x

14-Ekbis-BPJS

Iklan

Yoel Robert Rampengan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kesalehan Sosial dan Transformasi Jaminan Kesehatan

Dalam upaya transformasi Jaminan Kesehatan Nasional, diperlukan adanya "kesalehan sosial" sebagai partisipasi umat beragama.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kesalehan Sosial dan Transformasi Jaminan Kesehatan

 

Apa dan bagaimana religiusitas masyarakat Indonesia dapat menjadi salah satu faktor penentu dalam suksesnya program nasional, seperti Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)? Kekayaan suatu negara memanglah menjadi penentu bentuk jaminan sosial, secara khusus jaminan di bidang kesehatan. Namun, kearifan khas Indonesia yang disimbolkan dalam Pancasila tentu dapat menjadi dasar transformasi JKN. Dalam hal ini, kesalehan sosial menjadi respons umat beragama dalam memperbaiki tatanan masyarakat. Dengan begitu, peran agama akan dibutuhkan dalam pembentukan mentalitas cinta tanah air sekaligus perwujudan iman. Prinsip kesalehan sosial berakar dalam agama-agama. Kerelaan untuk memberi (natura dan uang) bahkan bermakna sebagai bagian ibadah, antara yang ritual dan aktual. Amal dan derma menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bentuk nyata ketaatan beragama. Tanpa bermaksud menyamaratakan sistem derma agama-agama yang unik, kenyataan keber-agama-an masyarakat Indonesia adalah anugerah dan potensi bagi bangsa dan negara untuk menatanya. Jika kesalehan personal berkaitan dengan harapan akan keselamatan, maka kesalehan sosial dapat dimaknai sebagai harapan akan adanya kesejahteraan bersama di dunia ini.

Dalam Roadmap toward the National Health Insurance 2012-2019, Pemerintah menargetkan “semua orang Indonesia (yang diperkirakan sekitar 257.500.000 orang) harus diasuransikan BPJS Kesehatan,” serta “akan adanya keseragaman paket rumah sakit dan akomodasi untuk menjamin keadilan sosial bagi semua (orang Indonesia).” Target-target tersebut memang menjadi tanggung jawab negara yang dipersiapkan Pemerintah bersama instansi penyelenggara. Tetapi, hal itu bukan berarti tidak membutuhkan potensi dan sikap masyarakat, khususnya umat beragama.     

Saat ini, pro-kontra penyesuaian premi BPJS Kesehatan terjadi karena ketidakdisiplinan membayar iuran, banyak subsidi yang tidak tepat sasaran, dan pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan standar, bahkan banyak terjadi penolakan pada rumah sakit tertentu. Artinya, transformasi JKN membutuhkan kesiapan dari pemerintah menata ulang sistem; dan rakyat mempersiapkan mental menyongsong perubahan JKN yang berpihak pada rakyat itu. 

Ada kekhasan Indonesia dalam upaya transformasi ini jika dibanding dengan negara lain. Prinsip bahwa makin maju suatu negara, makin ringan beban jaminan kesehatannya, bukan menjadi hal yang begitu penting. Kekuatan rakyat (civil power) Indonesia menentukan sejauh mana transformasi JKN berhasil. Partisipasi umat beragama yang adalah warga negara itu yang jauh lebih penting. Antusiasme warga yang mengikuti program JKN dan disiplin membayar iuran bagi yang telah ikut, misalnya, merupakan kekuatan transformasi ini. 

Peran dan partisipasi lembaga dan umat beragama tentunya sangat berdasar pada penghayatan Sila Pertama dalam Pancasila, ”Ketuhanan yang Maha Esa.” Jawaban konkrit atas penghayatan itu diwujudkan dalam upaya mendukung Sila Kelima, ”Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Yang menjadi penting di sini ialah mentalitas dan sikap warga negara (yang juga umat beragama) serta apa yang dapat ia berikan bagi negara ini. Hal itu berarti pada adanya komitmen dalam transformasi JKN yang berorientasi pada keadilan sosial bagi semua warga masyarakat. 

Kesalehan sosial akan menguatkan sikap hidup ugahari atau bersahaja. Transformasi sosial di Indonesia memperlukan sikap itu. Orientasi pada diri sendiri tidak melulu penting. Kesederhanaan dan kebersahajaan itu menjadi mentalitas yang dihidupi dan dipersaksikan. Setiap orang yang mendapatkan upah dari kerja baiklah memikirkan masa depannya melalui asuransi dan jaminan lainnya yang punya dimensi investasi. Namun, solidaritas perlu digerakkan dan negara memberi ruang dengan dibenahinya JKN. Relasi negara dan agama yang sehat juga ditunjukkan oleh kesalehan sosial yang dibangun. Dalam suasana ini, kesalehan umat (personal) demi keselamatan menjadi kesalehan umat (sosial) demi kesejahteraan.         

     

(Tulisan ini merupakan tugas Klinik Menulis Opini Tempo Institute Angkatan 1 - 2016)

Ikuti tulisan menarik Yoel Robert Rampengan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler