x

Iklan

Gusrowi AHN

Coach & Capacity Building Specialist
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sadar Batas, Menolak Mengeksploitasi

Banyak cerita para pengamal sejati ke-aji mumpung-an. Memanfaatkannya, mengurasnya sampa abis tak tersisa. Berikut adalah cerita sebaliknya. Cekidot.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“5 tahun lagi saya yakin, sudah banyak yang memiliki kemampuan melebihi saya. Saya harus terus update dan up grade kemampuan. Jika tidak saya lakukan, saya pasti akan tertinggal”. Itulah pernyataan seorang Kliwon (bukan nama sebenarnya), salah seorang fasilitator senior dan handal yang sangat saya teladani.

Pernyataan tersebut mengingatkan saya tentang pentingnya memiliki kesadaran, bahwa pada titik tertentu perjalanan hidup di kita ke depan, kita berpotensi mengalami: kebuntuan, kemandegan, kejenuhan, dan ketinggalan perkembangan dan juga jaman. 

Jika tidak mau mengalami hal tersebut, jalan pintasnya hanyalah bagaimana bisa memelihara mentalitas belajar di dalam diri dan pikiran kita. Tidak merasa ‘cukup’ atas pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki. Dan, tentunya kemauan kita untuk terbuka menghadapi segala perubahan yang ada di sekitar kita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagaimana dengan orang-orang yang sangat menikmati situasi aji mumpung?. Mumpung menjabat posisi strategis; populer; terkenal; tak tertandingi; tak tergantikan; memiliki pekerjaan bagus; belum banyak orang yang paham dan mengerti; belum banyak yang bisa; bisa memanfaatkan kesempatan, bahkan kalau perlu mengeksploitasinya hingga tak tersisa.

Selama mereka mau terbuka dan sadar akan potensi perubahan yang akan dialami, saya yakin tidak akan ada masalah ketika tidak lagi bisa mengamalkan aji mumpung-nya. Masalahnya, banyak orang tidak mau meluangkan waktu dan pikiran memiliki kesadaran semacam ini, sehingga gagap ketika perubahan datang tiba-tiba.

Lantas, bagaimana kita bisa menjadi orang yang tidak eksploitatif atas situasi ke-aji mumpung-an? Cerita-cerita bijak tentang orang-orang yang tidak mau menguras abis kesempatan, peluang, kenyamanan, kemapanan yang dimiliki dan dialami untuk dirinya sendiri, bisa menjadi inspirasi kita.

Cerita nyata adanya orang-orang yang hanya mau menjabat satu periode kepemimpinan di posisi-posisi strategis pemerintahan, kampus, organisasi sosial, organisasi kemasyarakatan dan LSM.  Bagi saya, mereka bukanlah tipikal orang yang eksploitatif pada ke-aji mumpung-an.

Mereka rela memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menggantikannya, pada saat kesempatan masih terbuka lebar buat dirinya. Mereka mau berbagi peluang dan kesempatan dengan orang lain, padahal mereka masih membutuhkan.

Kesempatan dan peluang yang dimiliki adalah proses perjalanan dan pengalaman penting, namun, tidaklah mesti dieksploitasi sedemikian rupa untuk sebesar-besarnya capaian dan prestasi pribadi.  

Mereka, mungkin, sangat sadar bahwa posisi atau jabatan bisa melenakan; membuat mereka lebih fokus mempertahankan kenyamanan dan kemapanan; tertutup dengan masukan dan kritik; alergi pada pandangan yang berbeda; bahkan anti terhadap perubahan.

Faktanya, perubahan terjadi begitu cepat dan dahsyat. Tak dapat mengantisipasi dan mengadaptasinya akan membuat kita ketinggalan dan tertinggal.

Menemukan momentum dan penanda agar kita sadar kapan saatnya melakukan perubahan sangatlah penting. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari, karena kita terlambat menyadarinya.

Belajar dan terus belajar sekali lagi menjadi kuncinya.Kemauan untuk terus belajar dan bekerjasama dengan orang lain, akan membawa kita adaptif menyongsong perubahan di masa depan. #gusrowi. 

 

Sumber ilustrasi: Pepperlaw.com

Ikuti tulisan menarik Gusrowi AHN lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler