x

Iklan

Qaris Tajudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bom Sarinah: Indonesia Gagal Fokus?

Apakah orang Indonesia tidak memiliki empati pada korban? Apakah kita gagal fokus--bukannya pada teror, justru membahas polisi ganteng dan sepatu Guccinya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apa yang bakal terjadi seandainya Bom Sarinah dan aksi teror yang menyertainya pecah di Paris, New York, atau London? Mungkin hingga keesokan harinya, jalanan di kota-kota itu akan sepi; Twitter warganya masih dipenuhi ungkapan duka mendalam; bendera setengah tiang berkibar di mana-mana; dan kesedihan menggelayuti seluruh negeri.

Tapi itu terjadi di Jakarta. Keesokan harinya, pada Jumat 15 Januari, jalanan Jakarta kembali sibuk dan macet; beberapa jam setelah kejadian, sosial media kita sudah dipenuhi meme yang menertawakan para teroris; dan kita kembali beraktivitas seperti biasa. Seolah-olah pada Kamis tidak terjadi apa-apa. Kalau pun membahasnya, kita akan mengobrolkannya dengan ringan.

Apakah orang Indonesia tidak memiliki empati pada korban? Apakah kita gagal fokus--bukannya fokus pada teror, justru membahas polisi ganteng dan sepatu Gucci-nya? Apakah kita tidak memiliki sense of crisis?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya kira tuduhan itu berlebihan. Saya justru melihat ini sebagai sebuah cara orang Indonesia dalam menghadapi krisis. Bukan berpura-pura tenang seolah tidak ada apa-apa, tapi menganggap apa yang terjadi bukanlah sebuah krisis yang bisa membenamkan kita dalam duka dan kemarahan. Ini bukanlah eskapisme.

Untungnya, kini kita bisa lebih dewasa. Sebagian besar meme tidak menertawakan korban hingga tidak bisa dianggap apa yang terjadi sebagai ketiadaan empati untuk mereka.

Tidak mengikuti keinginan teroris untuk takut bahkan terjadi sejak awal kejadian. Ada tukang sate, penjual kacang, bahkan penjaja mangga kepada pasukan keamanan. Setelah ledakan, bukannya bersembunyi, banyak yang malah menonton ke tengah jalan--bahkan selfie sambil nyengir. Tentu, ini membahayakan dan tak patut ditiru, tapi itulah kanal yang kita pilih untuk keluar dari tekanan terorisme.

Itulah yang membuat roda-roda mobil di Jakarta kembali berputar. Itulah yang membuat teror yang dilancarkan oleh para teroris gagal. Kita memang tak pernah takut pada teroris!

Ikuti tulisan menarik Qaris Tajudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler