sering mendapat guru yang seperti itu.  Akibatnya konsentrasi saya hilang.  Saya lalu ngobrol dengan teman sebelah. Mungkin kalau dulu sudah ada hp saya akan bermain hp. Itulah sebabnya saya lebih suka membaca daripada menyimak pembicaraan orang.  Pengalaman membaca saya jauh lebih menarik daripada pengalaman menyimak omongan orang.  Termasuk paparan oleh pakar sekalipun.

Saya yakin banyak orang yang sama seperti saya dan mas Hernowo. Barangkali itulah sebabnya banyak orang bermain hp di kelas atau di rapat. Mereka jenuh lalu bermain hp. Mereka jenuh dengan paparan yang bertele tele.

Pertanyaannya mengapa paparan bisa menjadi bertele tele dan menjemukan?  Paling tidak ada dua alasan. Pertama cara menyampaikan atau how to say dan kedua materi atau what to say nya buruk.

Penyebab yang pertama bisa diatasi dengan latihan olah vokal dan olah bahasa tubuh. Orang yang bisa memaparkan dengan intonasi yang baik seperti penyiar tv akan lebih memikat. Apabila disertai dengan bahasa tubuh yang baik maka daya pesonanya akan lebih kuat.  Sekarang sudah banyak pelatihan public speaking.  Pelatih yang baik akan mengajarkan cara menyampaikan paparan dengan memikat. Apabila Anda rajin melatih diri dengan teknik olah vokal dan olah bahasa tubuh maka paling tidak akan ada peningkatan kemampuan Anda berbicara.

Faktor kedua adalah struktur paparannya harus baik.  Bagaimanakah struktur yang baik?   Saya ingin mengutip Sani Raja, seorang jurnalis kawakan dari Amerika Serikat yang menjadi pelatih menulis.  Menurut dia paparan yang baik harus ada unsur simplicity alias kesederhanaan.  Wacana atau narasi atau paparan yang sederhana akan mudah dipahami pendengarnya.  Maka semua pesannya akan sampai. 

Selain itu wacana harus memiliki clarity alias kejelasan.  Kemudian harus memiliki elegance alias keindahan.  Wacana yang baik juga harus memiliki evocativeness alias daya gugah.    

Dalam pandangan saya wacana juga harus koheren. Keherensi ini menyumbang ada unsur kejelasan.  Wacana yang koheren akan jelas dan mudah dipahami.  Kemudian unsur keindahan kalau sekarang bisa dibumbui dengan ppt template yang indah dengan foto foto yang memikat. Dengan kata lain ada tampilan visual yang indah. Bahasanya juga harus indah.  Always be a poet, even in prose.  Selalulah jadi penyair meskipun dalam prosa.  Demikian kata Charles Baudelaire.  Saya kira maksudnya Ketika Anda menulis prosa sekalipun harus ada unsur keindahannya.

 

Apabila kedua unsur tersebut – struktur wacana dan cara menyampaikan - sudah baik,  maka insya Allah paparan Anda akan memikat audiens. 

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler