x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 26 September 2019 17:33 WIB

Jangan Pernah Berpaling dari Rakyat

Sekalipun Sukarno, Hatta, dan Sjahrir diasingkan oleh kolonial Belanda sehingga mereka tidak bisa memimpin langsung di tengah rakyatnya, namun rakyat yang tengah berjuang dapat merasakan betul kehadiran ketiga pemimpin itu. Keberpihakan kepada rakyat merupakan wujud kehadiran mereka sebagai pemimpin.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Dalam situasi apapun, terlebih lagi pada saat keputusan penting harus diambil, rakyat sangat mengharapkan kehadiran pemimpin di tengah mereka. Hadir bukan sekedar orangnya ada, apa lagi sekedar muncul di televisi, melainkan hadir dalam arti mendengarkan suara, jeritan, keinginan, dan harapan rakyat. Hadir bukan hanya orangnya terlihat, melainkan dapat dijangkau [affordable] oleh rakyat, menyuarakan kehendak rakyat, membela kepentingan rakyat, dan memimpin rakyat di jalan yang benar.

Sebaliknya, pemimpin dapat dikatakan ‘absen’ dari tengah-tengah rakyat manakala ia bergabung dengan sedikit orang yang menguasai beragam sumber daya—orang-orang yang kerap disebut elite. Pemimpin boleh dibilang ‘absen’ manakala membiarkan apa yang buruk maupun yang berpotensi buruk terjadi bagi bangsanya terus berjalan. Pemimpin ‘tidak hadir’ bila membela yang kuat dan mengabaikan yang lemah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sudah semestinya pemimpin berpihak kepada yang lemah, yang karena kelemahannya telah memberikan amanah kepada dirinya untuk memimpin. Namun, bila ia memilih untuk bergabung dengan sebagian kecil orang yang menguasai akses kekuasaan, legislasi, ekonomi, maupun sumber daya lain, maka kelirukah bila dikatakan bahwa ia telah menjauhkan dirinya sendiri dari rakyat? Bukan rakyat yang menjauh, melainkan ia yang membuat jarak dan menjauhkan diri.

Dalam situasi yang sulit, pemimpin yang amanah tidak akan bersikap pura-pura tidak tahu bahwa rakyat telah mengirim sinyal peringatan, padahal sinyal itu bukan untuk menjatuhkannya, melainkan untuk mengingatkan bahwa ia jadi pemimpin karena amanah rakyat, dan karena itu jangan pernah berpaling dari rakyat. Rakyat mengingatkan bahwa sesuatu yang buruk dan berpotensi buruk sudah ada di depan mata, dan menjadi tugasnyalah sebagai pemimpin untuk meluruskan yang bengkok. Amat menyedihkan bila pemimpin membiarkan yang bengkok terjadi.

Pemimpin yang amanah juga tidak akan bersedia menerima inisiatif yang buruk. Ia tidak bisa berbalik badan dengan berdalih bahwa inisiatif itu datang dari pihak lain, tapi di saat yang sama ia enggan menolaknya. Logikanya sederhana saja. Jika ia tidak setuju dengan inisiatif buruk tersebut, ia akan tegas menolaknya. Jika ia tidak menolak inisiatif buruk yang datang dari pihak lain, walaupun ia tidak secara verbal mengatakan setuju, maknanya tetap saja ia setuju dengan inisiatif itu.

Pemimpin dinilai pertama-tama dari ucapan dan sikapnya terhadap sebuah persoalan. Meskipun ia tidak sedang berada di tengah rakyatnya secara fisik, tapi sikapnya yang berpihak kepada rakyat yang lemah menunjukkan karakternya sebagai pemimpin yang amanah. Keberpihakan kepada rakyat merupakan wujud kehadirannya sebagai pemimpin rakyatnya. Sekalipun Sukarno, Hatta, dan Sjahrir diasingkan oleh kolonial Belanda sehingga mereka tidak bisa memimpin langsung di tengah rakyatnya, namun rakyat yang tengah berjuang dapat merasakan betul kehadiran ketiga pemimpin itu. Mengapa? Karena sikap mereka yang tegas memihak rakyat yang lemah.

Di masa sekarang, tugas pemimpin tetap sama: hadir di tengah rakyat, memihak dan membela yang lemah, serta menekan yang kuat agar tidak semena-mena. Jika ada yang bengkok, tugas pemimpin meluruskannya dan bukan malah berbalik badan membelakangi rakyat dengan mengatakan itu inisiatif pihak lain, namun di saat yang sama ia tak mau menolak inisiatif itu.

Di saat-saat yang menentukan perjalanan bangsa seperti sekarang—di tengah persimpangan: apakah bangsa ini akan semakin korup atau semakin bersih, semakin demokratis atau oligarkis, kepemimpinan seorang pemimpin sungguh-sungguh diuji. Rakyatlah yang akan mencatat secara jujur dan adil dalam kitab sejarah apakah ia penguasa yang melemahkan si lemah dan memperkokoh yang sudah kuat, atau ia pemimpin sejati yang memperkuat si lemah dan meluruskan yang bengkok. Jika kedua hal terakhir ini ia jalankan, amal kebaikan akan menemani dirinya di Hari Akhir. Percayalah, ratusan juta rakyat akan menjadi saksi kebaikan baginya. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler