x

Tiga pasangan capres dan cawapres, Anies - Muhaimin, Prabowo - Gibran, dan Ganjar - Mahfud, menghadiri pengundian nomor urut capres dan cawapres dalam Pilpres 2024, pada Selasa, 14 November 2023. TEMPO/M Taufan Rengganis

Iklan

Harrist Riansyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 April 2023

Rabu, 17 Januari 2024 12:56 WIB

Pilpres 2024 Mirip dengan Pilkada DKI 2017

Dalam setiap wawancara dengan wartawamn TKN Prabowo-Gibran menyaakan tidak pernah berpikir untuk pilpres dua putaran seperti. Sedangkan dua paslon lain masih berpikir dan bersiap untuk dua putaran. 

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat ini hanya kurang dari sebulan menjelang hari pemungutan suara Pemilihan Presiden (pilpres) dan Pemilihan Legislatif (pileg) 2024. Rilis hasil survei pilpres berbagai lembaga sehingga terus membanjir sehingga masyarakat mendapat gambaran atau prediksi kandidat yang memiliki peluang paling besar untuk menang.

Pada survei sebulan terakhir terlihat paslon nomor urut 2 Prabowo-Gibran berada dipuncak hasil survei dengan elektabilitas sekitar 40-50 persen. Diikuti oleh paslon nomor urut 1 Anies-Muhaimin dan paslon nomor urut 3 Ganjar-Mahfud dengan elektabilitas sekitar 20-27 persen. Melihat hasil itu Tim Kemenangan Nasional (TKN) Prabowo-Gibran sangat yakin kandidat mereka mampu menang satu putaran.

Dalam setiap wawancara dengan wartawamn TKN Prabowo-Gibran bahkan tidak pernah berpikir untuk pilpres berlangsung dua putaran seperti yang diperkirakan banyak orang setahun terakhir ini. Berbeda dengan dua paslon lain yang masih berpikir dan bersiap untuk dua putaran.  Bersamaan itu menguat isu koalisi paslon nomor urut 1 dan 3 di putaran kedua nanti.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mirip dengan Pilkada DKI

Kondisi keyakinan pilpres 1 atau 2 putaran mengingatkan pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Ketika itu, sama seperti pilpres 2024, ada tiga calon yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)-Syviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Dari hasil survei ketika itu pasangan Ahok-Djarot dominan mengusai rilis survei dengan elektabilitas diatas 40 persen bahkan Ahok pernah mengatakan sangat yakin menang satu putaran.

Pendukung Ahok-Djarot pun terbilang sangat militan mengkampanyekan paslon mereka yang tidak jarang menghina dua kompetitor lainnya yang menimbulkan rasa permusuhan yang semakin memuncak.  

Namun Impian pilkada satu putaran gagal dicapai karena suara Ahok-Djarot gagal mencapai 50 persen + 1 suara yang mengharuskan pilkada DKI berlangsung dua putaran. Pada putaran kedua mayoritas suara paslon AHY-Sylvi berpindah ke Anies-Sandi yang sinyalir karena isu politik identitas yang sangat hangat ketika itu, tetapi ada juga faktor pendukung Ahok-Djarot yang terlalu agresif membuat pendukung paslon lain berjarak dengan Ahok-Djarot. Selain itu paslon AHY-Sylvi juga menyatakan dukungan kepada Anies-Sandi pada putaran kedua yang menjadi dorongan para pendukungnya lebih memilih Anies-Sandi daripada Ahok-Djarot.

Ikuti tulisan menarik Harrist Riansyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 jam lalu

Terpopuler