x

Demonstrasi

Iklan

sutar temanggung

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 September 2019

Rabu, 2 Oktober 2019 09:19 WIB

Buzzer Pendukung Jokowi Disorot, Begini Trik-trik Para Buzzer

Harus diakui buzzer penyokong Presiden Joko Widodo cukup besar, apalagi pada masa kampanye pemilihan presiden yang lalu. Tapi belakangan para pendengung juga terlihat menempel pada tokoh politik atau pejabat yang lain.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Opini Majalah Tempo edisi terakhir, mengkritik tajam  keberadaan buzzer pendukung Presiden Joko Widodo. Berjudul Saatnya Menertibkan Buzzer  , penulis opini ini berpendapat:  tingkah laku buzzer pendukung Jokowi makin lama makin membahayakan demokrasi di negeri ini.

Tulisan  yang mendapat reaksi beragam di media sosial itu lebih banyak mengupas keberadaan buzzer pendukung Jokowi.  Harus diakui buzzer penyokong Presiden Joko Widodo cukup besar, apalagi masa kampanye pemilihan presiden yang lalu.  Tapi belakangan para pendengung juga terlihat menempel pada tokoh politik atau pejabat yang lain.

Baca juga:
Ulah Buzzer Pendukung Jokowi: Berbahaya dan Produk Gagal Demokrasi?

Bagi masyarakat umum mungkin  sulit  membedakan informasi yang disebar oleh buzzer dengan  berita atau analisa yang normal, tanpa muatan propanda.  Tapi kalau kita amati sejumlah tulisan ala buzzer biasanya tidak mengandung kejanggalan dari aspek logika.  Aluran tulisan  kadang melompat dari satu persoalan ke masalah lain.

Berikut ini sejumlah contoh pola  penulisan ala buzzer.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

1. Memiliki kosa kata yang khas dan seragam

Dalam suatu periode tertentu, akan muncul kosa kata yang seragam tapi ditulis dan sebar oleh orang atau akun yang berbeda-beda. Gaya tulisan bisa berbeda. Begitu pula judulnya. Tapi ada kosa kata yang khas selalu terselip.

Ambil contoh tulisan-tulisan yang bertebaran  tak lama setelah terjadi  kerusuhan Papua yang lalu. Ketika itu muncul banyak sekali tulisan mengenai Papua  yang disebar ke media sosial. Nah isinya kalau diamati akan seragam. Intinya menyampaikan kabar bahwa keadaan Papua sudah “kondusif”, lalu menegakkan pentingnya “persatuan NKRI.”

Cara proganda ini sebetulnya menggelikan karena tidak akan efektif untuk menyelesaikan masalah Papua. Masyarakat luas mungkin terkecoh bahwa Papua sudah aman, tapi masyarakat Papua  sendiri belum tentu merasa bahwa persoalannya  mereka sudah selesai.

2. Membungkus muatan propanda dalam kemasan cantik

Ketika demonstrasi  mahasiswa sedang panas-panasnya, banyak sekali  sebaran tulisan yang menyanjung dan memuji demo mahasiswa.  Sanjungan  itu mewarnai bagian terbesar tulisan, tapi di ujungnya, muncul himbau agar mahasiswa hati-hati terhadap penyusup dan penumpang gelap demo. 

Yang terakhir inilah sebetulnya motif utama tulisan itu: membesarkan adanya penunggang demo.

3. Menyebarkan kegiatan seorang tokoh dan memujinya terus menerus

Banyak sekali tulisan mengenai kegiatan tokoh si A  atau si B yang secara rutin disebar di media sosial. Kegiatan itu  betul dan nyata, walau aktivitas itu sebetulnya tidak terlalu penting bagi kepentingan publik secara luas. Nah, dalam tulisan soal kegiatan itu  akan selalu diselipkan prestasi dan pujian terhadap tokoh ini. 

Sanjungan itu terkadang tidak nyambung dengan konteks kegiatan yang diberitakan. Pujian itu kadang disampaikan dengan kosa kata yang hampir sama pada setiap tulisan

Baca juga:
Ulah Buzzer Pendukung Jokowi: Berbahaya dan Produk Gagal Demokrasi?
Inilah 2 Tantangan DPR pimpinan Puan, Sanggupkah Menjawab?

Ikuti tulisan menarik sutar temanggung lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler