x

Iklan

Adjat R. Sudradjat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Publik Pun Menantikan Kelahiran 'Bayi' Lain Dari Rahim Partai Golkar

Kisruh di Partai golkar diindikasikan akan menimbulkan perpecahan, dan tidak menutup kemungkinan akan melahirkan partai baru sebagaimana yang terjadi sebelumnya

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kalau diibaratkan seorang ibu yang sedang hamil, maka saat ini partai Golkar bagaikan seorang ibu yang sedang hamil tua, manakala masa melahirkan bayinya sudah tiba. Betapa tidak, perseteruan yang terjadi selama ini di partai produk Orde Baru itu, kian memuncak saat Sang Ketua Umum, Aburizal Bakrie, keukeuh memaksakan kehendaknya tanpa melalui persetujuan seluruh pihak.

Dinamika partai berlambang pohon beringin itu selama ini, tak lepas dari tarik-menarik beberapa kekuatan di internalnya memang. Paling tidak yang muncul ke permukaan, ada kekuatan yang berada di bawah ketiak ARB, lalu mereka yang masih setia pada politisi gaek Akbar Tanjung, dan satunya lagi kekuatan yang dikendalikan Jusuf Kalla.

Kemudian puncak dari tarik menarik tiga kekuatan besar itu, tak dapat dihindarkan lagi munculnya kisruh yang terjadi belakangan ini, terlebih dengan dipicu kedegilan sikap seorang ARB yang terkesan memaksakan nafsu syahwatnya untuk melanggengkan kekuasaan sebagai orang nomor satu di partai politik warisan Orde Baru tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hanya saja maksud hati ARB itu dipandang tidak sesuai dengan capaian prestasi selama menakhodai ‘kapal besar’ yang namanya Golkar tersebut. Bahkan tidak ada capaian sukses sama sekali. Dalam Pileg tempo hari, perolehan kursi di parlemen hanyalah sebanyak 91 kursi saja. Dan hal itu merupakan pertama kalinya dalam sejarah partai pohon beringin mendapat kursi di DPR dibawah seratus kursi. Kemudian dalam Pilpres pun ARB sama sekali dianggap tak punya nyali. Kalah sebelum berlaga. Padahal sebelumnya saban waktu dan saban saat dia tak bosan-bosannya beriklan sebagai capres dari partai Golkar di media televisi miliknya. Tapi ketika tiba waktunya, boro-boro tampil mendaptar sebagai calon presiden, mendampingi capres lain sebagai wakilnya pun tidak ada yang sudi menerima saja tampaknya.

Terlepas dari kegagalan menjadikan partai Golkar sebagai penguasa di negara ini, ARB dengan kekuatannya malah semakin menjadi-jadi dalam menyikapi para penentang segala kebijakannya. Tiga kader potensial pun dipecatnya, lalu saat pihaknya menyelenggarakan rapat pleno untuk persiapan menjelang Munas yang dilaksanakan sekarang ini di Bali, di samping terjadinya baku pukul antar sesama kader yang pro dengan yang kontra, Ical pun dipecat dari kedudukannya oleh Presidium Penyelamat partai golkar bentukan Waketum Agung Laksono dan kawan-kawan.

Kemudian puncak kedegilan ARB pun terjadi saat ini. Pemilik usaha Bakrie Grup ini secara sepihak menyelenggarakan Munas untuk kembali menjadikan Ical sebagai Ketua Umum berikut pengurus DPP untuk periode berikutnya. Mengapa dikatakan pembentukan, bukan pemilihan sebagaimana lazimnya ?

Itulah masalahnya. ARB bersama kroninya sudah dianggap melenceng jauh dari AD/ART, bahkan semangat demokrasi yang semestinya oleh parpol semacam Golkar dijadikan pegangan. Dan Munas IX di Bali pun hanyalah sebagai ‘kedok’ belaka untuk mengangkat kembali ARB sebagai ketua umum melalui versi pihaknya sendiri. Adapun versi tersebut tak lain adalah penggiringan pemilik suara yang sebelumnya sudah didoktrin oleh pendukung setianya, Nurdin Halid, mantan narapidana koruptor beberapa waktu lalu. Bahkan rekaman yang diduga suara arahan dari Nurdin Halid pun sempat beredar di kalangan wartawan.

Akan halnya para pemilik suara itu sendiri, yaitu para ketua DPD tingkat satu, bisa jadi merupakan kroni ARB, atau paling tidak para kader yang mudah dibeli dengan segepok uang, tanpa peduli lagi dengan nasib partai Golkar di masa mendatang.

Maka tak pelak lagi perselisihan antara kelompok yang mementingkan diri sendiri yang berada di bawah komando ARB, dengan kelompok lain yang masih berpegang teguh dengan semangat pendiri Golkar yang disertai idealisme tinggi pun kian meruncing saja.

Hal itulah sepertinya tidak jauh berbeda dengan kondisi seorang ibu yang sedang hamil tua. Karena banyak kalangan yang memperkirakan setelah itu akan terjadi perpecahan di dalam tubuh partai ini secara jelas dan gamblang. Dan tidak menutup kemungkinan dari situasi dan kondisi demikian, akan melahirkan juga partai-partai baru sebagaimana yang terjadi sebelumnya.

Bukankah partai Gerindra, Nasdem, Hanura, dan PKPI merupakan ‘bayi-bayi’ yang dilahirkan dari rahim partai Golkar akibat dari adanya perpecahan?

Kitapun hanya mampu menunggu tanpa kepastian. ***

 

Sumber foto: Tempo.co

Ikuti tulisan menarik Adjat R. Sudradjat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler