x

Iklan

Ahmad Sofin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mazhab Mainstream Mendominasi Perekonomian Islam Kontemporer

Tiga Mazhab Ekonomi Islam Kontemporer

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

MAZHAB MAINSTREAM MENDOMINASI PEREKONOMIAN ISLAM KONTEMPORER

Mazhab Mainstream

Tokoh dalam mazhab ini antara lain M. Umer Chapra, M.A. Mannan, M. Nejatullah Siddiki, dan lain sebagainya. Mayoritas mereka bekerja di Islamic Development Bank (IDB), yang memiliki dukungan dana dan akses keberbagai negara sehingga penyebaran pemikiran ini sangat cepat dan mudah.

Dalam mazhab ini menjelaskan bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas. Jika dibandiingkan dengan Mazhab Iqtishaduna sangan bertolak belakang. Dalil yang dipakai mazhab ini adalah QS. Al-Baqarah: 155

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dan sungguh akan kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar

Dengan demikian, mazhab ini tidak berbeda dengan pandangan ekonomi konvensional, menurutnya kelangkaan sumber daya yang mengakibatkan masalah ekonomi. Perbedaan dengan konvensional terletak dalam penyelesaian masalah. Dilema sumber daya yang terbatas dengan keinginan yang tidak terbatas memaksa manusia melakukan pilihan atas keinginannya. Kemudian membuat skala prioritas pemenuhan keinginan, dari yang terpenting sampai yang tidak penting. Dalam ekonomi konvensional penentuan skala prioritas dilakukan berdasarkan selera pribadi masing-masing berdasarkan hawa nafsu. Tetapi dalam ekonomi Islam pilihan ini tidak dapat dilakukan semaunya karena setiap perilaku manusia selalu dipandu dalam Al-quran dan Sunnah.

Tokoh mazhab ini lulusan dari universitas barat. Oleh karena itu, mazhab ini tidak membuang secara langsung  teori ekonomi konvensional. Menurut Umer Chapra usaha mengembangkan ekonomi Islam bukan berarti memusnahkan hasil analisis yang baik yang telah dicapai oleh ekonomi konvensional. Mengambil sesuatu yang baik dari pemikiran dan budaya non-Islam tidak diharamkan.

Mazhab Baqir as-sadr

Dipelopori oleh Baqir as-sadr dengan bukunya yang fenomenal yaitu Iqtishaduna (ekonomi kita). Mungkin sebelumnya anda bertanya-tanya siapakah Baqir as-sadr, Muhammad Baqir al-Sadr dilahirkan di Kadhimiyeh pada 25 Dzulqaidah 1353 H/ 1 Maret 1935 M. Datang dari suatu keluarga yang terkenal dari sarjana-sarjana Shi’ite dan para intelektual Islam, Sadr mengikuti jejak mereka secara alami. Beliau memilih untuk belajar studi-studi Islam tradisional di hauzas (sekolah-sekolah tradisional di Iraq), di mana Beliau belajar fiqh, ushul dan teologi. Beliau adalah ulama syiah irak terkemuka, pendiri organisasi hizbullah di Lebanon.

Mazhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi tidak pernah bisa sejalan dengan Islam.  Ekonomi tetap ekonomi dan Islam tetap Islam.  Keduanya tidak akan pernah dapat dipersatukan karena keduanya berasal dari filosofi yang saling kontradiktif.  Yang satu anti islam sedangkan yang lainnya Islam. Menurut mereka perbedaan filosofi ini berdampak pada perbedaan cara pandang keduanya dalam melihat masalah ekonomi.  Menurut ilmu ekonomi, masalah ekonomi muncul karena adanya keinginan manusia yang tidak terbatas dan ketersediaan sumberdaya yang terbatas. Mazhab Baqir menolak pernyataan ini, karena menurut mereka Islam tidak mengenal sumberdaya yang terbatas.  Seperti yang ada di dalam Alquran ” Sungguh telah kami ciptakan segala sesuatu dalam ukuran yang setepat-tepatnya (54:49).  Oleh karena itu segala sesuatunya telah terukur dengan sempurna, Allah telah memberikan sumberdaya yang cukup bagi seluruh manusia di dunia.  Pendapat bahwa keinginan manusia tidak terbatas juga ditolak.  Contohnya Manusia akan berhenti minum jika dahaganya telah terpuaskan.

Mazhab Baqir berpendapat bahwa masalah ekonomi muncul karena adanya distribusi yang tidak merata dan adil sebagai akibat sistem ekonomi yang membolehkan exploitasi dari pihak yang kuat terhadap yang lemah.  Dimana yang kuat memiliki akses terhadap sumberdaya sehingga menjadi sangat kaya sedangkan yang lemah tidak meiliki akses ke sumberdaya sehingga menjadi sangat miskin.  Oleh karena itu masalah ekonomi bukan karena sumberdaya yang terbatas tetapi karena keserakahan manusia yang tidak terbatas.

Mazhab Alternatif-Kritis

Mazhab ini mengkritisi dua mazhab sebelumnya, mazhab Baqir dikritik sebagai mazhab yang berusaha menemukan sesuatu yang baru yang sebenarnya telah ditemukan oleh orang lain. Menghancurkan teori yang lama dengan menggantinya dengan teori yang baru sedangkan mazhab Mainstream dikritik sebagai jiplakan dari ekonomi neoklasik dengan menghilangkan variabel riba dan memasukkan variabel zakat dan niat. Mereka berpendapat bahwa analisis kritis bukan saja harus dilakukan terhadap sosialisme dan kapitalisme, tetapi juga terhadap ekonomi Islam itu sendiri. Mereka meyakini bahwa ekonomi Islam adalah hasil dari tafsiran manusia atas Al-Qur’an dan Assunnah, oleh karena itu teori-teori Islam harus selalu diuji kebenarannya.

Mazhab Mainstream Mendominasi Perekonomian Islam Kontemporer

Jika kita melihat sekilas di sekitar kita secara universal, maka sebagaimana pemaparan di atas bahwa Mazhab Mainstream sejalan dalam persepsinya dengan ekonomi konvensional tentang munculnya masalah ekonomi yaitu sumberdaya yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas. Pandangan mazhab ini hampir tidak ada bedanya dengan pandangan ekonomi konvensional, hanya saja perbedaannya terletak pada cara menyelesaikan masalah tersebut.

Jika kita melihat dari sisi kemajuan dan perkembangan teknologi dan perubahan organisasi dan ideologi, maka ketiga mazhab tersebut adalah sebuah kesatuan metodologi dan mampu untuk saling mengisi satu sama lain. Seperti halnya kekurangn mazhab mainstream yang cenderung disalah persepsikan sebagai ekonomi minus riba plus zakat dapat untuk kemudian  dapat ditegaskan kembali oleh Mazhab As Shadr dan dikoreksi secara terus menerus oleh Alternatif-kritis.

Ikuti tulisan menarik Ahmad Sofin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu