x

Tradisi Bunraku dari Jepang. Foto: Istimewa

Iklan

Alfia Sani Fatikhunni'mah

Mahasiswa S1 Studi Kejepangan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
Bergabung Sejak: 28 Oktober 2023

Minggu, 29 Oktober 2023 19:18 WIB

Bunraku, Perpaduan antara Seni Teater dan Warisan Budaya Jepang

Bunraku merupakan salah satu bentuk seni teater tradisional dan warisan budaya Jepang. Bunraku menjadi salah satu bentuk warisan budaya Jepang yang masih dilestarikan hingga masa kini. Bunraku masuk dalam Aset Warisan Budaya Nasional Takbenda pemerintah Jepang pada tahun 1955 dan UNESCO Intangible Culture Heritage pada tahun 2003.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 
 
 
istockphoto-474439077-1024x1024-transformed.jpg
 
 
Ilustrasi Pertunjukan Bunraku (sumber: coward_lion/iStock)
 

Bunraku merupakan salah satu bentuk seni teater tradisional dan warisan budaya Jepang. Jepang memiliki banyak budaya yang unik dan menarik. Bunraku adalah seni teater yang menggunakan sebagai sarana dalam menyampaikan cerita. Bunraku memiliki kemiripan dengan seni pertunjukan tradisional asal Indonesia yaitu, Wayang Golek. Keduanya adalah seni pertunjukan tradisional boneka. Meski memiliki kemiripan, Bunraku dan wayang golek juga punya perbedaan loh. Salah satunya adalah dalang yang memainkan boneka dan ukuran bonekanya. Boneka Bunraku dimainkan oleh 3 orang dalang, sedangkan wayang golek hanya dimainkan oleh seorang dalang saja. Kenapa sih untuk memainkan boneka Bunraku membutuhkan 3 orang dalang? Karena boneka bunraku memiliki ukuran ¾ tinggi orang dewasa. Wah lumayan besar juga bukan?

Awalnya permainan boneka ini digunakan sebagai ritual keagamaan dan pemujaan terhadap dewa. Seiring perkembangan zaman, permainan boneka berubah seni teater tradisional Jepang. Bunraku menjadi salah satu bentuk warisan budaya Jepang yang masih dilestarikan hingga masa kini. Pertunjukan Bunraku hanya diadakan di beberapa festival khusus. Bunraku memiliki ciri khas dalam pertunjukannya yaitu, menampilkan narator yang ekspresif dan diiringi musik Shamisen, inilah yang menjadikan Bunraku masuk dalam Aset Warisan Budaya Nasional Takbenda pemerintah Jepang pada tahun 1955 dan UNESCO Intangible Culture Heritage pada tahun 2003. 

istockphoto-476184433-1024x1024-transformed.jpg
 
 
Ilustrasi Pertunjukan Bunraku (sumber: coward_lion/iStock)
 
Sejarah Bunraku

Permainan boneka ini berasal dari Cina, kemudian diperkenalkan ke Jepang sekitar tahun 600 M. Awalnya boneka ini digunakan untuk melambangkan para dewa atau para utusan dewa yang datang ke bumi untuk melindungi manusia dari bahaya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada masa Asuka-Nara (abad ke-8), seni pertunjukan boneka Sangaku (Sarugaku) diperkenalkan ke Jepang melalui Semenanjung Korea. Mulanya pertunjukan seni boneka menceritakan tentang kepercayaan terhadap suatu agama yang suci. Namun seiring berjalannya waktu, seni pertunjukan boneka tidak digunakan untuk kegiatan keagamaan tetapi juga sebagai seni hiburan untuk seluruh rakyat Jepang pada masa itu. Pertunjukan Bunraku seringkali menggunakan lagu-lagu rakyat sehingga mudah diterima masyarakat Jepang.  

Pada awal zaman Edo, seni hiburan tradisional ningyo joururi berasal dari kombinasi drama boneka dengan pemusik shimasen. Seni hiburan tradisional boneka ini adalah hasil karangan seorang tayū bernama Takemoto Gidayū, yang berasal dari kelompok boneka Takemoto-za. Drama itu ditulis oleh Chikamatsu Monzaemon dan Ki no Kaion. Di zaman inilah ningyo joururi menjadi semakin populer, melampaui kepopuleran kabuki.

Dari akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19, popularitas ningyou joururi menurun, sementara popularitas kabuki terus meningkat mengalahkan popularitas ningyou Joururi. Pada tahun 1805 teater boneka Joururi mengalami penurunan minat. Seorang pemain Bunraku bernama Masai Kahei (nama panggungnya Bunrakuken atau Bunrak-ken), dari Pulau Awaji mulai meningkatkan popularitas Bunraku lewat kelompok senimannya. Dia mendirikan kelompok teater penghibur dengan nama “Bunrakken” di halaman kuil Inari Osaka. Pada tahun 1872 kelompok tersebut membuka teater boneka yang disebut teater Bunraku. Bunraku menampilkan perpaduan seorang tayū, musik, dan dalang dalam pertunjukannya. Periode Meiji menjadi tanda kebangkitan teater bunraku. Hingga saat ini nama Bunraku menjadi sebutan untuk seni hiburan tradisional boneka Jepang. Bunraku masih tetap dilestarikan dan menjadi aset budaya yang berharga bagi bangsa Jepang hingga sekarang. 

istockphoto-1210572567-1024x1024-transformed.jpg
 
 
Ilustrasi Boneka Bunraku (sumber: SAND555/iStock)
 

Dalam pertunjukkan bunraku ada beberapa komponen utama. Berikut adalah beberapa komponen penting dalam bunraku:

  1. Boneka Bunraku

Boneka Bunraku merupakan bagian penting dalam pertunjukan Bunraku, karena digunakan saat drama berlangsung. Boneka Bunraku memiliki karya seni dalam pembuatannya. Pembuatan boneka Bunraku dilakukan dengan sangat detail dan teliti, setiap boneka mencerminkan karakter dalam alur cerita. Ukuran boneka bunraku bervariasi tergantung pada usia dan jenis kelamin. Boneka Bunraku memiliki bagian tubuh yang mirip manusia, namun untuk boneka perempuan tidak memiliki kaki karena memakai kimono panjang hingga yang menutupi bagian kaki. Kostum yang dipakai boneka biasanya dibuat oleh dalang.

  1. Tayū

Narator atau tayū memegang peranan penting dalam Bunraku. Tayū adalah sebutan untuk penyanyi yang menyanyikan lagu Joururi. Selain menyanyikan lagu, tayū juga berperan dalam mengekspresikan emosi dan watak boneka. Mereka membawakan dialog dalam cerita untuk semua karakter tokoh boneka yang dimainkan.

  1. Musik

Alat musik yang digunakan dalam pertunjukan Bunraku adalah shamisen. Shamisen merupakan alat musik petik yang berasal dari Jepang. Pemain shamisen memainkan alat musik berukuran besar disebut dengan futozao shamisen. Pemusik duduk dengan posisi seiza, tetapi kedua belah kaki dilipat ke belakang dan tumpuan seluruh berat badan ada pada pantat. Shamisen digunakan untuk menciptakan suasana dan emosi dalam skenario cerita yang dipentaskan.

  1. Pengendali Boneka

Dalam pertunjukan Bunraku, setiap boneka dimainkan oleh tiga orang dalang. Orang yang mengoperasikan boneka Bunraku disebut “ningyou-tsukai”. Dalang utama (omouzukai), menggunakan tangan kanannya untuk mengendalikan tangan kanan boneka tersebut. Dalang kiri biasanya disebut hidarizukai atau sashizukai tergantung tradisi kelompok, mengendalikan tangan kiri boneka dengan tangan kanan dalang menggunakan tongkat kendali yang dijulurkan ke belakang dari siku boneka. Dalang ketiga atau disebut ashizukai, mengendalikan bagian kaki. Dalang utama biasanya mengenakan pakaian tradisional Jepang yang berwarna sedangkan dalang kedua dan dalang utama berpakaian serba hitam. Tugas kedua dalang tersebut adalah mengikuti petunjuk arahan dalang kepala.

Fungsi Bunraku

Bunraku memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai berikut:

  1. Sebagai Sarana Pemujaan Terhadap Roh Leluhur
  2. Sebagai Sarana Hiburan
  3. Sebagai Sarana Pelestarian Budaya
  4. Sebagai Media Edukasi

Bunraku adalah salah satu warisan budaya Jepang yang menjadi bukti keindahan karya seni manusia yang sudah ada sejak zaman dulu. Bunraku mengambil kisah-kisah para dewa atau utusan para dewa dan menyisipkan nilai-nilai kehidupan serta pendidikan di dalam  ceritanya. Bunraku memiliki perjalanan yang sangat panjang dalam sejarah Jepang. Pertunjukan yang berawal untuk tujuan keagamaan kemudian berkembang menjadi hiburan rakyat yang sederhana menjadi bentuk seni yang sangat indah dan dihargai secara global. 

Bunraku biasanya tayang di gedung Teater Nasional Bunraku, Osaka dan di gedung Teater Nasional, Tokyo. Jika kalian tertarik untuk menonton seni pertunjukan Bunraku, kalian bisa memesan tiket secara online dan telepon melalui laman resmi Pusat Peniketan Teater Nasional Bunraku. 

Ikuti tulisan menarik Alfia Sani Fatikhunni'mah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu