x

Kiper Timnas Argentina Emiliano Martinez, Walter Benitez, dan Mateo Morro berlatih jelang pertandingan melawan Timnas Indonesia di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu, 18 Juni 2023. Laga tersebut akan berlangsung besok 19 Juni tanpa kehadiran Lionel Messi, Angel Di Maria dan Nicolas. TEMPO/ Febri Angga Palguna

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 19 Juni 2023 06:33 WIB

Bagaimana Meladeni Argentina, Shin Tae-yong?

Saat menghadapi Palestina pasukan STy gagal gagal menceploskan gol. Sepertinya Timnas Garuda senior miskin pemain yang memiliki naluri mencetak gol, tapi banyak dihuni pemain egois dan individualis. Bagaimana nanti Rafael Struick dkk mampu menceploskan gol ke gawang jawara Piala Dunia 2022, Argentina?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Wujud dari praktik sikap, perilaku, perbuatan, tindakan, dan lainnya yang dilakukan oleh orang/manusia, mencerminkan seberapa cerdas intelegensi dan personaliti-nya. (Supartono JW.15062023)

Laga FIFA Matchday edisi Juni 2023 dimanfaatkan PSSI dengan menggelar laga timnas Indonesia vs Timnas Palestina di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, pada Rabu (14/6/2023) dengan hasil imbang alias 0-0. Tidak sesuai ekspetasi publik sepak bola nasional, dalam laga tersebut, pasukan Garuda aushan Shin Tae-yong (STy) mandul. Para pemain Indonesia tidak dapat menceploskan satu gol pun ke gawang Palestina.

Saya mencatat minimal ada tiga peluang bersih yang 100 persen dapat menjadi gol. Pertanyaannya, mampukah nanti malam Timnas Garuda menciptakan gol ke gawang Timnas Argentina, rangking 1 dunia? Meladeni Palestina saja peluang mencipta gol disirnakan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masalah intelegensi, personaliti, lihat Timnas SEA Games

Sesuai hasil laga lawan Palestina itu, publik sepak bola baik yang menonton langsung di Stadion Gelora Bung Tomo atau yang menyaksikan dari layar kaca, dapat menilai bagaimana kompetensi intelegensi, personaliti, teknik, dan speed, alias TIPS, para pemain timnas kita.  Maaf, masalah para pemain kita adalah kendala intelegensi dan personaliti.

Saya yakin, semua pemain pilihan STy memiliki cerdas otak dan cerdas kepribadian (emosi). Tetapi faktanya, seluruh komponen dalam tim, kecuali penjaga gawang, tidak mampu memaksimalkan keadaan dengan kecerdasan tersebut.  Dalam sepak bola modern, tugas mencetak gol kini tidak hanya bertumpu pada para pemain depan/penyerang (forward). Semua lini dalam formasi, mulai dari penjaga gawang, defender, midfielder dalam tim yang disusun oleh pelatih sesuai taktikal dan strateginya, punya kewajiban membawa kemenangan permainan dan kemenangan dalam gol.

Contoh paling aktual adalah timnas aushan Indra Sjafri yang meraih medali emas di SEA Games. Meraka mampu menggulung Vietnam di semi final dan lalu menelanjangi Thailand di babak final.

Lihatlah faktanya! Di babak semi final Indonesia sudah unggul di menit ke-10 melalui gol sundulan Komang Teguh yang berposisi sebagai defender. Di menit ke-53, Muhammad Ferrari sukses bikin gol usai membelokkan tendangan dari Marselino Ferdinan. Ferarri berposisi sebagai defender, Marselino, midfielder.

Dan, gol kemenangan Indonesia setelah sebelumnya Vietnam menyamakan kedudukan menjadi 2-2, diciptakan oleh pemain midfielder, Taufani Muslihiddin di masa injury time. Indonesia menutup pertandingan dengan kemenangan 3-2 atas Vietnam.

Ke mana para pemain berposisi forward? Mereka menjawabnya di babak final kala menghempaskan timnas Thailand. Lihatlah, meladeni Thailand yang saya sebut sampai berdarah-darah, para forward membalas tuntas kepercayaan Indra Sjafri dengan mewujudkan kecerdasan otak dan emosinya. Mereka juga menunjukan setiap posisi wajib diisi oleh pemain yang memiliki naluri mencetak gol.

Pada akhirnya, kemenangan Garuda Muda yang sangat dramatis, karena harus melewati 120 menit, di National Olympic Stadium Phnom Penh, Kamboja, Selasa (16/5/2023) malam. Gol-gol Indonesia diciptakan oleh brace Ramadhan Sananta (21, 45+4), Irfan Jauhari (91), Fajar Fathur Rahman (107) dan Beckham Putra (120). Tidak tanggung-tanggung, tiga pemain forward unjuk mencipta gol, dan lagi-lagi ada peran 1 pemain midfielder yang turut kembali membuat gol.

Saya melihat Indra Sjafri sangat cerdas mununjuk asisten pelatih yang kompeten di setiap posisinya. Ia memiliki asisten pelatih penjaga gawang, pelatih pemain belakang, pelatih pemain tengah, dan pelatih pemain depan.

Selain itu ada pedagogi ala Indra Sjafri yang membuat para pemain dapat mengontrol emosi dengan kecerdasannya. Itu yang membuat pemain mampu memanfaatkan peluang-peluang emas menjadi gol. Bukan hanya bagaimana membuat peluang dieksekusi dengan cerdas, menempatkan bola ke gawang dengan benar dan baik sehingga menjadi gol. Semua pemain di berbagai posisi pun dapat andil menciptakan gol tanpa harus bermain dengan egois dan individualis. Mereka bermain dalam komposisi kolektif. Sebab, Indra pun meminta bantuan psikolog untuk Timnas SEA Games.

Apakah anak Asuh STy tidak disentuh pedagogi, psikolog? Mandulnya Timnas versus Palestina, menurut saya, selain kurang sentuhan pedagogi. STy dan para asisten pelatihnya pun bukan sosok yang memiliki pengalaman nyata dalam menciptakan gol.

Apa posisi dan pengalaman STy serta para asistennya saat mereka masih aktif bermain? Saya pikir, ini juga kendala yang tidak disadari oleh PSSI. Komposisi pelatih yang dipimpin oleh STy kurang kompeten dalam meracik pemain di setiap komposisi untuk dapat cerdas menciptakan gol.

Jujur, saya sebagai mantan pemain (kampung) yang awalnya berposisi sebagai penyerang, ada pengalaman mahal. Para pelatih saya dulu, mendidik dan melatih saya bagaimana menciptakan gol yang sukses, wajib wernes sepersekian detik melihat posisi kiper di antara dua tiang gawang, lalu tidak perlu dengan banyak tenaga, tinggal menempatkan bola ke posisi gawang yang kosong, dengan kaki kiri atau kanan atau dengan kepala, penuh konsentrasi serta mengendalikan emosi, sehingga cara menempatkan bola ke gawang yang kosong dengan kaki kanan atau kiri, sesuai kondisi dan situasi, apakah cukup di passing kecil atau di flashing, maka gol tercipta.

Lihatlah gol-gol pemain kelas dunia, semua dilakukan dengan kecerdasan otak dan emosi, bola-bola sulit pun dapat ditempatkan di sudut gawang yang sulit dijangkau kiper. Selain kecerdasan otak dan kecerdasan emosi menjadi pondasi, teknik dan speed yang mumpuni, juga menjadi kunci, garansi terciptanya gol.

Tetapi, Lihatlah, betapa para pemain asuhan STy seolah berpesta pora menyiakan peluang di depan gawang Palestina. Seperti bukan kelas pemain Timnas. Seperti tidak ada TC Timnas. Kendati Timnas Palestina berada di ranking 93 FIFA. Nyatanya, dalam permainan nampak tidak sekualitas rankingnya. Bahkan, saya sebut sepanjang laga, anak Garuda mendominasi permainan, seolah Indonesia yang justru seharusnya ranking 93, bukan ranking 149.

3 peluang yang bisa 100 persen gol

Di babak pertama, Timnas Indonesia pun dapat menebar ancaman melalui tendangan Dimas Drajad dari dalam kotak penalti Palestina pada menit ke-18. Tetapi, bola hasil sepakan Dimas Drajad masih mampu dihalau oleh kiper Palestina, Rami Hamada. Berikutnya, Dimas Drajad menerima umpan terobosan, bola yang seharusnya hanya perlu dicongkel agar melewati kiper, dan masuk ke gawang, ternyata justru asal ditendang dan membentur kiper. Ini adalah peluang 100 persen gol, bila Dimas mampu menempatkan kecerdasan otak dan emosinya. Melihat dua tiang gawang dan tengah gawang yang sudah ditinggalkan kiper. Lalu, hanya perlu mencongkel bola ke atas kiper.

Dan, tentu peluangnya 100 persen gol. Menit ke-30, Rafael Struick mengoper bola ke bagian belakang. Marselino Ferdinan menyambut dengan melepaskan tendangan ke gawang Palestina. Sayang Marecelino pun hanya asal menendang ke arah gawang dan luruh ke arah tubuh kiper yang mendekati tiang sebelah kiri. Sementara bagian gawang sebelah kanan kosong. Andai Marcelino sepersekian detik melihat dulu posisi gawang yang lowong, seharusny bola tinggal ditaruh ke sebelah kanan kiper. Itu adalah peluang kedua Timnas Indonesia yang seharusnya 100 persen gol.

Kemudian ada satu peluang berbahaya timnas Indonesia hadir lewat aksi Yakob Sayuri saat laga memasuki menit ke-55. Saat itu, Yakob Sayuri melesat di sisi kanan dan menggocek satu pemain belakang Palestina. Ia lalu melepaskan tembakan. Namun, penyelesaian akhir Yakob Sayuri tak membuahkan gol seusai digagalkan salah satu pemain bertahan Palestina. Bila Sayuri memanfaatkan kecerdasannya, ada dua alternatif yang dapat dilakukan Sayuri agar peluang itu menjadi gol. Pertama, bola dimakan sendiri, bukan asal tendang, tapi bola ditempatkan ke sudut atau ruang gawang yang kosong. Kedua, Sayuri memberi umpan ke rekan lain yang ada di dalam kotak pinalti, bahkan ada 3 pemain yang menunggu umpan. Bila Sayuri tidak memakan sendiri, tapi mengoper bola ke rekan yang bebas, sangat memungkinkan 100 persen tercipta gol. Atas keputusan Sayuri yang memakan sendiri, selain nampak tidak cerdas otak, Sayuri juga egois dan individualis.

Versus Argentina?

Dengan fakta, pasukan STy mandul di laga versus Palestina yang ranking 93 dunia. Bagaimana pasukan Garuda ini mampu menceploskan gol ke gawang jawara Piala Dunia 2022 Qatar? Tim ini miskin pemain yang memiliki naluri mencetak gol. Tapi banyak dihuni pemain egois dan individualis. Sudah begitu, saya belum melihat ada bukti di lapangan, pemain yang berhasil disentuh hatinya oleh STy agar dapat bermain tidak egois dan bisa lebih konsentrasi menjaga kecerdasan otak dan emosinya. Bahkan, STy pun nampak selalu mengedepankan pemain yang nampak hanya unggul dari sisi fisik saja. Bukan pemain yang cerdas intelegensi, personaliti, dan teknik.

Semoga STy dan pasukannya menonton dan belajar dari laga FIFA Matchday di China. Laga Argentina vs Australia yang digelar di Workers' Stadium, Beijing, pada Kamis malam (15/6/2023) malam WIB. Messi ternyata beremain penuh selama 2 babak. Babak pertama baru bergulir 80 detik, Messi berhasil menjebol gawang timnas Australia yang dikawal Mathew Ryan. Gol kilat Messi berawal dari pergerakan Enzo Fernandez yang merangsek mendekati kotak penalti lawan. Enzo lalu menyodorkan bola ke arah Messi yang berdiri di depan area D kotak penalti Australia. Messi menggocek dua pemain lawan lalu melepaskan sepakan akurat kaki kiri tanpa ancang-ancang. Tembakan khas Messi itu membuat bola melaju melengkung dan tak bisa diantisipasi Mathew Ryan. Itu adalah gol nomor 103 Messi di panggung internasional sekaligus menegaskan statusnya sebagai top skor sepanjang masa timnas Argentina.

Pada babak kedua, Scaloni melakukan perubahan termasuk memasukkan Julian Alvarez yang baru saja meraih treble winners bersama Manchester City. Angka di papan skor kembali berubah pada menit ke-68. Argentina menggandakan keunggulan melalui gol pemain belakang German Pezzella yang masuk menggantikan Nicolas Otamendi. Lionel Messi kembali berperan pada gol kedua La Albiceleste. Ia melakukan kerja sama satu dua dengan Rodrigo De Paul yang kemudian mengirim umpan lambung ke dalam kotak penalti Australia. Pezzella berdiri di posisi yang tepat untuk menyambut umpan De Paul. Argentina pun menjauh 2-0.

Bagaimana STy dan pasukan Garuda? Siap meladeni Argentina dengan cerdas? Semoga. Aamiin.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

16 jam lalu

Terpopuler