x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 20 Juni 2019 00:02 WIB

Menonton Sidang Gugatan Pilpres

Sebagai bentuk pembelajaran dalam ber-demokrasi dan ber-hukum, proses di MK terlampau penting untuk dilewatkan. Proses ini mungkin terasa melelahkan ketika banyak orang ingin segera beralih ke urusan lain, tapi hak hukum tetaplah penting ditegakkan secara adil.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pemilihan presiden sudah usai. Rakyat sudah menentukan pilihan pada April lalu, tapi hingga hari ini hasil akhir masih menggantung. Para pengacara kedua kubu yang berkompetisi, maupun pengacara Komisi Pemilihan Umum (KPU), sedang beradu bukti dan argumentasi di ruang sidang Mahkamah Konstitusi (MK). Mudah-mudahan saja, penantian rakyat atas keputusan para hakim MK terjawab beberapa hari lagi.

Mungkin saja ada pihak-pihak yang tidak sabar ingin segera merayakan hasil akhir Pilpres tanpa ada lagi ganjalan. Namun, proses persidangan di MK memang harus dijalani sebagai bentuk pembelajaran kita bersama dalam berdemokrasi—pembelajaran yang terlampau penting untuk dilewatkan. Bahwa keputusan akhir MK nanti tidak bisa memuaskan kedua belah pihak sekaligus, ini perlu dimaklumi.

Betapapun ketidakpuasan terhadap keputusan MK nantinya tidak juga terlunasi, hidup mesti jalan terus. Biarlah para peneliti memelajari secara jujur dan cermat penyelenggaraan pilpres dan pileg kita. Sebagai peristiwa politik yang relatif kompleks prosesnya, pilpres merupakan materi telaah yang dapat memberi pelajaran berharga tentang beragam hal: relasi kuasa di antara elite politik dan partai, partisipasi rakyat, peran serta aparatur sipil, posisi TNI dan Polri serta institusi lainnya, posisi media massa dan media sosial, hingga kompleksitas penyelenggaraannya secara praktis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai bentuk pembelajaran dalam ber-demokrasi dan ber-hukum, proses di MK terlampau penting untuk dilewatkan. Proses ini mungkin terasa melelahkan ketika banyak orang ingin segera beralih ke urusan lain, tapi hak hukum tetaplah penting ditegakkan secara adil dengan memberi kesempatan kepada pihak yang tidak puas untuk maju ke MK. Mudah-mudahan saja pelajaran yang dipetik mampu mendongkrak tingkat kematangan kita dalam berdemokrasi, bukan saja secara prosedural tapi juga substansial—jujur, adil, berlomba untuk kebaikan, dsb. (Apakah harapan ini terkesan naif, lantaran pada akhirnya ini perkara kekuasaan yang punya logika dan moral sendiri?)

Banyak orang dan pihak berkepentingan dengan hasil akhir keputusan MK, tentu saja dengan harapan yang berbeda-beda. Ada yang ingin Jokowi dikukuhkan kemenangannya, ada yang ingin Prabowo dimenangkan para hakim MK. Harapan dan kepentingan ini, apa boleh buat, tampak memengaruhi bagaimana mereka menonton, menangkap kesan, menulis laporan, maupun mengomentari apa yang berlangsung di arena pertandingan—ruang sidang MK.

Menonton jalannya sidang dari luar ruang MK melalui live streaming maupun siaran cuplikan ulangan, tulisan jurnalis dan analis di media massa, maupun liputan stasiun televisi, serta kehebohan di media sosial dan komentar di media online, keriuhannya terasa menyerupai pertandingan sepakbola. Pertarungan kedua kubu capres ini mirip-mirip, tapi tidak sama, dengan persaingan Real Madrid vs Barcelona. Pertarungan ini tak ubahnya pertarungan el classico yang membuat banyak orang gatal untuk bekomentar dan gagal untuk berdiam diri merenungi apa sesungguhnya yang sedang terjadi pada bangsa ini. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler