x

Ilustrasi Media Sosial

Iklan

Idatus sholihah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 November 2022

Rabu, 13 Desember 2023 12:56 WIB

Jangan Salah, Bahasa Slang Resmi Masuk KBBI!

Bahasa slang berkembang karena kebutuhan untuk mengekspresikan diri juga bentuk eksistensi diri kawula muda di masyarakat, khususnya melalui media sosial.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menurut pandangan Noam Chomsky, bahasa yang digunakan manusia selalu bertransformasi secara konstan dan menyesuaikan kebutuhan para penggunanya. Sehingga adanya perubahan hingga perkembangan bahasa adalah hal yang tidak bisa dielakkan lagi dan menjadikan bahasa semakin up to date.
Variasi bahasa muncul karena penutur bahasa yang heterogen. Adanya interaksi sosial yang beragam menjadikan bertambahnya keragaman bahasa. Misalnya, bahasa Inggris yang digunakan hampir di seluruh dunia; bahasa arab yang luas wilayahnya dari Jabal Thariq di Afrika Utara sampai keperbatasan Iran (dan juga sebagai bahasa agama Islam dikenal hampir di seluruh dunia); dan bahasa Indonesia yang wilayah penyebarannya dari Sabang sampai Merauke.

Salah satu wujud variasi bahasa era ini, yakni adanya fenomena bahasa slang atau bahasa gaul.
Bahasa gaul atau istilah populer bahasa slang merupakan ragam bahasa tidak resmi yang kerap digunakan oleh individu maupun kelompok sosial dalam ranah terbatas. Dalam hal ini, kata-kata di atas awalnya sering dijumpai dari berbagai media sosial kemudian diadaptasi dalam komunikasi sehari-hari.

Sosiolinguistik berkaitan dengan penyelidikan hubungan antara bahasa dan masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang struktur bahasa dan bagaimana bahasa berfungsi dalam komunikasi. Selain itu, dalam dalam sosiologi bahasa mencoba untuk menemukan bagaimana struktur sosial dapat dipahami dengan lebih baik melalui studi bahasa.
Keberadaan bahasa slang merupakan salah satu bentuk variasi bahasa. Dalam sudut pandang Sosiolinguistik, pola-pola multilingualisme dan bentuk varietas bahasa baru, membantu mendefinisikan etnisitas dan identitas secara umum.

Salah satu sudut pandang dalam variasi bahasa yakni, variasi atau ragam bahasa muncul akibat adanya keragaman sosial dari para penutur. Seandainya para penutur berasal dari etnis, kelompok, status sosial yang sama maka variasi bahasa yang muncul tidak ada artinya sebab bahasa yang muncul itu seragam.

Dalam konteks penggunaannya, bahasa slang atau bahasa gaul digunakan suatu kelompok untuk mengartikulasikan diri mereka sendiri, dan menggambarkan diri mereka dari orang lain. Dalam kasus ini, bahasa slang tersebut berkembang karena kebutuhan untuk mengekspresikan diri juga bentuk eksistensi diri kawula muda di masyarakat, khususnya melalui media sosial.

Pengguna media sosial datang dari berbagai latar belakang berbeda, sehinggga media sosial menjadi titik temu mereka semua dalam berkomunikasi dan bertransformasi.

Jika ditelisik, para pengguna media sosial yang memiliki kecenderungan menggunakan bahasa gaul umumnya mereka yang masuk kategori remaja hingga dewawa. Ini selaras dengan Teori Sosiolinguistik bahwa ragam tutur remaja lebih unik dan bervariasi. Keunikan tersebut muncul karena mereka membentuk komunitas, ruang, kelompok, yang lebih ekslusif dalam hal ini di media sosial sehingga memunculan bahasa slang yang bisa dimengerti oleh sesama pengguna media sosial.

Dilansir dari laman kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id, berikut beberapa istilah slang yang sudah resmi dimasukkan ke KBBI:

  • Bokap
  • Cie
  • Oalah
  • Oppa
  • Kimci
  • Pansos
  • Mager
  • Baper
  • Ambyar
  • Julid
  • Jastip
  • Boba
  • Pansos
  • Kicep
  • Meme
  • Jastip
  • Bumil
  • Cangcimen
  • Alay
  • Kepo

Di berbagai platform media sosial, hampir setiap hari kita jumpai penggunaannya. Misalnya ‘ambyar’ digunakan ketika seseorang merasa patah hati, khususnya setelah kata tersebut viral melalui lagu Alm. Didi Kempot, kata ‘Oppa’ untuk menyebut orang kesayangan yang diadaptasi dari drama Korea, dan sebagainya.
Dengan masifnya masyarakat mengadopsi istilah-istilah slang tersebut. keberagaman bahasa menjadi semakin menarik dan ekspresif. Memang penggunaan bahasa slang di media sosial menjadikan para pengguna lebih ekspresif dan terbuka sebab komunikasi yang dijalin cenderung santai dan informal.


Sumber referensi:
KBBI Kemendikbud Edisi V
The Routledge Companion to Sociolinguistics. 2006. Edited by Carmen Llamas, Louise Mullany and Peter Stockwell.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Idatus sholihah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu