Sikap NU
NU jelas bersikap mengakomodasi adanya negara nasionalis tapi tetap memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan tak harus merujuk pada khilafah, yakni penerapan syariat dan kemimpinan model Islam.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj mengatakan pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari, merupakan ulama pertama yang mencetuskan cinta Tanah Air pascabubarnya kekhalifahan Islam Turki Utsmani (Ottoman).
"KH Hasyim Asy'ari, kakeknya Gus Dur, begitu tahu kekhalifahan bubar, tidak ingin negara ini tanpa agama sampai mencetuskan 'hubbul wathan minal iman' atau cinta Tanah Air sebagian dari iman," ujar Said Aqil di Jakarta Mei lalu, seperti ditulis oleh Antaranews.
Ketua Umum PBNU juga mengatakan umat Islam dulu memiliki kekuatan sentral di bawah kekhalifahan. Khalifah bertanggungjawab atas keberlangsungan hajat hidup umat Muslim sedunia. Namun seiring pergolakan politik, kata dia, kekhalifahan justru tumbang di tahun 1920-an. Sejumlah unsur umat Islam di berbagai belahan dunia kehilangan pemimpin sentral.
Efek dari berakhirnya kekhalifahan, kata Said Aqil, juga berdampak terhadap Indonesia yang sedang ada di masa awal kemerdekaan. Jika keadaan dibiarkan bisa saja Indonesia ikut tumbuh sebagai negara yang sekuler atau memisahkan agama dari urusan kenegaraan.
KH Hasyim, menurut Said, terus menggelorakan "hubbul wathan minal iman" di berbagai tempat. Bahkan saat itu, belum ada satupun ulama termasuk di Timur Tengah yang memiliki wawasan cinta Tanah Air sebagian dari iman.
Selanjutnya: Sindiran untuk UAS
Ikuti tulisan menarik Anas M lainnya di sini.