x

Iklan

Parliza Hendrawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Repot Dahulu, Bebas Asap Kemudian

Mencegah kebakaran hutan adalah langkah tepat dari baru bergerak ketika api sudah menjalar kemana-mana

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

SEOLAH masih jauh dari kemarau, saat ini hujan hampir saban hari mengguyur. Tidak sekedar membasahi permukaan tanah akan tetapi air dari langit itu juga sering membawa korban jiwa dan harta benda akibat banjir dan longsor. Bencana terjadi di Bandung, Jawa Barat maupun Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Kejadian serupa juga sempat terjadi di beberapa daerah di Sumatera Selatan. Untungnya kejadian di Sumsel tidak menimbulkan korban jiwa.

Walaupun masih musim hujan, sejumlah pihak pemangku kepenting mulai melakukan pencegahan bahkan bersiap memadamkan api jika bencana itu terjadi disaat musim kemarau tahun ini yang diprediksi lebih panjang dan kering. Pertanyaannya, Kenapa perlu repot sejak dini ? jawabnya lebih baik mencegah daripada menanggulangi kebakaran karena manusia dan ilmu terkini sekalipun belum mampu sepenuhnya melawan api. Meminjam istilah salah seorang sahabat: lebih baik Repot Dahulu, Bebas Asap Kemudian. Itulah yang telah menjadi komitmen bersama pemerintah daerah, TNI, dan perusahaan perkebunan dan perhutanan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dua hari yang lalu, di areal konsesi perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) milik PT. Bumi Andalas Permai di distrik Sungai Jelutung, Ogan Komering Ilir, kesibukan ratusan personil Regu Pemadam Kebakarn (RPK) mulai tampak. Mereka sigap, tanggap dan cekatan melakukan pencegahan hingga penanggulangan disaat api telah membesar sekalipun. Kepiawaian mereka didukung oleh peralatan seperti pompa air, kendaraan taktis hingga helicopter superpuma. Tidak hanya itu, di pos komando terdapat alat komunikasi dan sejumlah layar pantau yang berguna untuk mengintai titik api pada remote area sekalipun. 

Karena ingin merasakan dan menyelami atmosfer RPK berpakaian merah-merah itu, sayapun nekat menaiki menara api setinggi 30 meter yang berada di antara ratusan ribu pohon akasia yang menghijau di hamparan sejauh mata memandang. Dari atas menara tampak jelas tidak ada jarak antara ranting, dahan dan pohon Akasia. Sehingga saya berani menjamin sedikit saja ada pemicu api maka akan timbul kebakaran yang tidak mudah untuk dipadamkan. Bahkan pada kondisi tertentu seperti adanya tiupan angin yang kencang, maka api bisa melompati kanal dan jalan dengan lebar seratusan meter. Hal inilah yang pernah terjadi pada musim kemarau tahun 2015 silam. Ketika itu kebakaran di lahan HTI, kebun rakyat dan lahan gambut berujung pada bencana kabut asap. Makanya saya sepakat komitmen berbagai pihak mengedapankan pencegahan sejak dini. 

Kesiapan swasta dan pemerintah 

Sujica Lusaka, Manager fire management APP Sinar Mas menjelaskan pihaknya akan mengedepankan pendekatan Integrated Fire Manajement (IFM) yang terdiri atas sistem menejemen air untuk mengurangi resiko kebakaran di lahan gambut dan HTI. Setidaknya 5000 sekat kanal telah disiapkan. Selain itu juga upaya pencapaian program 500 desa makmur peduli api (DMPA) yang terletak di dalam dan di sekitar area konsesi sampai dengan tahun 2020. Diharapkan dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan di Sumsel, Riau, Jambi dan Kalimantan, maka pembukaan lahan dengan sistem bakar akan hilang. Peserta DMPA diberi ilmu land clearing tanpa bakar dan juga diberi sarana pemodalan.

Sujica menambahkan bahwa aspek pencegahan hanyalah salah satu bagian dari empat pilar utama yang menjadi landasan IFM yaitu: pencegahan, persiapan, deteksi dini, dan respon cepat. Sementara secara tehnis, pihaknya telah memiliki 2700 personil pemadam, 3 helikopter medium, 3 helikopter super puma kapasitas 4000 liter air untuk water booming, dan tak kalah pentig adalah dengan pendirian 80 menara api setinggi 30 meter. “Terdapat pula kamera thermal kami tempatkan didaerah rawan terbakar,” katanya

Sementara itu Komandan satuan tugas (Dansatgas) Karhutla Sumsel sekaligus Komandan Korem 044/Gapo Kolonel Inf Kunto Arief Wibowo, menjelaskan cegah dini mutlak dilakukan agar kebakaran tidak berbuah menjadi bencana kabut asap. Musim kemarau tahun ini diprediksi akan lebih panjang dan lebih kering dibandingkan dengan kejadian serupa ditahun 2015 yang lalu. Menyikapi hal itu berbagai pihak baik pemda, TNI dan perusahaan perkebunan di Sumatera Selatan mulai meningkatkan kewaspadaan akan ancaman terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutala) didaerah itu. 

Beberapa hari yang lalu, Kolonel Inf Kunto Arief Wibowo menghadiri kegiatan apel gelar pasukan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang dipimpin oleh Bupati Ogan Komering Ilir (OKI) Iskandar di halaman Kantor Bupati di Kayu Agung.  Apel gelar pasukan ini diikuti oleh 1.214 orang yang terdiri dari anggota TNI, Polri, BPBD  OKI, Manggala Agni, Pramuka dan Kades serta perwakilan 24 Perusahaan yang ada di wilayah Sumsel.

Dijelaskannya, Korem beserta jajarannya  bersama BPBD dan didukung oleh pihak lain, akan bersama-sama memulai secara dini melakukan kesiapan menjaga wilayah Sumsel agar tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan seperti yang terjadi pada tahun 2015 lalu. Lebih lanjut ia menambahkan, setelah apel gelar pasukan ini, kegiatan akan dilanjutkan dengan kegiatan latihan praktek lapangan secara tekhnis cara memadamkan kebakaran, hal ini dilakukan untuk melatih kesiapan dari setiap instansi sesuai tanggungjawabnya masing-masing. (pharliza@gmail.com)

 

Ikuti tulisan menarik Parliza Hendrawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

13 jam lalu

Terpopuler