Boen Hian Tong (Perkumpulan Rasa Dharma) Semarang kembali memperingati Tragedi Mei ’98 dengan menggelar Ritual Rujak Pare Sambal Kecombrang. Kegiatan ini digelar dimarkas Boen Hian Tong, di Gedung Rasa Dharma, Jalan Gang Pinggir 31, Kranggan, Semarang, Minggu 21 Mei 2023.
Kegiatan yang dimulai pada pukul 10.00 WIB yang dipandu Asrida Ulinuha diawali dengan ritual sembahyang Tien dipimpin WS Andi Gunawan di pintu masuk Gedung Rasa Dharma hingga ke altar leluhur. Pemasangan pita hitam di lengan kiri peserta doa, perarakan ke ruang Sinci membawa bunga sedap malam yang diringi dengan lantunan puisi bertajuk : “Sinci Ita Prasasti Kebenaran Keberanian” karya Ketua Umum MATAKIN Xs. Budi S. Tanuwibowo sebagai catatan refleksi saat peserta doa berjalan beriringan menuju sinci Ita Martadinata di altar utama Boen Hian Tong.
Sembilan Oktober sembilanpuluh delapan
Ita Martadinata Haryono menjadi korban
Ketika usianya masih sangat muda belia
Saat mau ke Perserikatan Bangsa-Bangsa
Ita adalah korban kekerasan Mei yang hitam
Kala Jakarta dihantui kekerasan mencekam
Bara api membara di seantero penjuru kota
Mata beringas buas menjarah dimana-mana
Indonesia seperti bukan negara hukum
Jerit tangis perempuan memenuhi udara
Kekuasaan lumpuh tidak berdaya vakum
Sesama warga bangsa saling memangsa
Ini adalah salah satu catatan paling kelam
Sama kelam dengan gedung yang menghitam
Tersisa tinggal kerangka habis dimakan bara
Bara api dan kekejaman manusia tiada tara
Agenda Ita di PBB memberikan kesaksian
Atas kekejaman yang menimpa anak bangsa
Mewakili diri dan kaumnya yang dilecehkan
Diinjak martabatnya dikoyak kehormatannya
Namun langkah dan rencana Ita terhenti
Bukan sementara tetapi selamanya abadi
Ita tewas mengenaskan dengan tubuh luka
Sebelum mulutnya sempat bersaksi bersuara
Kini setelah duapuluh lima tahun berlalu
Ingatan kita tidak boleh pudar membeku
Catatan peristiwa Mei 1998 adalah noda
Noda yang tak boleh terulang selamanya
Ita memang bukan satu-satunya
Ia mewakili Ita-Ita lain tak bersuara
Keberanian memang mahal harganya
Maka penghormatan sudah selayaknya
Sinci Ita hanyalah sebuah wujud apresiasi
Sederhana tapi mempunyai nilai yang berarti
Mewarisi tradisi luhur generasi demi generasi
Pahlawan kemanusiaan perlu dihormati abadi
Semoga Ita damai bahagia di Haribaan Tuhan
Jasadnya sirna semangatnya tak kan padam
Tumbuh bergelora menyuarakan Kebenaran
Tak surut undur meski lebur dipalu digodam
Sesampai di depan altar para peserta doa meletakkan Bunga Sedap Malam untuk Ita dan dilanjutkan sembahyang dipimpin ole WS Andi Gunawan dengan melangitkan doa Tragedi Mei 1998 kehadirat Tuhan.
Mei 1998 merupakan moment yang tidak mudah dilupakan, masih tidak terlupakan Tangisan suara ketidakadilan manusia yang tenggelam dilarut oleh jaman, kecaman dari superior yang menyisakan kenangan pahit di dalam hidup, kebingungan yang masih terbayang dari wajah orang – orang yang tak berdosa tanpa tahu makna yang terjadi.
https://www.indonesiana.id/admin/foto#
“Kami berkumpul bersama di tempat ini, untuk bersama menundukan diri, menegakkan kesusilaan menghormat kepada para korban Mei 1998 , terutama sebagai simbol Sinci Ita Martadinata yang diletakkan di Gedung Perkumpulan Boen Hian Tong Semarang,” dedah Wense Andi.
Melalui asap dupa yang melambung kelangit luas, sambung Andi, semoga harapan doa kami kepada seluruh Korban tragedi Mei 1998 dapat diberikan ketenangan di alam keabadaian, bersama dengan Sang Pencipta Yang Maha Adil .
Menolak lupa sebagai bentuk tugu peringatan , melalui simbol ritual rujak pare sambel kecombrang membuat kami untuk dapat terus belajar meneladani kejadian untuk berbuat lebih baik dalam kehidupan tanpa melupakan sejarah
Seperti Kata Sang Budiman “ Hidup aku menyukai , kebenaran aku menyukai juga, tetapi kalau tidak dapat kuperoleh kedua – duanya , akan kulepaskan hidup dan kupegang teguh kebenaran.”
Semoga teladan Ita Martadinata, dan koraban mei 1998 menjadikan kita selalu ingat menjunjung kebenaran dalam jalan kebajikan, berkeadilan dalam kemanusiaan.
“Kami selalu mendoakan semoga keluarga korban yang masih dalam kepahitan semoga dapat selalu dikuatkan dan menjalani kehidupan kedepan lebih baik.Kami yakin dan percaya, Huang Tian Shang Ti senantiasa Penilik, Pembimbing dan Penyerta kehidupan kami.” pungkas Ws. Andi Gunawan mengakhiri doanya.
Ketua Panitia Peringatan Tragedi Mei “98 Tahun 2023, Jose Amadeus Krisna mengatakan, sangat mengapresiasi para undangan yang ikut dalam peringatan ini. Lebih lanjut, Jose, mengatakan, kenapa pare, itu melambangkan sejarah pahit. Jadi pahit pedas kita ikut nangis kan, melambangkan kepedihan kekerasan dan ketakutan yang dialami orang Tionghoa saat tragedi 98.
“Dan perempuan Tionghoa disimbolkan dengan bunga kecombrang. Ini untuk mengingatkan kepada kita tragedi) jangan sampai terjadi lagi," terang Jose,
Dengan adanya Peringatam Tragedi Mei ’98 harapannya peristiwa ini jangan sampai terulang lagi. Apalagi menjelang tahun politik 2024 jangan sampai kita hanyut terbawa arus.
“Ritual rujak pare sambel kecombrang yang digelar Boen Hian Tong ini menariknya dijadikan festival oleh Komnas Perempuan untuk memperingati tragedi Mei ’98,” ujar Jose Amadeus dengan melanjutkan membaca rilis yang diterbitkan dari Komnas Perempuan.
Sementara itu, Ketua Boen Hian Tong Harjanto Halim mengatakan, pihaknya pertama kali menggelar acara mengenang Tragedi Mei 98 dengan makan rujak Pare dan sambal bunga kecombrang pada tahun 2018. Jadi gelaran Ritual Rujak Pare Sambal Kecombrang sudah digelar enam kali.
“Saya ingat betul pertama kegiatan dilaksanakan hari Minggu, 13 Mei 2018 Pukul 09.00 WIB. Pasalnya, bertepatan hari itu dua jam sebelumnya, Pukul 07.00 WIB ada kabar bom meledak di Surabaya. Teman-teman sempat panik menanyakan bagaimana acara. Bomnya di Gereja di Surabaya, kita melaksanakan acara kan di Semarang,” ujar Harjanto mengenang.
Keputusannya, lanjut Harjanto, acara mengenang tragedi Mei 98 tetap diadakan. Bahkan acara lebih khusyuk dan sejuk , karena peserta Ikut mendoakan para korban bom gereja di Surabaya.
Harjanto menandaskan, gerakan ini dilakukan, karena BHT ingin melawan lupa. Tragedi Mei 1998 itu sebuah tragedi yang sangat menyedihkan dan pahit sekali untuk bangsa kita.
Harjanto menandaskan kepahitan tidak harus selalu dikenang dengan kesedihan, tapi menjadi sebuah energi, sebuah tenaga baru. “Sebuah kekuatan untuk menghapuskan hal-hal yang jahat dari NKRI,” tandas Harjanto.
Dilanjutkan dengan ritual mengulek sambel kecombrang dan mencampur nasi ulam bunga telang.
Gelaran acara dilanjutkan dengan launching buku antologi Cerpen Asmaraloka, kesaksian program Estungkara Kecomrang yang menghadirkan korban kekeran yaitu; Henny Kidawati Jatmiko dan Iven. Ditutup denga refleksi yang disampaikan dari Ketua Garpu Perak Sukendar dan Direktur LRC KJHAM Nur Laila Hafidhoh ditutup dengan acara foto bersama.
Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.