3 Laki-Laki Sedarah Kuliah di 3 Strata Berbeda; Pentingnya Pendidikan Keluarga

Minggu, 1 September 2019 13:30 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Biarkan anak menemukan jalan pendidikannya sendiri. Orang tua cukup memfasilitasi. Itulah arti penting kesadaran pendidikan

Ketika 3 Cowok Sedarah, Kuliah di 3 Jenjang Berbeda

 

Sungguh, ini momentum langka. Sambil patut disyukuri. Atas anugerah dan karunia Allah SWT. Bagaimana tida? Tanpa diduga tanpa disangka. Tahun ini, persis bertepatan dengan 1 Muharram 1441 H, ada 3 cowok sedarah (seorang ayah dan dua anak laki-lakinya) ternyata semuanya menyandang status mahasiswa. Uniknya, 3 cowok sedarah ini berkuliah di di 3 jenjang strata yang berbeda dan di 3 bidang keilmuan yang tidak sama. 3 cowok sedarah, sebut saja namanya 1) Sang Maestro si anak ke-2, 2) Sang Guru si ayah, dan 3) Sang Perfecto si anak ke-1.

 

Sekali lagi bersyukur. Memang ini, sudah dalam skenario-Nya.

Sang Maestro, si anak ke-2, Farid Nabil Elsyarif. Saat ini baru saja menjadi mahasiswa semester 1 di S1 Prodi Statistika (peminatan Aktuaria) FMIPA Universitas Brawijaya (UB) Malang. Beruntungnya, biaya studinya disponsori oleh seorang aktuaris papan atas di Indonesia. Sejak awal Agustus lalu, alumni SMAN CMBBS Pandeglang yang hafiz 3 juz ini sudah bermukim di Malang. Insya Allah, pada tahun 2023 nanti ia akan lulus dan menjadi seorang Aktuaria.

 

Sang Guru, si ayah, Syarifudin Yunus. Saat ini pun sudah 2 semester berkuliah di Prtogram Doktor - S3 Manajemen Pendidikan Unpak Bogor. Alhamdulillah, biaya studi S3-nya diperoleh dari beasiswa Unindra, kampus tempatnya mengabdi lebih dari 25 tahun. Selain sebagai dosen, ia pun seorang konsultan di industri dana pensiun, asuransi jiwa, dan aset manajemen, termasuk sebagai pegiat literasi di Indonesia (Pendiri TBM Lentera Pustaka dan Penggagas Gerakan BERantas Buta aksara di Kaki Gunung Salak Bogor). Sebagai wujud tanggung jawab akademis, ia menargetkan lulus pada tahun 2021.


Sang Perfecto, si anak ke-1, Fahmi Rifli Pradana. Mulai 23 September 2019 ini pun mulai kuliah di S2 Manajemen Sistem Informatika Universitas Gunadarma. Ia baru wisuda S2 di kampus yang sama pada awal tahun ini dan berhak memeproleh fasilitas “wild card” sebagai alumni untuk melanjutkan studi ke S2 dengan biaya hanya 40% dari yang seharusnya. Karena saat ini bekerja sebagai Business Analyst (BA) di DSS Consulting, ia bertekad untuk membayar sendiri biaya kuliahnya. Agar bisa merasakan bayar kuliah sendiri, katanya. Insya Allah, bila ditekuni ia akan lulus paling lambat tahun 2022.

 

Mereka 3 cowok sedarah. Semuanya sama-sama mahasiswa di tahun 2019 ini; kuliah di 3 jenjang strata yang berbeda S1 – S2 – S3 dengan disiplin ilmu yang berbeda pula; Aktuaria – Manajemen Sistem Informatika – Manajemen Pendidikan.

 

Sungguh, ini menjadi bukti adanya kesadaran belajar, kesadaran pendidikan dalam satu keluarga. Karena suka tidak suka, pendidikan masih menjadi “jalan terbaik” untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Untuk agama, untuk karier, dan untuk sosial. Karena pendidikan yang baik atau buruk sangat ditentukan oleh si pembelajar itu sendiri, si individu masing-masing.

 

Belajar, kuliah atau pendidikan. Pun bukan semata-mata untuk meraih kesuksesan atau bahkan kekayaan. Pendidikan sejatinya adalah sinyal akan adanya kesadaran secara berkelanjutan untuk memperbaiki diri. Bukan untuk mengalahkan orang lain apalagi meremehkan orang lain. Pendidikan penting untuk membangun peradaban manusia; untuk menegakkan karakter manusia menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

 

Maka salah, bila orang kuliah dan berpendidikan untuk meraih kekayaan, mencapai kesuksesan. Kekayaaan dan kesuksesan di mata pendidikan “hanya bonus” semata. Hakikatnya, pendidikan adalah cara terbaik untuk memperbaiki diri. Setelah itu, untuk menularkan manfaat ilmu dan pengetahuan kepada orang lain.

 

Untuk apa pangkat, jabatan bahkan harta bila tidak bermanfaat untuk kemaslahatan orang lain. Untuk apa hidup untuk mencari tanpa tahu cara memberi….

 

Di depan sana, terlalu banyak ketidak-pastian. Maka cara sederhana untuk mendeteksi-nya adalah belajar dan pendidikan.  

 

Ketika 3 cowok sedarah, kuliah di 3 jenjang yang berbeda, di 3 jurusan yang tidak sama.

Ada pesan penting yang ingin disampaikan. Bahwa tidak ada resep yang paling jitu dalam mendidik anak. Kecuali “menyedikitkan omongan” dan “memperbanyak teladan”. Jangan mendidikan anak dengan mulut, tapi didiklah anak dengan contoh. Orang tua, siapapun, tidak perlu intervensi terhadap urusan pendidikan anak. Apalagi memilihkan program studi atau universitas. Biarkan saja anak-anak “menemukan jalan pendidikannya sendiri", sesuai kemampuan dan kebisaannya. Orang tua cukup memfasilitasi saja. Karean pendidikan di mata anak adalah cara sederhana anak-anak untuk meraih anugerah-Nya.

 

Teriring doa untuk 3 cowok sedarah yang sama-sama sedang kuliah. Agar semua dimudahkan urusan kuliahnya. Bisa rampung studi tepat waktu. Agar ilmunya bermanfaat bagi dirinya dan orang lain; untuk agama, untuk karier, dan untuk sosial. Dan jangan lupa, ketika 3 cowok sedarah kuliah. Ada 2 cewek hebat yang jadi tempat bersandar mereka; perempuan yang meneduhkan sperti langit; Sang Inspirator Farah, anak ke-3 dan Ibu dari anak-anak itu.

 

Kuliah, tentu bukan hanya untuk mendidik pikiran tapi untuk mendidik hati. Karena kuliah itu untuk mengobarkan api kebaikan, bukan mengisi bejana kesombongan.

 

Tetaplah bersyukur atas apa yang ada. Jangan mencari yang tidak ada. Ilmu itu berkah karena bermanfaat. Tapi ada harta yang melimpah tapi tidak maslahat…. Renungkanlah…. #TGS #SekeluargaKuliah #CowokSedarah

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
Lihat semua