x

Iklan

BungRam

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 26 Juni 2023 13:34 WIB

Wisuda TK-SMA, Kultur “Hype”  atas Nama Merayakan Kelulusan

Putri kawan saya yang lulus SMP merayakan kegiatan wisuda di sebuah hotel bintang 5 di bilangan Cibubur tahun ini. Bahkan ada anak TK yang merayakan juga kelulusannya di salah satu hotel di Jakarta.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam sebuah percakapan di grup Whatsapp orang tua TK B, para orang sibuk tua membicarakan seragam anak-anak dan juga para orang tua dalam acara kelulusan putra-putri mereka. Acara Wisuda TK akan digelar sebagai bagian dari perayaan kelulusan setelah menempuh masa belajar 1 hingga 2 tahun.

Di sebuah SD swasta para guru rapat khusus membicarakan kebutuhan wisuda kelas 6 yang dirancang ala wisuda sarjana dengan berbagai pernak-perniknya, mulai dari topi toga hingga tabung wisuda.

Selebrasi kelulusan siswa mulai dari PAUD hingga SMA acapkali mewarnai kegiatan akhir di lembaga-lembaga sekolah, baik swasta maupun negeri. Rutinitas tahunan ini sudah berjalan lama. Selama ini para orang tua, guru serta stakeholder lainnya memandang bahwa itu adalah hal yang lumrah, hal yang wajar, sebagai ungkapan rasa bahagia, mengantarkan anak-anak hingga ke gerbang kelulusan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, akhir-akhir ini aktifitas seremonial tahunan itu menjadi perbincangan yang ramai di media sosial, hingga berbagai kalangan pemerhati pendidikan hingga pemerintahpun mengeluarkan pernyataan atau sikap.

Mereka menganggap upacara wisuda sebagai pemborosan dan membebani orang tua murid. Pasalnya, para orang tua harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit demi terselenggaranya acara tersebut yang tidak jarang memilih lokasi di luar sekolah.

Putri kawan saya yang lulus SMP merayakan kegiatan wisuda di sebuah hotel bintang 5 di bilangan Cibubur tahun ini. Bahkan ada anak TK yang merayakan juga kelulusannya di salah satu hotel di Jakarta.

Mengapa selebrasi kelulusan ini menjadi semacam kultur baru di lembaga sekolah mulai dari PAUD hingga SMA? Apa yang mesti kita pahami secara substantif dari makna dan kegiatan selebrasi   sebagai ungkapan bahagia atau syukur atas kelulusan?

Asal muasal wisuda


Dikutip dari laman tempo.co tentang sejarah wisuda yang dikutip dari canterbury.ac.nz, wisuda pertama kali diadakan saat kelulusan universitas pertama di Eropa pada abad ke-12.

Saat itu, Bahasa Latin masih menjadi bahasa yang digunakan di lingkungan pendidikan universitas. Secara etimologi, kata wisuda atau kelulusan dalam Bahasa Inggris berarti graduate. Pada abad ke-15, kata graduate memiliki makna "seseorang yang mendapatkan atau memiliki gelar".

Dalam bahasa Medieval Latin, graduatus memiliki arti "untuk mengambil gelar". Sedangkan dalam Bahasa Latin, gradus memiliki arti "sebuah langkah; langkah yang diambil (di tangga)". Langkah pertama yang diambil dalam jenjang perkuliahan adalah jenjang sarjana, sedangkan langkah kedua adalah jenjang pascasarjana.

Pakaian yang digunakan saat wisuda adalah toga yang memiliki sejarahnya tersendiri. Perguruan tinggi pertama yang meresmikan pakaian wisuda atau toga wisuda yakni University of Oxford dan University of Cambridge.

Di level sekolah dasar hingga menengah, kegiatan kelulusan awalnya hanya pengumuman berbentuk surat kelulusan, tidak ada pertemuan secara khusus yang diselenggarakan oleh sekolah bersama orang tua.

Perayaan kelulusan secara mandiri dirayakan oleh pelajar dengan caranya masing-masing, tanpa hiruk pikuk seremonial, apalagi model penggunaan seragam jubah dan toga. Paling umum perayaan kelulusan ala anak SMP dan SMA adalah aksi corat-coret baju. Aksi yang pernah dilarang itu hingga kini masih berjalan sebagai aksi mandiri para siswa tanpa dikomando atau dikoordinir sekolah dan orang tua.

Sependek pengetahuan saya, adanya bentuk selebrasi kelulusan yang dilakukan secara seremonial di tingkat sekolah dasar dan menengah adalah pertengahan tahun 80 – 90an. Di tingkat PAUD mulai marak ada kegiatan seremonial di sekolah untuk siswa TK B pada tahun 2000an.

Seriring perubahan pola, gaya hidup dan pergeseran pandangan tentang makna kelulusan, seremonial kelulusan masuk ke dalam agenda tahunan sekolah. Bahkan menjadi ajang bisnis baru; mulai dari bisnis seragam, aksesoris, catering hingga perlengkapan panggung wisuda.

Di situlah kegiatan seremonial ini menuntut biaya tambahan yang kemudian dipandang sebagai beban bagi para orang tua siswa.

Memahami kelulusan sekolah siswa

Momen kelulusan siswa adalah satu tahapan yang memberikan berbagai makna bagi siswa, guru, orang tua, dan juga lembaga sekolah itu sendiri.

Sebelum ini, saat-saat menanti kelulusan adalah saat yang menegangkan, menarik perhatian, hingga mengundang interpretasi beragam.

Ujian Nasional yang menjadi gerbang kelulusan, kemudian diganti dengan Ujian Sekolah, mengalami proses evolusi berdasarkan perubahan pandangan tentang masa belajar dan penentuan standar kelulusan siswa.

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) identik dengan tujuan pencapaian pembelajaran oleh siswa setelah menjalani masa belajar enam tahun untuk SD, tiga tahun untuk SMP atau untuk SMA. Indikator pencapaian nilai SKL ini kemudian menjadi perhatian yang seksama bagi para guru, lalu indikator kelulusan dirancang untuk memberikan kualifikasi lulusan pada satu lembaga sekolah agar peserta didik atau siswa dapat menempuh belajar di satuan pendidikan sesuai yang diharapkan.

Dari proses itulah kemudian, saat para siswa mencapai titik akhir di masing-masing satuan pendidikan, mereka merasa penting untuk menandai momen tersebut sebagai peristiwa sejarah dalam hidup mereka.

Masa belajar enam tahun atau tiga tahun, adalah masa yang tidak bisa dianggap ringan dan sekedar lewat. Para siswa mengalami berbagai macam hal, pengalaman belajar, bersosiaslisasi, berinteraksi dan tumbuh berkembang di sekolah bersama sesama siswa dan guru.

Ketika momen tersebut ditandai sebagai bagian dari tonggak sejarah dalam kehidupan siswa, maka harapan dan keinginan untuk merayakannya sebagai sebuah hari yang sangat istimewa, bahagia dan penuh haru jadi sangat niscaya.

Selain sebagai simbol pencapaian, umumnya para orang tua melihat ada rasa yang spesial, misalnya ketika awal tahun mengantar anaknya yang masih berusia 6 tahun duduk di kelas 1, masih sangat kecil dan lugu, kemudian enam tahun kemudian ia berdiri di panggung kelulusan nampak besar dan banyak perubahan. Dari saat awal mengantarkan mereka sebagai siswa kelas 7, awal menginjak remaja, kemudian melihat putra-putrinya sudah besar akan melangkah ke jenjang SMA. Apalagi saat menghadiri acara kelulusan SMA, di sinilah para orang tua melakukan refleksi pengalaman dan ingatan, di mana anak-anak yang dulu mulai bersekolah, masih kecil, sekarang sudah setinggi bahkan lebih besar tubuhnya daripada orang tua mereka. Mereka akan menjadi tumpuan dan harapan serta kebanggaan  keluarga untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Karena romantika perjalanan mendampingi anak menempuh pendidikan adalah perjalanan yang sangat epik dan mengharukan. Maka momen selebrasi kelulusan, atau meminjam istilah wisuda seperti kelulusan mahasiswa, menjadi hari yang sangat istimewa dan menggugah euforia.

Memahami makna kelulusan (wisuda)  TK – SMA dengan tepat


Kelulusan dalam satu satuan pendidikan adalah suatu tahapan. Mungkin bagian dari rangkaian perjalanan tumbuh kembang seorang anak dalam proses pendidikan dan pengasuhan di sekolah, di mana para siswa melewati beberapa episode atau waktu yang ditempuh untuk suatu capaian yang direncanakan oleh sekolah.

Proses belajar, penilaian dan aktifitas bersama selama masa belajar dua tahun, enam tahun, atau tiga tahun dari TK hingga SMA, adalah pengalaman yang sangat berharga, memiliki makna dan pengaruh yang besar bagi pembentukan perilaku dan pola pikir seorang anak.

Mencapai kelulusan artinya mencapai tujuan kompetensi yang telah ditetapkan. Momen itu ditandai sebagai tonggak sejarah dalam kehidupan siswa tersebut bukanlah ujung proses pendidikan.

Merayakan kelulusan artinya mengekspresikan sebuah tahapan yang sedang dilalui. Di dalam kelulusan terkandung nilai-nilai berikut:

  • Memiliki kemampuan sesuai tahapan yang telah ditentukan
  • Mencapai tujuan pembelajaran dalam satuan pendidikan
  • Memiliki kesempatan melanjutkan proses atau tahapan belajar yang lebih tinggi.

Kemudian, cara mengekspresikannyalah yang umumnya memiliki ragam perspektif atau media aktifitasnya.

Perayaan kelulusan sejatinya tidak sama dengan pesta ulang tahun atau pesta perkawinan yang tujuannya mengungkapkan atau exposure kebahagiaan dalam puncak perhelatan pesta penuh gemerlap. Di mana pesta perkawinan dilakukan semeriah mungkin karena itulah momen yang diharapkan menjadi satu peristiwa sejarah dalam hidup mempelai atau diri seorang yang mengadakan pesta, One day in whole life.

Peristiwa kelulusan ibarat etape dalam track lintasan balap mobil. Setiap pembalap tentu harus melewati seluruh track dan melewati etape lintasan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan. Etape bukanlah tujuan akhir dari balap mobil. Ia jarak antara satu lintasan menuju lintasan berikutnya. Dalam satu perlombaan, bisa jadi ada lebih dari 10 etape.

Jadi, acara kelulusan bukanlah tujuan akhir pendidikan di sekolah. Ia perhentian sejenak untuk melangkah ke tahap selanjutnya. Meskipun kita tidak bisa menjadikan setiap tahapan adalah jalur perlombaan sebagaimana lomba balap mobil, momen kelulusan memberikan satu jeda untuk melakukan persinggahan, kemudian melanjutkan perjalanan berikutnya.

Lewat kelulusan, setiap peserta didik diminta melakukan perenungan. Mensyukuri, dan memperkuat kembali semangat belajar untuk jenjang yang lebih tinggi. Maka selebrasi tidak mesti dilakukan berkali-kali saat para siswa singgah berhenti dalam satu titik perjalanannya. Selebrasi wisuda jangan dijadikan kultur “hype” yang mengatasnamakan perayaan kelulusan.

Selebrasi wisuda yang sesungguhnya kelak akan dilakukan secara kontekstual bilamana para siswa menemukan tujuan hidupnya dengan mengamalkan pengetahuan dan keterampilan yang ia peroleh bagi kehidupan, bagi masyarakat kelak, dari hasil perjalanan menempuh pendidikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik BungRam lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB