x

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Instagram/@basukibtp

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 25 Desember 2023 15:38 WIB

Kepemimpinan Ahok Ditinjau dari Nilai-nilai Kristiani

Sebelum berkiprah di dunia politik, Ahok adalah majelis sebuah gereja. Keputusannya terjun ke percaturan politik didasari panggilan untuk mewujudkan nilai-nilai keimanannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Berkaca Pada Kepemimpinan Ahok

Penulis: Piter Randan Bua

Tahun Terbit: 2013

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Yayasan Pustaka Kristen Indonesia

Tebal: ix + 100

ISBN: 978-602-17883-1-8

Buku ini adalah buku keempat tentang Ahok yang saya baca. Tokoh Ahok memang sangat menarik untuk dikaji. Wajarlah kalau banyak buku yang ditulis tentang tokoh dari Belitung Timur ini. Ahok memang berbeda dari kebanyakan politisi di Indonesia. Itulah sebabnya kemunculannya membikin kehebohan sekaligus harapan cerah bagi masa depan Indonesia.

Berkaca Pada Kepemimpinan Ahok

Berbeda dengan tiga buku sebelumnya, buku karya Piter Randan Bua ini membahas Ahok dari nilai-nilai kristiani. Ketiga buku yang saya baca sebelumnya membahas Ahok dari sisi kiprah politiknya. Jadi, buku ini memberi perspektif berbeda tentang sosok mantan Gubernur DKI ini. Wajar jika buku ini menyoroti Ahok dari sisi nilai-nilai kristiani. Sebab buku ini diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Kristen Indonesia.

Ahok memang Kristen. Ia berpegang teguh pada iman Kristen. Sebelum memilih untuk terjun ke dunia politik, Ahok adalah majelis sebuah gereja. Pilihannya untuk masuk politik juga didasari atas panggilan untuk memanifestasikan imannya bagi negeri yang dicintainya. Ahok sempat mengalami pergumulan saat akan meninggalkan pelayanannya sebagai majelis gereja dan pindah menjadi politisi (hal. 44). Keputusannya untuk meninggalkan pelayanan itu mendapat tanggapan sinis dari para pendeta dan jemaat dimana dia melayani sebelumnya. Namun karena ingin memenuhi panggilan untuk melayani yang lebih luas, Ahok teguh masuk dunia politik yang dianggap kotor tersebut.

Keputusannya untuk menjadi politisi bukannya membuat ia menjadi lebih nyaman dalam hidup. Keputusannya menjadi politisi malah menambah musuh dalam hidupnya. Namun Ahok tidak gentar menghadapi segala tantangan demi menjalani sumpahnya sebagai pejabat publik. Ia tak mau disuap. Ia teguh menghadapi gertakan dan ancaman. Bahkan Ahok harus masuk penjara karena mempertahankan sikapnya tentang toleransi. Ahok tidak rela agama dipolitisir. Demi mempertahankan sikapnya tersebut, Ahok harus kehilangan jabatannya sebagai Gubernur DKI dan bahkan dipenjarakan.

Ada 18 karakter Ahok yang ditulis oleh Piter dalam buku ini. Ke-18 karakter tersebut dalah: pelayan idealis, rajin, mengasihi, berani, setia, dedikasi tinggi, rela berkorban, bekerja untuk semua, bertanggung jawab, mendengarkan, terbuka, tak kenal waktu, berjiwa besar, professional, setia pada kebenaran, jujur, mengenal rakyatnya dan tidak diperbudak uang. Semua karakter tersebut dibahas oleh Piter dalm artikel-artikel pendek yang mengena.

Piter memakai format tiga paparan di setiap artikelnya. Pertama, ia mengisahkan kejadian/peristiwa yang menunjukkan karakter Ahok yang dibahasnya. Bagian kedua, Piter merefleksikan karakter tersebut pada nilai kristiani. Piter tak segan mengambil contoh dari Alkitab terhadap karakter Ahok yang dibahasnya. Bahkan di beberapa artikel ia mencantumkan kutipan ayat Alkitab untuk memperkuat argumennya. Bagian ketiga, Piter menyajikan peristiwa atau tokoh dunia yang sepadan dengan karakter Ahok yang dibahasnya. Selain tiga bagian tersebut, Piter menulis harapan kepada Ahok dalam dua-tiga kalimat di akhir setiap artikelnya.

Buku ini tidak saja wajib dibaca oleh orang Kristen, tetapi semua warga negara Indonesia wajib membacanya. Sebab, meski Ahok adalah orang Kristen, yang diperjuangkannya bukanlah hanya orang Kristen. Ahok berbuat untuk semua warga negara. Ia tidak hanya berbuat baik demi kebaikan orang Kristen atau orang Cina saja. Apa yang dilakukan oleh Ahok adalah kesejahteraan bagi semua warga. Hal tersebut telah dibuktikan saat ia menjabat sebagai Bupati Belitung Timur maupun saat menjadi Gubernur DKI Jakarta. 805

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

11 jam lalu

Terpopuler