x

Nadiem makarin jadi tumpuan perubahan pendidikan di Indonesia (sumber foto : kemendibud)

Iklan

Ismawan Amir

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 24 November 2019

Rabu, 27 November 2019 08:10 WIB

Ini Alasannya Dosen dan Guru Harus Terima Kasih ke Mas Menteri

Nadiem itu sengaja ditunjuk jadi Menteri agar merombak Pendidikan yang yang sudah old model. Kita masih mewarisi pendidikan era Belanda. Sekolah dan perguruan tinggi kehilangan ruh. Guru dan dosen sibuk dengan urusan administasi, kepangkatan, laporan kinerja, bahkan urusan kuitansi penelitian.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di ruangan redaksi sebuah media di Makassar. Prof Jimly Asshiddiqie, Guru besar Hukum, di hadapan pengurus Masika ICMI Sulsel membocorkan rahasia mengapa seorang Nadiem Makarim, pebisnis, yang ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan.

Banyak pihak yang mempertanyakan anak muda usia 35 tahun tersebut. Lulusan Harvard Business School. Apakah bisa memimpin kementrian dan membenahi Pendidikan.

Nadiem itu sengaja ditunjuk jadi mMenteri untuk merombak sistem pendidikan yang yang sudah old model. Kita masih mewarisi pendidikan era Belanda. Sekolah dan perguruan tinggi kehilangan ruh. Guru dan dosen sibuk dengan urusan administasi, kepangkatan, laporan kinerja, bahkan urusan kuitansi penelitian. Yang terakhir ini yang termasuk amat ribet. Beberapa dosen yang saya pernah temui mengeluh soal ribetnya membuat laporan kuitansi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Begitu pula dengan guru. Sahabat saya, istrinya seorang guru mengeluhkan tugas administasi yang harus dikerjakan istrinya. Tugas utama guru kita sepakati adalah mengajar. Tetapi dengan model pendidikan saat ini, guru lebih sibuk mengurus administrasi. Membuat silabus, rencana program pembelajaran, kalender pendidikan, program semester, program tahunan, dll. Semua itu harus dibagi dengan waktu mengajar. Belum lagi meneliti dan membagi diri untuk kebutuhan konsultasi dengan siswanya.

Saya sering jumpai guru di café hingga malam. Mereka harus menguplod file-file dengan memanfaatkan jaringan internet. Nah, disini kadang terjadi persoalan. Guru ada yang kurang keterampilan ber-internet. Ditambah akses internet yang kurang bagus di daerah tertentu.

Saya pun mengamini. Itu semua memberatkan guru dan dosen.

Kehadiran Nadiem diharapkan sebagai pembaharu. Sekolah dan kampus butuh kekacauan baru. Kekacauan itu diperlukan sebagai jembatan menuju perubahan. Nadim diharapkan memimpin perubahan pendidikan Indonesia. Pendidikan model baru. Berubah dari konten based ke kompetensi based.

Saya kira cita-cita Jokowi memajukan Pendidikan sudah ada sejak lama. Pada suatu kesempatan presiden Jokowi selalu menitip pesan bahwa tugas guru mendidik sebaiknya terhadap siswa-siswanya. Seharusnya tugas guru lebih banyak bersama peserta didik agar terjadi proses pendidikan yang berkualitas.

Momentum Hari Guru

Hari Guru. Itulah awal Nadiem Makarin memukul gong perubahan di kementrian. Pidatonya yang hanya dua lembar dipuji warganet. Baru kali ini ada menteri yang isi pidatonya amat singkat, padat, dan jelas. Pesan-pesan yang disampaikan cukup tegas.

Ada lima poin yang jadi catatan mas Nadiem. Hasil ujian bukan penentu potensi seseorang, karya merupakan alat ukur kesuksesan seseorang, setiap orang punya kebutuhan yang berbeda, inovasi harus dilakukan setiap guru, dan jadikan kelas lebih bersahabat dan wujudkan perubahan dari kelas.

Ajaklah kelas berdiskusi, bukan hanya mendengar. Berikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas. Cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas. Temukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri. Tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan. Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak.

Jangan Lupa Pendidikan Al Quran

Tujuan Mas Menteri untuk merombak sistem Pendidikan harus kita acungi jempol. Apresiasi dan dukungan mesti diberikan. Indonesia menghadapi era bonus demografi butuh SDM yang unggul. SDM yang memiliki kompetensi yang siap hadapi persaingan bebas.

Meski demikian, mas Menteri jangan lupakan Pendidikan islam. Pendidikan yang berbasis Al Quran. Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk bergama islam. Seyogyanya mereka belajar agama sebagai agama pembawa kedamaian.

Sejarah tidak pernah lupa. Ilmuwan dunia di masa lampau generasi yang cemerlang. Ada Ibnu Sina, Al Biruni, Al Farabi, Al Jabar, ada pula pemimpin muda Al Fatih. Mereka selain menguasai sains. Juga memiliki rukhiyah yang bagus. Diantaranya bahkan sudah menguasai Bahasa sejak kecil dan menjadi penghafal qur'an.

Mas Menteri, masa depan SDM Indonesia ada di tanganmu.

 

Ikuti tulisan menarik Ismawan Amir lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

6 jam lalu

Terpopuler