x

Iklan

Adjat R. Sudradjat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Miris, Kenakalan Anak-anak Sudah Begitu Kritis

Sepertinya dewasa ini kenakalan anak-anak sudah melawati ambang kewajaran, dan apa yang menjadi penyebabnya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menyimak berita tewasnya bocah SD oleh sesama temannya di Ibukota, Jakarta, begitu menghentak perasaan sebagian besar orang tua. Bagaimana tidak, anak usia SD dengan begitu sadis, dan kejamnya menyiksa teman sekolahnya sendiri karena persoalan sepele saja, dan mengingatkan kita pada perkelahian yang dilakukan orang dewasa dalam film laga.

Lalu timbul pertanyaan, apakah perilaku pelaku terhadap korban disebabkan meniru aksi di dalam film, atawa ada kesalahan orangtua dan guru di sekolah yang keliru di dalam mendidik anak-anak itu, atawa memang tingkat perkembangan anak-anak jaman sekarang sudah sedemikian cepatnya seiring perkembangan jaman yang sudah begitu tuanya ?

Entahlah, yang jelas fenomena kenakalan anak-anak sekarang ini yang dianggap sudah mencapai titik kritis yang sedemikian mengkhawatirkannya, tidak hanya terjadi di kota-kota besar sahaja. Di pelosok desa pun tampaknya sudah menggejala begitu parahnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagaimana halnya yang dialami seorang guru SD tetangga penulis yang mengajar di sebuah sekolah dasar yang terletak di antara dua kampung pada satu desa di Tasikmalaya. Ketika itu kebetulan anak didiknya sedang mengikuti pelajaran olah raga bersama guru olah raga –tentu saja, dan guru teman penulis pun punya waktu untuk menunaikan shalat Dhuha di mushala.

Akan tetapi baru saja dirinya sedang mengambil air wudu, di luar kamar mandi didengarnya ada suara ribut-ribut yang tidak biasanya. Diapun bergegas keluar. Dilihatnya di depan kamar mandi sekitar dua puluh orang anak didiknya yang semestinya mengikuti pelajaran orah raga di lapangan, dan semuanya anak laki-laki, sedang adu-mulut  sambil saling dorong dengan anak laki-laki yang tidak dikenalnya. Lalu diapun menegur mereka,  menanyakan apa yang terjadi, dan menanyakan siapa dan darimana anak-anak yang tidak dikenalnya itu.

Pada awalnya mereka mengelak, dan mengatakan sedang bercanda sahaja. Namun iapun tidak dapat dibohongi begitu saja. Sewaktu di dalam kamar mandi, telinganya mendengar dengan jelas keributan di luar. Anak-anak itu saling mengumpat, dan mengeluarkan kata-kata kotor yang tidak pantas didengar oleh telinga yang masih menjunjung tinggi etika.

Karena guru teman saya itu seorang perempuan, maka iapun kemudian memanggil penjaga sekolah untuk membawa anak-anak itu ke ruang Pembinaan, sekalian melaporkan insiden tersebut pada kepala sekolah.

Ternyata anak-anak yang tidak dikenalnya itu adalah anak-anak dari SD lain, dan mengaku ada ‘masalah’ dengan anak-anak didiknya. Dan masalah itu karena suatu saat sebelumnya diadakan pertandingan uji-coba bola voli, tim dari sekolah yang sekarang datang menyerangnya itu dapat dikalahkan dengan telak oleh anak-anak dari sekolah guru teman saya itu.

Ya, karena tidak terima tim bola volinya dikalahkan, mereka datang menyerang untuk berkelahi.

Peristiwa lainnya yang dialami guru teman saya itu tak kalah menariknya. Suatu saat di hari Senin ia datang lebih awal dari biasanya, karena kebetulan mempunyai tugas sebagai pembina upacara bendera. Baru saja sampai di pintu gerbang sekolah, anak-anak datang menghampirinya. Mereka melaporkan adannya kaleng-kaleng bekas lem aibon, plastik sachet obat batuk, dan pecahan botol minuman yang berserakan di sekitar tiang bendera di halaman sekolah.

Belum lagi dirinya menanyakan siapa pelaku yang membuang sampah semacam itu, anak-anak itu menyebutkan pelakunya adalah segerombolan anak-anak dari SD tetangga, pada hari Minggu sebelumnya. Anak-anak didiknya itu mengaku ketika itu sedang bermain mengadu layang-layang dengan anak-anak dari SD tetangga itu. Di saat sedang bermain layang-layang, sebagian rombongan dari anak-anak SD tetangga tersebut masuk ke halaman sekolah dengan cara memanjat benteng sekolah dari bagian belakang.

Menurut laporan anak-anak didiknya kemudian, sewaktu mengintip gerombolan anak-anak dari SD tetangga itu, ternyata ada yang sedang menghirup lem aibon, sebagian lagi mencampur obat batuk ke dalam minuman bersoda, dan meminumnya.

Kejadian itupun  dibicarakan dengan sesama guru dan kepala sekolah, untuk kemudian kepala sekolah mendatangi SD tetangga untuk menindaklanjuti insiden tersebut.

Adapun kasus lain yang tak kalah memprihatinkannya, terjadi ketika seorang siswa kelas enam di sekolahnya yang selama ini dikenal paling nakal, dan kebetulan anak seorang kaya di kampungnya, memukuli anak perempuan tanpa sebab yang jelas. Anak perempuan yang jadi korban pemukulan itu kepalanya pecah dan mulutnya sobek berdarah.

Karena semua guru merasa sudah kewalahan dengan kenakalan anak itu, dan yang jadi korbannya menderita lumayan parah, kepala sekolah langsung memanggil orangtua pelaku untuk membicarakan kasus itu.

Tapi apa yang terjadi, di luar dugaan orang tua anak yang nakal itu malah membela anaknya sebagai anak yang baik, dan tidak pernah berbuat nakal. Padahal anaknya sendiri sudah mengaku dengan gamblang, dan keadaan korbannya sudah dilihat dengan matanya sendiri. Kemudian orangtua itupun menyebutkan kalau insiden itupun di luar tanggung jawabnya. Bagaimanapun terjadi saat jam pelajaran sekolah. Hal itupun jelas diakui guru dan kepala sekolah, bahwa insiden itu merupakan tanggung jawabnya. Hanya pihaknya meminta orang tua tersebut untuk bersama-sama mengawasi dan mendidik anaknya.

“Di dalam sekolah menjadi tanggung jawab sepenuhnya pihak sekolah, dan di luar jam sekolah menjadi tanggung jawab orang tua sendiri tentu saja,” kata guru teman saya itu. “Siapa orangnya yang ingin anak-cucunya berkelakuan jahat, dan merugikan banyak orang, sepertinya seorang penjahat sekalipun tak menginginkan anaknya mengikuti jejaknya. Semua orang ingin anak-anaknya menjadi orang yang baik.”

Memang benar yang dikatakan guru itu. Tapi bagaimana caranya agar anak-anak kita menjadi baik ssebperti yang diharapkan ? ***

 

 

Ikuti tulisan menarik Adjat R. Sudradjat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 jam lalu

Terpopuler