x

Sungai Cisadane surut akibat musim kemarau, Tangerang, Banten, 12 Agustus 2015. ANTARA/Muhammad Iqbal

Iklan

Mukhotib MD

Pekerja sosial, jurnalis, fasilitator pendidikan kritis
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kongres Sungai, Semangat Bangsa Maritim

Kongres Sungai Indonesia berlangsung sejak 26-30 Agustus 2015. Sebuah gerakan mengembangkan inovasi baru dalam kehidupan manusia dan sungai yang berdamping

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pelaksanaan Kongres Sungai Indonesia merupakan penegasan kembali Indonesia setiap sebagai negara laut, negeri air dan manusia Indonesia sebagai manusia air. "Bangsa ini merupakan bangsa maritim," kata Budhi Hermanto, aktivis gerakan sosial di Indonesia.

Menurut Budhi Hermanto, penting memosisikan sungai sebagai pusat peradaban, sebagai spiritualitas bangsa Indinesia. Dari Kongres Sungai Indonesia akan dirumuskan kerangka kerja berbasis operasional dan praktikal, berbasis intelektual berdimensi konsepsional dan pencerdasan kehidupan rakyat. "Juga pada level regulasi yang berdimensi politik dan institusional," katanya.

Kongres Sungai Indonesia, seperti kutip dari situs resmi Kingres Sungai, dinilai cukup signifikan dalan meneguhkan keberbudayaan sungai. Sungai sebagai inspirasi spiritual dalam membangun relasi  manusia dengan sungai. Ada proses pencerdasan, keahlian pengkaryaan, laku kerja produktif dan perhubungan sosial dalam berbagai dimensinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai pusat peradaban menunjukkan proses pencerdasan dan pengkaryaan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi bersifat tradisi (kearifan lokal). Selain juga munculnya karya seni dan estetika yang berdimensi profan maupun sakral.

Kongres Sungai diharapkan juga menghasilkan wacana, rancang tindak dan kerja dan laku kerja kemaritiman yang bukan semata berbasis pada kelautan, namun juga sungai, perairan dan sistem dukungan materiil masyarakat kerja dan budaya agraris (daratan).

Saat ini, keberdikarian sungai yang menunjukkan interrelasi sungai dengan wilayah penyangga dan tersangga yang berada dalam posisi terancam. Sebab daya daya asup alam mengalami penurunan mutu dan kekuatannya. Berbagai kegiatan ekspansi pengusahaan hutan, pertambangan, perkebunan, pertanian, industri/pabrik dan permukiman maupun infrastruktur menjadi akar persoalannya.

Situasi penurunan keberdikarian sungai, menurut Budhi Hermanto, menunjukkan kenyataan sungai diabaikan dan terabaikan dari aspek sosial, ekonomi, politik dan pembangunan. Karenanya penting melakukan pemetaan permasalahan tata kelola sungai terkait aktifitas sosial, ekonomi, politik dan pembangunan.

Peta ini dimaksukan juga untuk pengungkapan potensi, kebutuhan dan kerja produksi maupun konsumsi berbasis maupun berorientasi pada air dan sungai. "Juga penggalangan aspirasi, inisiatif dan rancang kerja bersama kegiatan pembangunan yang berorientasi dan berbasis air, sungai dan laut," kata Budhi Hermanto.

Ikuti tulisan menarik Mukhotib MD lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu