x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 3 Juli 2019 23:05 WIB

Bangsa Tanpa Sesepuh

Pada momen yang lebih krusial, seperti ketika bangsa ini memerlukan pemulihan diri dari situasi yang menegangkan, sosok seperti ini sangat dibutuhkan. Sayangnya, betapa sukar kita menemukannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seruan rekonsiliasi—betapapun problematis istilah ini—tampak bagai gayung tak bersambut. Jalan menuju ke sana masih terhambat oleh sesuatu, entah apa. Seruan yang datang silih berganti seperti tak mampu menembus hambatan itu. Mungkin saja ini bukan karena seruan rekonsiliasi itu tidak bagus, melainkan karena siapa yang menyerukannya.

Mereka yang menyerukan rekonsiliasi membawa serta masalahnya, yakni telanjur berpihak sebelumnya. Posisi keberpihakan ini sangat mungkin membuat seruan mereka kurang didengarkan oleh pihak terkait, karena barangkali terkesan membawa serta kepentingan tertentu. seruan rekonsiliasinya dianggap tidak otentik.

Dalam situasi seperti itu, terasalah bahwa negeri ini memerlukan figur, sebutlah secara sederhana, ‘sesepuh bangsa’. Gambaran sederhana tentang sesepuh bangsa ini adalah sosok yang pernah memimpin bangsa ini. Tidak harus pernah jadi presiden, ketua umum partai, atau mengemban jabatan formal lain. Cukuplah ia orang yang suaranya didengar oleh beragam kalangan masyarakat karena kejujurannya, kearifannya, jangkauan wawasannya, kerendahhatiannya, rasa keadilannya, kesanggupannya untuk mendengarkan keluh kesah berbagai golongan, kewaskitaan hatinya, dan kepekaan rasa empatetiknya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sosok seperti itu perlu turun gunung manakala proses-proses sosial, politik, maupun kenegaraan menemui hambatan dan perlu terobosan segera. Karena nirkepentingan golongan, sosok ini akan lebih mudah bergerak ke sana kemari, menembus hambatan, dan membuka pintu dialog dengan siapapun. Ia diterima di rumah siapapun dan di rumah manapun karena dianggap bersih dari kepentingan pribadi dan golongan. Nasihatnya pun didengar oleh figur-figur yang masih aktif.

Sesepuh ini menjadi penyambung lidah dari satu pihak ke pihak lain tanpa diprasangkai, sebab ia tidak memboncengkan kepentingannya, karena ia menyampaikan pesan tanpa pramih kecuali untuk kebaikan bangsa. Sebagai pembawa pesan, ia bukan pula sosok manipulatif walaupun banyak orang mau menerima dan memerlukan kehadiran serta uluran tangannya.

Kendati banyak figur sepuh yang sudah lama malang-melintang dalam berbagai urusan dan peristiwa, namun sayangnya mereka tidak mampu menahan diri untuk berpihak secara terang-terangan. Padahal ia tahu kecondongan hatinya itu tidak perlu diungkapkan kepada umum selagi ia masih dibutuhkan oleh bangsa ini pada momen-momen yang lebih krusial daripada dukung-mendukung pencapresan. Cukuplah ia menunjukkan pilihan politiknya di hadapan dinding-dinding bilik suara.

Pada momen yang lebih krusial, seperti saat ini ketika bangsa ini memerlukan pemulihan diri dari situasi yang menegangkan, sosok seperti ini sangat dibutuhkan. Sayangnya, betapa sukar kita menemukannya. Dua mantan presiden kita memilih untuk tetap aktif terlibat dalam politik praktis ketimbang berperan sebagai orang yang dituakan oleh semua golongan. Barangkali B.J. Habibie dapat berperan sebagai sesepuh, atau adakah orang lain? >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu