Ketika Dakwah Bertemu Teknologi, Peran Mahasiswa KPI di era Digital

Oleh: Ananti Auliyah Pardi, Lingkungan Dakwah STIBA Ar Raayah Sukabumi

Dakwah, dulu identik dengan ceramah di masjid, pengajian ibu-ibu, atau kajian selepas salat Jumat. Sekarang, dakwah bisa lewat Instagram Reels, TikTok, atau Podcast. Tidak perlu menunggu diundang ke mimbar, cukup buka HP, rekam video pendek, upload, dan booming. Pesan Islam bisa sampai ke ribuan, bahkan jutaan orang.

Aku pernah menemukan akun seorang mahasiswa KPI yang bikin konten dakwah di TikTok. Gaya bicaranya santai, tidak kaku, tapi pesannya tetap masuk ke hati. Dia bahas hal-hal sederhana, kayak “Kenapa doa kita kadang tidak dikabulin?” atau “Gimana cara istiqomah dalam ibadah?”. Videonya cuma semenit dua menit, tapi komennya ribuan, Ini bukti kalau dakwah tidak harus selalu serius dan panjang lebar.

Platform digital bikin dakwah lebih luas jangkauannya, tapi tantangannya juga besar. Hoaks agama bertebaran di mana-mana, belum lagi orang-orang yang asal share tanpa cek kebenaran. Pernah lihat hadis yang ternyata palsu tapi udah terlanjur viral Nah, ini tugas kita bukan cuma bikin konten, tapi juga memastikan dakwah digital tetap akurat dan bisa dipertanggungjawabkan.

Sebagai mahasiswa KPI, harus memiliki keunggulan dalam berkomunikasi yang baik, tahu strategi penyiaran, dan akrab sama teknologi. Ini modal besar buat bikin dakwah yang tidak cuma relevan, tapi juga masuk di hati masyarakat. Tidak perlu takut, bisa mulai dari bikin Q&A Islami di Instagram Story, bahas topik agama lewat podcast, atau sekadar share thread bermanfaat di Twitter.

Intinya, dakwah itu harus menyesuaikan zaman. Mau pakai media apapun, yang penting esensinya tetap sama menyebarkan kebaikan. Jadi, siap jadi bagian dari generasi pendakwah digital.

Sukabumi, 17 Februari 2025

*) Artikel ini merupakan tugas mata kuliah Kepenulisan Akademik Program Studi KPI STIBA Ar Raayah Sukabumi