Hubungan kalangan Nahdlatul Ulama dan Front Pembela Islam belakangan ini memanas. Pemicunya tak lain adalah ceramah Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafid yang dianggap menghina Nabi Muhammad SAW.
Kendati Gus Muwafid sudah mengklarifikasi dan meminta maaf secara terbuka, anggota DPP Front Pembela Islam, Amir Hasanudin, tetap melaporkan Gus Muwafid ke Mabes Polri pada awal Desember lalu.
Ketegangan pun berimbas ke daerah. Pendukung sikap FPI itu nyaris bentrok dengan pemuda NU di Solo, pada Jumat, 6 Desember lalu. Pihak NU pun bersikap tegas, akan mengawal Gus Muwafid ketika berceramah di daerah-daerah.
Mungkin sebagian masyarakat penasaran, kenapa antara FPI dan NU sering bentrok dalam gerakan dan sikap politik? Saya riset akhir-akhir ini, dan menemukan tulisan yang bagus mengenai hal ini.
Tulisan itu berjudul “NU dan FPI dalam Tiga Matra” karya oleh M. Kholid Syeirazi, Sekjen PP Ikatan Sarjana NU. Artikel itu dimuat di Islam.NU.or.id pada 22 Mei 2017. Kendati tulisan lama, isinya amat relevan.
Berikut ini, saya coba sarikan isi dari tulisan itu, menyangkut persamaan tapi juga sekaligus perbedaan NU dan FPI.
1.Sama dalam tradisi keagamaan
Menurut Kholid Syeirazi, NU dan FPI sama-sama ‘pengamal bid’ah’. NU qunut, FPI qunut. Tarawih–nya sama-sama 20 rakaat. Sama-sama gemar shalawatan, tahlilan, dan ziarah kubur. Shalawatannya sama-sama pakai kata ‘sayydina’. Keduanya bukan penganut Islam puritan. Karena itu, FPI pasti tidak cocok dengan aliran Islam yang mengusung agenda purifikasi.
Kholid pun menjelaskan, dalam soal itu, FPI akur dengan NU, tapi akan “bentrok” dengan Wahabi, HTI, Islam modernis, dan aliran lain yang agendanya adalah memberantas TBC (tahayul, bid’ah, dan churafat).
Selanjutnya: sama pemikiran agama, beda politik
Ikuti tulisan menarik Anas M lainnya di sini.