x

Iklan

PARDOSI

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Marsetio Bicara Poros Maritim Dunia di Kampus Elit Amerika

Pakar maritim Dr Marsetio didaulat sebagai profesor tamu di kampus Naval Postgraduate School (NPS), Monterey, California, Amerika Serikat

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pakar maritim Dr Marsetio didaulat sebagai profesor tamu di kampus Naval Postgraduate School (NPS), Monterey, California, Amerika Serikat. Diketahui, NPS adalah sebuah kampus dengan reputasi mumpuni di bidang militer dan kelautan dunia. Di NPS sendiri, Marsetio memaparkan, terdapat enam mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan magister.

Dalam berbagai kesempatan, Marsetio menegaskan posisi strategis Indonesia sebagai poros maritim dunia. Dikatakan KSAL periode 2012-2015 dan lulusan terbaik dari AAL Surabaya ini, Indonesia adalah negara maritim yang besar, lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil serta dua pertiga wilayah NKRI adalah lautan, dengan kekayaan alam dan potensi ekonomi luar biasa.

“Butuh SDM pelaut yang tangguh dan berjiwa nasionalis sejati untuk mengelola dan memanfaatkan potensi maritim Indonesia yang luar biasa besarnya itu,” tandas Marsetio yang juga menjabat Ketua Komite Kebijakan Publik Kementerian Perhubungan dan Utusan Khusus Pada International Maritime Organization (IMO).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Peran aktif Indonesia sebagai negara di IMO, dengan luas laut terbesar di dunia, untuk menunjukan bahwa Indonesia layak diperhitungkan dunia. Apalagi, Indonesia berkontribusi di setiap perumusan kebijakan maupun aturan yang dikeluarkan IMO. Hal ini sejalan dengan visi dan misi Presiden Joko Widodo yang memosisikan Indonesia sebagai poros maritim dunia,” tambah Marsetio.

Dalam bukunya berjudul “Kesadaran Baru Maritim”, Marsetio juga mengulas dengan gamblang bagaimana potensi konflik maritim yang sudah di depan mata. Pertama, realitas mutakhir geopolitik dan militer China sebagai the raising world power dengan ambisi strategis untuk menguasai Laut China Selatan (LCS), sekalipun cenderung hadir dengan sikap bermusuhan (hostile intent) yang terbukti dengan insiden perseteruan silih berganti dengan negara-negara di kawasan LCS, termasuk Indonesia. Sebagai bagian dari proyek raksasa Jalur Sutra Maritim (Maritime Silk Road), maka upaya untuk menguasai LCS sebagai urat nadi transportasi laut di Asia, serta kesiapannya dalam menggunakan hard power di zona irisan teritorial dengan negara-negara ASEAN, menunjukkan semakin nyatanya kesungguhan China.

Lebih jauh, China secara sistematis membangun rasionalisasi historis atas manuvernya melalui konsep wilayah penangkapan ikan tradisional (traditional fishing ground). Dengan menggunakan nelayan sebagai proxy militer Beijing yang didorong untuk masuk ke wilayah sasaran di LCS, meskipun harus menjamah teritorial negara lain, seperti insiden dengan TNI AL yang belum lama ini terjadi di perairan Natuna. Namun bagi China dampak strategis yang melekat melampaui urusan illegal fishing, karena semakin sering nelayan-nelayan tersebut beroperasi di wilayah sasaran, semakin besar pula kekuatan klaim yang dapat dilakukan.

Kedua, sebagai upaya untuk membendung perluasan ekonomi dan pengaruh China yang terus menggurita di kawasan Asia Pasifik, Amerika Serikat sejak tahun 2009 menggagas rute perdagangan yang melibatkan 12 negara anggota dalam Trans Pacific Partnership (TPP), persekutuan ekonomi itu menguasai 40 persen ekonomi dunia dengan sekitar 800 juta penduduknya. Baik Jalur Sutra Maritim dan TPP menganggap kemitraan dengan Indonesia menjadi penting. Melalui hal ini, nyata sudah bahwa visi Poros Maritim Dunia berhadapan dengan dua kekuatan ekonomi dan pertahanan global.

Ikuti tulisan menarik PARDOSI lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

13 jam lalu

Terpopuler