Buzzer Pendukung Jokowi Disorot, Begini Trik-trik Para Buzzer
Rabu, 2 Oktober 2019 09:19 WIBHarus diakui buzzer penyokong Presiden Joko Widodo cukup besar, apalagi pada masa kampanye pemilihan presiden yang lalu. Tapi belakangan para pendengung juga terlihat menempel pada tokoh politik atau pejabat yang lain.
Opini Majalah Tempo edisi terakhir, mengkritik tajam keberadaan buzzer pendukung Presiden Joko Widodo. Berjudul Saatnya Menertibkan Buzzer , penulis opini ini berpendapat: tingkah laku buzzer pendukung Jokowi makin lama makin membahayakan demokrasi di negeri ini.
Tulisan yang mendapat reaksi beragam di media sosial itu lebih banyak mengupas keberadaan buzzer pendukung Jokowi. Harus diakui buzzer penyokong Presiden Joko Widodo cukup besar, apalagi masa kampanye pemilihan presiden yang lalu. Tapi belakangan para pendengung juga terlihat menempel pada tokoh politik atau pejabat yang lain.
Baca juga:
Ulah Buzzer Pendukung Jokowi: Berbahaya dan Produk Gagal Demokrasi?
Bagi masyarakat umum mungkin sulit membedakan informasi yang disebar oleh buzzer dengan berita atau analisa yang normal, tanpa muatan propanda. Tapi kalau kita amati sejumlah tulisan ala buzzer biasanya tidak mengandung kejanggalan dari aspek logika. Aluran tulisan kadang melompat dari satu persoalan ke masalah lain.
Berikut ini sejumlah contoh pola penulisan ala buzzer.
1. Memiliki kosa kata yang khas dan seragam
Dalam suatu periode tertentu, akan muncul kosa kata yang seragam tapi ditulis dan sebar oleh orang atau akun yang berbeda-beda. Gaya tulisan bisa berbeda. Begitu pula judulnya. Tapi ada kosa kata yang khas selalu terselip.
Ambil contoh tulisan-tulisan yang bertebaran tak lama setelah terjadi kerusuhan Papua yang lalu. Ketika itu muncul banyak sekali tulisan mengenai Papua yang disebar ke media sosial. Nah isinya kalau diamati akan seragam. Intinya menyampaikan kabar bahwa keadaan Papua sudah “kondusif”, lalu menegakkan pentingnya “persatuan NKRI.”
Cara proganda ini sebetulnya menggelikan karena tidak akan efektif untuk menyelesaikan masalah Papua. Masyarakat luas mungkin terkecoh bahwa Papua sudah aman, tapi masyarakat Papua sendiri belum tentu merasa bahwa persoalannya mereka sudah selesai.
2. Membungkus muatan propanda dalam kemasan cantik
Ketika demonstrasi mahasiswa sedang panas-panasnya, banyak sekali sebaran tulisan yang menyanjung dan memuji demo mahasiswa. Sanjungan itu mewarnai bagian terbesar tulisan, tapi di ujungnya, muncul himbau agar mahasiswa hati-hati terhadap penyusup dan penumpang gelap demo.
Yang terakhir inilah sebetulnya motif utama tulisan itu: membesarkan adanya penunggang demo.
3. Menyebarkan kegiatan seorang tokoh dan memujinya terus menerus
Banyak sekali tulisan mengenai kegiatan tokoh si A atau si B yang secara rutin disebar di media sosial. Kegiatan itu betul dan nyata, walau aktivitas itu sebetulnya tidak terlalu penting bagi kepentingan publik secara luas. Nah, dalam tulisan soal kegiatan itu akan selalu diselipkan prestasi dan pujian terhadap tokoh ini.
Sanjungan itu terkadang tidak nyambung dengan konteks kegiatan yang diberitakan. Pujian itu kadang disampaikan dengan kosa kata yang hampir sama pada setiap tulisan
Baca juga:
Ulah Buzzer Pendukung Jokowi: Berbahaya dan Produk Gagal Demokrasi?
Inilah 2 Tantangan DPR pimpinan Puan, Sanggupkah Menjawab?
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Tragedi Golfrid Siregar, Aktivis Penggugat Petinggi: Sempat Hilang, Lalu Tewas Tak Wajar
Senin, 7 Oktober 2019 09:50 WIBUsai Kebiri KPK, Inikah Skenario Kedua: Presiden Dipilih MPR
Sabtu, 5 Oktober 2019 18:45 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler