x

Foto udara antrean kendaraan mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Bangsri, Brebes, Jawa Tengah, 4 Juli 2016. Antrean pemudik yang ingin membeli BBM mengakibatkan kemacetan parah di sepanjang ruas Tol Pejagan-Brebes Timur. ANTARA FOTO/Rosa Panggab

Iklan

Ikhsan Darmawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Arus Mudik, Popularitas Yang Tidak Populer

Untuk sampai ke tujuan, waktu tempuhnya bisa hampir dua kali dari waktu biasa bahkan lebih.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Popularitas Yang Tidak Populer

Beberapa hari sebelum Iedul Fitri ini adalah hari-hari di mana banyak orang menjadi korban dari popularitas.Jutaan manusia yang mudik menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur lewat jalur Pantura di tahun ini mengalami situasi yang luar biasa tidak mengenakkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagaimana tidak? Untuk sampai ke tujuan, waktu tempuhnya bisa hampir dua kali dari waktu biasa bahkan lebih.Jika di hari biasa ke Magetan penulis hanya menempuh waktu 18 jam saja, beberapa hari lalu penulis menghabiskan waktu sampai 44 jam. Cerita-cerita dari kerabat penulis lebih "dahsyat" lagi.Sampai tulisan ini dibuat penulis, mereka telah memasuki hari ketiga atau lebih dari 48 jam berada di perjalanan.

Bukan hanya itu, mereka juga masih mengalami situasi lebih sulit lagi. Jika mereka masuk ke dalam tol yang keluar di Brebes Timur ataupun Pemalang, mereka harus bersulit-sulit karena kehabisan bensin di dalam tol dan harus membeli bahan bakar itu dgn harga semau penjual. Paling mahal ada penjul yang menawarkan satu liter premium seharga 40.000 rupiah. Luar biasa!

Tak hanya itu, selama terjebak di dalam tol, para pemudik itu harus berjibaku dengan kondisi rest area yang tidak layak sekaligus tidak dapat memenuhi keinginan dasar, seperti makan,minum,buang air, dan shalat. Ada yang punya uang tapi tidak ada penjual makanan dan atau minuman. Ada jg yang harus buang air dalam kondisi kamar kecil yang jorok karna saking banyaknya pemakai tapi tidak disiapkan petugas yang jumlahnya memadai. Bagi yang ingin sholat, harus gigit jari karena mushola penuh oleh pemudik yang tidur di mushola karena kelelahan.

Lebih menderita lagi bagi yang masih jauh dari rest area (terutama perempuan), tapi posisi mereka masih puluhan kilometer dari rest area. Coba bayangkan bagaimana nasib mereka?

Kondisi seperti ini adalah buah dari kebijakan Jokowi yang membolehkan dipakainya jalur tol baru (exit Brebes Timur dan exit Pemalang). Padahal,kedua jalur tol itu masih belum layak krn belum ada rest area yang memadai yang sangat dibutuhkan ketika terjadi kemacetan luar biasa seperti tahun ini. Selain itu, dibukanya tol itu malah menimbulkan bottle neck-bottle neck baru.

Tahun-tahun lalu sebelum ada dua tol baru memang setiap lebaran sudah macet. Namun macet lebaran tahun ini sungguh tidak manusiawi karena ada dua tol baru tapi belum ditopang oleh infrastruktur darurat yang dibutuhkan ketika lelah dalam kemacetan seperti di jalur non tol. Bahkan, tidak jarang orang menyimpulkan tahun ini justru lebih macet dari tahun-tahun sebelumnya.

Penulis berpendapat bahwa inginnya Jokowi menambah popularitas seperti saat ini malah menimbulkan ketidakpopuleran sekaligus kesulitan luar biasa bagi masyarakat yang mengalami kesulitan dalam perjalanan mudik. Jika perlu, Jokowi seharusnya mengalami sendiri bermacet-macetan seperti gayanya selama ini dgn blusukannya untuk tahu gimana rasanya mengalami hasil dari sebuah kebijakan yang asal mengejar popularitas saja.

Ikhsan Darmawan

Pemudik

Ikuti tulisan menarik Ikhsan Darmawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu