x

Iklan

julkhaidar romadhon

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Fenomena "Bankir" di BUMN

Rasa-rasanya pemerintahan sekarang yang paling banyak bankir yang banting setir. Mereka laris menjadi incaran Menteri BUMN untuk menduduki posisi kunci dis

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Rasa-rasanya pemerintahan sekarang yang paling banyak bankir yang banting setir. Mereka laris menjadi incaran Menteri BUMN untuk menduduki posisi kunci disejumlah BUMN.

Sebut saja, Sofyan Basir dari Bank Bukopin, BRI menjadi Dirut PLN, Emirsyah Satar dan penerusnya yang merupakan Dirut Garuda juga merupakan bankir dari Bank Mandiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada juga Dirut Pelindo Evelin G Masasya merupakan orang bank BNI, Djarot Kusumayakti Dirut BULOG juga merupakan direktur di Bank BRI serta yang paling fenomenal adalah Ignatius Jonan yang mantan Dirut PT KAI dan sekarang adalah Menteri ESDM merupakan mantan bankir citibank.

Lalu faktor apa yang membuat Menteri BUMN tertarik untuk merekrutnya.. ? kenapa mereka sukses menduduki posisinya sekarang ? 

Artikel ini selain untuk mengungkap rahasia kesuksesan mereka, juga mengungkap sisi lain yang harus diwaspadai Menteri BUMN sebelum menempatkan pada posisi kunci?

Pertama, kesuksesan para bankir dikarenakan pola pembinaan yang baik di perusahaan mereka. Pembinaan SDM di sejumlah Bank ternama di Indonesia sangat baik. Mereka memiliki corporate university untuk membentuk calon calon pimpinan atau bankir profesional, sistem pola karir yang bagus, hingga menugaskan karyawannya ikut pelatihan atau sekolah ke luar negeri.

Kedua; pengalaman mereka menangani keuangan sejumlah BUMN telah memaksa mereka belajar banyak dan memahami proses bisnis BUMN tersebut. Sehingga ketika  ditempatkan pada BUMN lain, mereka tidak kaku, ketika dibantu sedikit orang dalam pasti bisa langsung  jalan.

Cuma yang harus menjadi perhatian lebih Menteri BUMN dalam menempatkan para bankir di BUMN non bank adalah ;

Pertama, Sejumlah Direktur yang diangkat harus juga diisi oleh orang dalam BUMN itu sendiri. Walau bagaimanapun juga pegawai karir pasti yang paling tahu proses bisnis perusahaan tempat dia bekerja. Aspek teknis dan produksi merupakan aspek teknis yang pasti kurang dipahami para bankir. Sehingga akan menjadi blunder jika Menteri Rini menempatkan para bankir di posisi ini atau menempatkan semua bankir untuk menduduki di semua level direktur. Para Bankir yang hanya mengetahui struktur keuangan serta pengalaman manajerial tingkat tinggi dipastikan akan mengalami kesulitan dan berjalan lambat.

Kedua; Menteri BUMN dalam menempatkan sejumlah bankir juga harus memperhatikan latar belakangnya, baik pengalaman maupun pendidikan. Mendekati background yang linear sangat membantu kesuksesan sang bankir. Background yang biasa mengurusi uang, surat berharga akan sangat berbeda ketika mengurusi pangan. Karakteristik pangan dengan kebijakan serta perpolitikannya yang berubah-ubah tentu tidak bisa disamakan dengan bisnis perbankan yang selalu meminta kepastian. 

Ketiga; kesuksesan para bankir di sejumlah BUMN non bank, jangan dilihat semata-mata dari laba perusahaan. Namun harus juga dilihat dari kontribusi perusahaannya terhadap masyarakat banyak. Tentu kemampuan para bankir tidak diragukan lagi, ini sangat cocok dengan napas BUMN yang dituntut untuk memberikan sumbangsih laba atau keuntungan bagi negara.

Saya beri contoh pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang merasa heran terhadap kemiskinan yang meningkat di Indonesia. Walaupun uang negara sudah banyak digelontorkan buat subsidi hingga membiayai infrastruktur, namun angka kemiskinan tidak menunjukkan pengurangan significant.

Subsidi input pertanian yang mencapai 50 triliun tiap tahunnya, tapi petani tetap miskin. Subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah hingga pelayanan murah dari BPJS kesehatan juga tidak turut membantu.

Semuanya ini terjadi karena cara pandang yang berbeda dari pemerintah itu sendiri. BUMN yang dituntut mencari keuntungan pasti mencari cara agar perusahaannya tidak mengalami kerugian. Seperti contoh PLN sekarang yang menaikkan tarif dasar listrik hingga melakukan pencabutan subsidi listrik. Mereka tidak mau tahu masyarakat miskin semakin menderita, yang jelas perusahaannya harus untung terlebih dahulu.

Pertamina juga merasa rugi jika mereka tetap menanggung subsidi BBM tiap tahunnya. Sehingga mau tidak mau, tarif BBM harus naik atau menyesuaikan diri dengan harga pasar. Walaupun masyarakat di luar sana semakin menjerit dan bertambah miskin.

Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian serta kepiawaian menteri BUMN untuk menempatkan para bankir agar mampu sukses ditenpat yang baru. Jangan kesuksesan para bankir, dijadikan patokan untuk menempatkan para bankir disemua posisi kunci BUMN yang lain.

*) Kandidat Doktor Ilmu Pertanian Universitas Sriwijaya

 

Ikuti tulisan menarik julkhaidar romadhon lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

9 jam lalu

Terpopuler