2.Berbeda dalam pemikiran politik
Kholid Syerazi juga memaparkan, kendati FPI dan NU kompak dalam pemikiran keagamaan, tapi keduanya tidak akur dalam urusan pemikiran politik. NU menyatakan NKRI final, dalam bentuk sekarang. Habib Rizieq Shihab menginginkan NKRI Bersyariah. Agendanya seperti Piagam Jakarta.
Menurut Kholid, dalam masalah itu, FPI ‘bentrok’ dengan NU, tapi punya titik temu dengan sejumlah ormas Islam yang mendukung agenda formalisasi syariat Islam, entah itu HTI, Wahabi, atau sebagian partai eks-Masyumi yang mengusung isu formalisasi syariat Islam.
3. Berbeda dalam pola gerakan
Kholid memaparkan bahwa dalam harakah (gerakan), NU dan FPI cenderung tidak kompak. Dakwah NU mengusung prinsip tawassuth (moderasi), tasâmuh (toleransi), tawâzun (proporsional), dan i’tidâl (tidak berat sebelah). NU juga meyakini prinsip alon-alon, bertahap dalam dakwah dan mengamalkan syariat Islam. NU mengayomi budaya dan meyakini syariat Islam bisa diterapkan secara swadaya oleh masyarakat, tanpa legislasi dan campur tangan negara.
Menurut Kholid, dalam gerakan, FPI punya titik temu dengan gerakan Islam transnasionalyang mengusung agenda formalisasi syariat Islam. FPI juga resisten dengan adopsi budaya lokal sebagai medium dakwah. Karena itu, Habib Rizieq Shihab dengan keras menolak diskursus Islam Nusantara dan memelesetkannya dengan istilah yang kurang sedap.
Terakhir, Kholid Syeirazi menyimpulkan, dari tiga hal itu, satu setengah FPI cocok dengan NU, satu setengah yang lain FPI berbeda dengan NU. Menurut dia, dibanding kepada ormas Islam puritan, FPI sebetulnya lebih dekat secara ‘amaliyyah' dengan NU dan karena itu punya potensi untuk beraliansi strategis. Demikian pendapat M. Kholid Syeirazi. Karya asli beliau bisa di lihat di sini. ***
Ikuti tulisan menarik Anas M lainnya di sini.