Demokrasi dan Kesejahteraan untuk Indonesia Emas 2045
Kamis, 28 Agustus 2025 12:35 WIB
Cides ICMI menggelar Muzakarah Ulama dan Cendekiawan.
Demokrasi dan Kesejahteraan untuk Indonesia Emas 2045 - Rabu, 27 Agustus 2025 Pukul 09.30 - 13.00 WIB bertempat di Masjid Istiqlal Jakarta, Majelis Muzakarah Masjid Istiqlal (M3I) bersama Center for Information and Development Studies ICMI (CIDES ICMI) menyelenggarakan Muzakarah Ulama dan Cendekiawan bertema Demokrasi dan Kesejahteraan untuk Indonesia Emas 2045.
Demokrasi dan Kesejahteraan untuk Indonesia Emas 2045
Acara dimoderatori oleh Dr. Hery Margono, MM. selaku Sekretaris CIDES ICMI. Sambutan dan Laporan dari Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA., Ph.D. , Ketua Panitia Prof. Dr. Arif Satria yang merupakan Ketua Umum ICMI. Dan juga pidato kunci dari Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA. yakni Menteri Agama RI.
Menghadirkan Narasumber Muzakarah Ulama dan Cendekiawan, Prof. Dr. M. Mahfud MD, Tokoh Cendekiawan, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA., Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 2010 – 2021, Dr. Amirsyah Tambunan, MA. , Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Prof. Dr. Yuddy Chrisnandi, SE., ME. , Pakar Tata Negara.
Readers, seperti yang kita ketahui akhir-akhir ini sedang ramai adanya demo. Melihat hal itu apakah mungkin Indonesia dengan bonus populasi anak muda di 2045 akan menjadi Indonesia Emas atau malah sebaliknya? Yuk baca artikel ini lebih lanjut!
Diadakannya acara ini adalah untuk bermusyawarah merumuskan bagaimana caranya agar Indonesia bisa sejahtera dengan demokrasi.
Laporan BPS masih ada 9% yang miskin kalau dilihat dari 280 juta berarti masih ada 26 juta yang miskin. Bahkan menurut Pak Prabowo saat pidato kampanye bukan 26 juta orang melainkan 26 juta Kartu Keluarga. Berarti kalau saja satu Kartu Keluarga ada 4 atau 5 orang menjadi lebih dari 100 juta orang yang miskin.
Dimulai dari Kekuatan Desa yang Luar Biasa
Prof. Dr. Arif Satria yang merupakan Ketua Umum ICMI dalam kesempatan ini menyampaikan bahwa, dua kata kunci yang harus kita wujudkan adalah demokrasi dan sejahtera.
Ketika kita berbicara demokrasi dan kesejahteraan kita juga bisa melihat penggambaran kepada beberapa negara, jadi ada negara ketika kita lihat sumbu x dan y, sumbu x tingkat demokrasi dan sumbu y tingkat kesejahteraan. Ada kuadran 2 di mana negara memiliki tingkat demokrasi yang sangat tinggi dan memiliki tingkat kesejahteraan yang sangat tinggi, seperti Korea Selatan yang memiliki start pembangunan hampir sama seperti kita pada 80an, kemudian Amerika Serikat, dan Jepang.
Tapi ada juga negara yang memiliki kesejahteraan yang baik sedangkan demokrasi yang rendah yaitu China, Singapore, dan negara-negara timur tengah demokrasinya lebih rendah lagi.
Ada juga negara yang memiliki tingkat deemokrasi yang tinggi dan kesejahteraan rendah seperti Philipines, India, dll.
Serta negara dengan demokrasi rendah dan kesejahteraan rendah seperti Korea Utara, atau negara-negara yang ada di sebagian Afrika.
Kita akan melihat gambaran yang seperti apa. Tapi kalau kita lihat perjalanan demokrasi seperti Jepang dan Korea Selatan tidak terlepas dari kerangka pembangunan pasca perang dunia kedua.
Jenderal MacArthur menggagas sebuah terobosan bagaimana intervensi Amerika ke negara-negara Asia itu bisa tercapai kalau suasananya demokratis. Dan kalau suasana demokratis maka yang harus dihancurkan adalah feodalisme sehingga pada tahun 50an, Taiwan, Korea Selatan dan Jepang mengalami suatu proses yang sama yaitu sebagai intervensi Amerika melalui reforma agraria. Sebagai bentuk masuk dalam mendemokratisasi sebuah negara karena di situlah feodalisme dipangkas dan kemudian masyarakat punya power karena punya aset lahan.
Indonesia pernah mencoba reforma agraria oleh Amerika tetapi gagal karena faktor-faktor ekonomi dan politik.
Berangkat dari hal itu, desa menjadi pintu bagaimana demokrasi dimulai, sehingga yang dilakukan Korea Selatan pasca reforma agraria yang sukses, mengembangkan sumol undong, dengan gerakan itu beliau memberikan landasan yang cukup kuat bagi ekonomi desa. Kemudian setelah itu masuk ke industrialisasi, setelah gagal dengan strategi industrialisasi yang pertama kali terjadi ketimpangan, ketika terjadi ketimpangan maka itulah problem yang harus segera diatasi sehingga dengan shifting ke desa maka Korea Selatan bangkit melalui Desa yang kuat kemudian bisa membuat industri yang kuat hingga saat ini.
Itulah gambaran di mana intervensi di Desa tidak pernah salah karena pendekatan yang tepat akan bisa membuat suasana yang lebih demokratis dan juga kesejahteraan semakin baik. Sehingga hari ini ICMI juga secara kongkrit mulai banyak masuk di desa melalui program Desa Cendikia yang ada di Bogor, dan juga mengembangkan program Desa Cendikia di indramayu untuk 200 hektar membangun produksi padi dengan inovasi-inovasi yang baik.
ICMI kembali ke desa adalah sebagai sebuah langkah bukan tanpa alasan tapi melihat gambaran dari negara yang sukses terlebih dahulu berawal dari desa termasuk Amerika Serikat hingga hari ini. Bukan kekuatan pada industri yang kuat tapi kekuatan pada Desa yang luar biasa.
Istiqlal, Rumah Bersama Sumber Cahaya
Dalam Pidato Kunci Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA. , Menteri Agama RI menyampaikan bahwa bagaimana merayakan kemerdekaan indonesia dengan meraih kemerdekaan bukan hanya fisik, tapi juga kemerdekaan intelektual. Karena kebebasan intelektual tidak bisa dikekang, pikiran tidak boleh dihukum, perasaan pun juga tidak boleh dihukum.
Seperti kata Rasulullah SAW, kita hanya bisa menghukum apa yang tampak menjadi tindakannya. Sejahat apapun pikiran itu, sejahat apapun niat itu selama itu belum terlaksana maka itu bukan pelanggaran. Dalam hukum pidana maupun dalam hukum islam. Kalau kita biasa berpikir negatif thinking maka itu akan menjadi algoritma yang akan sangat mempengaruhi perbuatan kita semuanya. Maka itu kita harus membiasakan diri kita untuk husnudzan, berbaik sangka, positif thinking.
Yang kedua, bahwa istiqlal ini adalah masjid yang penuh pencerahan, kemerdekaan, kita ingin menjadikan istiqlal ini semacam sumber cahaya, siapapun yang masuk ke dalamnya akan mendapatkan cahaya itu sendiri. Manakala cahaya menerangi pikiran dan jiwa kita, maka pasti kita akan menjadi manusia yang kreatif. Manusia yang konsisten, istiqomah, manusia bertanggung jawab, dan manusia yang insyaa allah selamat dunia akhirat.
Dan kita igin menjadikann istiqlal rumah bersama untuk semuanya. Mahzab apapun boleh masuk di masjid ini, agama apapun juga boleh masuk di masjid ini. Masjid adalah rumah besar untuk kemanusiaa dengan mencontoh konsep pengelolaan masjid Nabi.
Masjid harus menjadi sumber pembebasan bukan sebaliknya, sumber untuk mengukung pemikiran. Ini yang akan dibudayakan di Istiqlal, siapapun yang masuk di Masjid Istiqlal akan mendapatkan pencerahan karena Istiqlal bukan hanya lampunya yang sangat terang, tetapi juga misi Istiqlal juga untuk mengangkat martabat kemanusiaan. Apapun jenis kelamin, etnik, suku, bangsa, berapapun umurnya, bahkan apapun agamanya, sedapat mungkin ia memperoleh secercah harapan menjalani kehidupan yang akan datang. Karena ada energi istiqlal. Mari kita menciptakan energi spiritual yang bisa memberikan kekuatan orang melangkah ke depan dengan tegas, tegar, lurus di atas siratal mustaqim. Secara demikian kita akan menjadi bangsa yang benar-benar merdeka tegar memiliki dirinya sendiri tidak tergantung dengan kekuatan-kekuatan asing, dsb.
Yang ketiga poin yang sangat penting, bagaimana majelis muzakarah nanti akan membangkitkan kembali tradisi intelektual. Antara ilmu umum dan ilmu agama itu menyatu dalam satu keesatuan yang integritif betul, tidak ada pemilah.
Kalau kita mampu memanage indonesia ini luar biasa, potensi bonus populasi dengan populasi penduduk yang muda dan cerdas ini bengkak sedangkan usia anak-anak dan usia orang tua masih kecil. Kita akan memperoleh sesuatu kekuatan yang hebat, bersama-sama menyatukan langkah di Istiqlal untuk melahirkan Indonesia yang baru seperti yang kita harapkan bersama.
Tantangannya adalah korupsi yang benar-benar mengambil 40% dari aset BPN kita. Kalau kita bersihkan korupsi di Indonesia kemudian sumber-sumber daya alam dikendalikan oleh negara tidak lagi oleh oknum, maka kita akan mampu membebaskan fakir miskin, apalagi kalau sumber-sumber dana ummat yang dikelola dengan profesional.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Demokrasi dan Kesejahteraan untuk Indonesia Emas 2045
Kamis, 28 Agustus 2025 12:35 WIB
Gak Usah Kaget, Ini Potensi ESport Sebagai Cabang Olahraga di Indonesia
Kamis, 21 Juli 2022 16:24 WIBArtikel Terpopuler