Gerhana Matahari Membawa Rezeki
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Iklan
Saya datang ke sana untuk meliput puncak peringatan hari ulang tahun Satpol PP ke 66 dan hari jadi Satuan Perlindungan Masyarakat yang ke-54.
Dari tanggal 2 ampai 4 Maret 2016, saya berkesempatan datang ke Kota Palu, ibukota Provinsi Sulawesi Tengah. Saya datang ke sana untuk meliput puncak peringatan hari ulang tahun Satuan Polisi Pamong Praja ke 66 dan hari jadi Satuan Perlindungan Masyarakat yang ke- 54. Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo hadir di acara itu.
Rencananya, sore hari, saya dan beberapa wartawan dari media lain yang juga ikut meliput hendak jalan-jalan menikmati Kota Palu. Salah satu yang hendak dituju, adalah bukit tempat di mana gerhana matahari bisa diamati dengan jelas. Sayang, karena acara padat, rencana itu batal.
Selepas magrib, usai acara HUT Satpol PP dan Linmas, saya bertemu dengan Kepala Satpol PP Provinsi Sulawesi Tengah Muchlis. Awalnya, Muchlis hendak mengajak beberapa wartawan yang ikut meliput acara itu untuk melihat tempat yang akan dipakai untuk melihat gerhana matahari. Sayang karena hujan tiba-tiba turun, akhirnya kunjungan ke tempat untuk melihat gerhana matahari pun batal. Kami pun hanya mengobrol di lobi kafe hotel yang langsung menghadap ke laut. Pemandangan sekitar kafe sebenarnya sangat indah. Tapi, karena hujan, semuanya hilang. Padahal, tadi sebelum hujan, dari teras kafe hotel, mata bisa langsung memandang pendar-pendar lampu rumah-rumah penduduk yang bergerombol sepanjang bukit yang memanjang tepat di bibir laut.
Sambil mereguk kopi, kami dan Pak Muchlis pun mengobrol ngalor ngidul. Salah satu yang ditanyakan tentang persiapan Palu menyambut terjadinya gerhana Matahari, yang diperkirakan bakal berlangsung pada 9 Maret nanti. " Nanti acara gerhana matahari akan dilakukan salah satunya di Ngatabaru," kata Muchlis.
Ngatabaru sendiri, kata dia, adalah sebuah bukit yang tak jauh dari pusat Kota Palu. Letaknya tak jauh dari Bandara SIS Al-Jufrie. Bukit pengamatan gerhana berada tepat di atas bandara tersebut. ersiapan menyambut gerhana matahari pun, sudah dilakukan jauh-jauh hari. Sebuah lapangan di atas bukit sudah dibuat. Dan, diratakan. Kota Palu sendiri memang dikelilingi oleh punggungan bukit yang memanjang dan seperti melingkari ibukota provinsi Sulawesi Tengah tersebut. Hawa Kota Palu, lumayan menyengat, maklum di salah satu ujungnya berbatasan dengan laut.
Bahkan, ada yang menarik, laut kerap kali berubah jadi dua warna. Sebagian berwarna coklat, separuhnya lagi warna biru. Dua warna laut itu, karena bertemunya arus dari sungai dengan wajah lautan. Bisa dikatakan Palu, adalah kota tempat bertemunya sungai dengan laut. Dan, tetenggernya adalah salah satu jembatan indah dengan tiang melengkung warna oranye yang membelah sungai Palu yang langsung menyatu dengan Teluk Talise. Jembatan Palu IV atau Jembatan Ponulele namanya. Ini salah satu jembatan yang jadi ikon Kota Palu. Jembatan ini, berdiri tepat di sekitar muara sungai, tempat bertemunya air sungai dengan arus laut. Teluk Talise, biasa warga Palu menyebut tempat bertemunya sungai dengan wajah lautan. " Titik paling ramai untuk gerhana matahari ada di bukit Ngatabaru, dekat dari Palu. Bukit itu atas bandara," katanya.
Panitia menyambut gerhana matahari pun sudah dibentuk. Hasan Bahasuan Institute jadi pelaksana teknisnya, bekerjasama dengan Pemerintah Kota Palu dan Provinsi Sulawesi Tengah. Nantinya, menjelang gerhana terjadi, akan ada pameran instalasi seni. Tidak hanya itu, acara akan diramaikan pula dengan atraksi budaya, berupa penampilan tari-tarian. Pengamanan pun sudah disiapkan, gabungan dari TNI, Polri, Satpol PP dan masyarakat. Namun yang pasti, terjadinya gerhana matahari seakan membawa berkah tersendiri, khususnya bagi Kota Palu dan Provinsi Sulawesi Tengah. Kamar-kamar hotel sudah banyak yang pesan jauh-jauh hari. " Hotel sekarang bisa dikatakan penuh. Kemarin untuk Ultah Satpol PP, rencananya kan tanggal 7 Maret, tapi karena kami terlamba pesan hotel, ya tidak kebagian kamar, keburu penuh. Jadi dimajukan tanggal 2 Maret sampai 4 Maret," tuturnya.
Pihak hotel di Palu, dan sekitarnya sudah menyiapkan 9000 kamar. Dan, yang sudah dipesan jauh-jauh hari 3000 kamar. Sementara sisanya, 6000 kamar dalam proses booking. Turis-turis juga mulai berdatangan. Termasuk dari mancanegara. " Coba mas perhatikan di bandara saat datang kemarin, banyak kan bule-bule yang datang. Ya mereka turis yang mau lihat gerhana," katanya.
Nantinya, lanjut Muchlis, para wisatawan 'gerhana', banyak yang akan menginap di bukit Ngatabaru atau kemping di sana, di malam menjelang gerhana terjadi. Mereka banyak yang memutuskan menginap semalam di bukit, agar tak kehilangan momen gerhana. Sebagian lain, menginap di rumah-rumah penduduk sekitar bukit. Baru usai melihat gerhana, mereka kembali lagi ke hotel. Karena banyaknya yang kemping di bukit, pengamanan pun diperketat. Keberadaan teroris Poso, jadi perhatian serius aparat keamanan.
" Informasi dari Dinas Pariwisata, turis dari mancanegara datang dari 27 negara. Ini tentu jadi perhatian kami, polisi dan TNI," ujarnya.
Selain di Palu, titik untuk melihat gerhana matahari juga sudah dipersiapkan di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Poso, Sigi, Parigi Moutong, Donggala dan Tojo Unauna. Bahkan di Palu juga ada titik lain, yakni di bukit yang biasa dipakai para penggemar olahraga paralayang.
" Di bukit Ngatabaru sendiri sudah dipersiapkan lahan seluas 14 hektar. Sudah diratain. Sudah bagus sekarang," katanya.
Rencananya, Wakil Presiden Jusuf Kalla, akan hadir dan menyaksikan gerhana matahari di Kota Palu. Di Palu, Jusuf Kalla juga akan meresmikan monumen Gerhana Matahari atau Monumen GMT yang sudah di bangun di Anjungan Nusantara Pantai Talise, Teluk Palu. Monumen GMT setinggi 8 meter sudah selesai dibangun. Di puncak monumen ada bentuk matahari, sebagai simbol gerhana.
" Ini juga jadi lokasi utama pengamatan gerhana matahari," katanya.
Mengenai kemungkinan terjadinya ancaman teroris, Muchlis menegaskan, aparat keamanan sudah mengantisipasi itu. Pengamanan sudah diperketat. Tapi, ia yakin, tak ada gangguan berarti. Sebab, kelompok pengacau sendiri ada di pegunungan yang sangat jauh dari pusat Kota Palu. Di pusat kota Poso juga, gangguan keamanan hampir dikatakan tak ada.
" Yang begitu (teroris) di Poso kan di atas gunung, jauh. Di kota enggak apa-apa. Waktu safari Ramadhan, kita pergi ke sana. Jalan pergi ke mesjid, enggak ada masalah. Ke Tentena, juga enggak ada," ujarnya.
Bagi wisatawan yang nginap di tempat pengamatan, atau hendak kemping, kata Muchlis, sama sekali tak ditarik bayaran, atau gratis. Hanya pengamanan memang diperketat saja. Namun yang pasti, gerhana matahari jadi berkah tersendiri. Hotel penuh. Rumah makan pun ramai. Bahkan, warga yang rumahnya jadi tempat menginap, ikut kecipratan rezeki.
"Gerhana matahari bagi kami jadi berkah. Banyak sektor yang bergerak," ujar Muchlis.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Diuji Krisis Covid, Pilkada Serentak Bisa Lahirkan Pemimpin Daerah Inovatif
Jumat, 17 Juli 2020 14:48 WIBDari Dosen Kembali Jadi Dosen
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler