x

Iklan

Kiki Fitaloka

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 Desember 2023

Kamis, 14 Desember 2023 05:12 WIB

Wayang Godhong Prof. Dr. Agus Purwantoro, M.Sn Angkat Isu Genosida di Palestina

Penampilan dramatis Prof. Dr. Agus Purwantoro, M.Sn Master of Wayang Godhong, dalam acara The 5th Intersectoral Collaboration for Indigenous Religions (ICIR) 2023.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam sebuah penampilan seni Kamis (23/11/2023) yang memukau di acara The 5th Intersectoral Collaboration for Indigenous Religions (ICIR) 2023, Prof. Dr. Agus Purwantoro, M.Sn, Guru Besar Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, menghadirkan pertunjukan Wayang Godhong dengan tema "Gemah Ripah Loh Jinawi". Dalam pertunjukan yang berlangsung di Pendapa R. Ng. Yasadipura, Gedung Pusat Unggulan Iptek (PUI) Javanologi UNS, Prof. Dr. Agus Purwantoro, M.Sn  menjelaskan makna kesuburan dan kemakmuran suatu daerah melalui simbol daun yang diangkat dalam seni wayang.

Wayang Godong

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gus Pur, panggilan akrabnya, menghadirkan filosofi yang mendalam dengan melihat daun sebagai sumber inspirasi tak terbatas dalam memahami dan menggambarkan kebudayaan yang tengah berkembang. Dalam interpretasi seninya, daun dipandang sebagai simbol doa, dengan karakteristiknya yang menengadah ke atas, mengingatkan kita akan tangan yang terulur untuk berdoa, atau dalam bahasa Jawa disebut nyadhong. Gus Pur juga menekankan pada pemahaman bahwa manusia bermula dari khawitan, yaitu fase awal kehidupan.

Dalam pementasannya Gus Pur memberikan perhatian khusus pada isu-isu kontemporer, salah satunya adalah konflik yang tak berkesudahan di Palestina. Dengan menggunakan daun sebagai medium ekspresi seninya, beliau memberikan gambaran yang mendalam dan simbolis terkait situasi sulit di Palestina.

"Tragedi Kemanusiaan: Tindakan Kejam Terhadap Alam, Wayang Godhong Prof. Dr. Agus Purwantoro, M.Sn A

 

Analogi yang dihadirkan oleh Gus Pur tentang daun yang menguning dan gugur mencerminkan kematian manusia di penghujung hidupnya. Beliau dengan tajam mengaitkan kondisi ini dengan realitas di Gaza, Palestina, di mana anak-anak menjadi korban konflik dan peperangan. Pilihan untuk menyamakan daun yang dipotong dengan anak-anak Palestina yang terpaksa menjadi korban kekerasan menyoroti dampak kemanusiaan dari konflik yang berkepanjangan. Menebang pohon merupakan tindakan kejam karena pohon tidak memiliki kemampuan untuk berseru atau memberikan perlawanan, mirip dengan bagaimana anak kecil tidak dapat membela diri, seperti daun muda yang gugur, yang bahkan jatuhnya pun terjadi dengan izin Allah.

Lebih dari sekadar pertunjukan seni, Wayang Godhong  menjadi sarana bagi Gus Pur untuk menyampaikan pesan etika dan moral tentang konflik di Palestina. Melalui karyanya, beliau mengekspresikan keprihatinan terhadap penebangan pohon dan kerusakan alam yang disebabkan oleh tindakan manusia untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian, pertunjukan Wayang Godhong Gus Pur tidak hanya menjadi wujud seni yang kreatif tetapi juga menjadi panggung untuk menggugah kesadaran dan solidaritas terhadap peristiwa dramatis yang tengah terjadi di Palestina.

Sebagai seorang "Master of Wayang Godhong," Prof. Dr. Agus Purwantoro, M.Sn melibatkan seninya untuk memberikan sorotan terhadap isu-isu sosial. Dalam salah satu pementasannya, ia memfokuskan perhatian pada konflik tak berkesudahan di Palestina. Dengan memanfaatkan analogi pertumbuhan dan gugurnya Gus Pur menyampaikan pesan tentang dampak buruk tindakan manusia terhadap alam dan, khususnya, merangkai narasi yang menggambarkan kisah tragis anak-anak Palestina sebagai korban konflik dan perang. 

Dengan mengangkat isu ini Gus Pur memberikan contoh nyata bagaimana seni dapat menjadi alat untuk menyuarakan permasalahan sosial dan politik yang mendalam. Perannya tidak hanya menciptakan karya seni yang indah tetapi juga menjadi cerminan dari kepemimpinan etis dalam seni, yang mengajak penonton untuk merenung dan berpartisipasi dalam pemikiran kritis terhadap isu-isu global seperti konflik di Palestina.

Ikuti tulisan menarik Kiki Fitaloka lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu