x

Judul buku Rumpa'na Bone

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 27 Desember 2019 14:03 WIB

Runtuhnya Kerajaan Bone

Novel berbasis sejarah Kerajaan Bone yang penuh dengan kepahlawanan dan nilai-nilai Bugis.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Rumpa’na Bone

Penulis: Andi Makmur Makka

Tahun Terbit: 2015

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Penerbit Buku Kompas                                                                         

Tebal: xiv + 202

ISBN: 978-979-709-904-6

 

Wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) adalah sebuah wilayah yang mempunyai peran yang sangat penting di kawasan Nusantara. Peran wilayah ini bahkan sudah ada sebelum Majapahit berjaya. Perniagaan di wilayah utara dan timur Nusantara dikuasai oleh orang-orang dari wilayah Sulsel. Mereka adalah pelaut sekaligus niagawan yang ulung. Bukan hanya dalam hal melaut dan berniaga, orang-orang Sulsel juga membangun budaya yang adiluhung. Keris dan senjata tikam, kitab La Galigo adalah dua contoh karya agung kebudayaan di bagian selatan Pulau Sulawesi ini. Namun demikian kisah tentang wilayah Sulsel sangatlah sedikit tertulis dalam sejarah nasional. Itulah sebabnya setiap ada buku yang membahas tentang sejarah Sulsel selalu menarik bagiku - termasuk pun novel-novel yang berbasis sejarah.

Ketika kulihat “Rumpa’na Bone” terjajar dalam sebuah bazar buku Gramedia, serta merta saya comot dan saya bawa ke kasir. Saya yakin bahwa buku ini akan melengkapi pengetahuan saya tentang dinamika sejarah Sulsel; khususnya sejarah tentang Bugis, Makassar dan Mandar. Sebab informasi yang ada di versi resmi Sejarah Nasional hanyalah tentang pertikaian Arung Palakka si Raja Bone dengan Hasanuddin sang Raja Goa. Itu pun ditulis dalam warna hitam putih.

Saya telah membaca “Warisan Arung Palakka” karya Leonard Andaya. Buku karya Leonard D Andaya ini membedah dinamika kerajaan-kerajaan di wilayah Sulsel, khususnya antara Goa Tallo melawan Bone. Buku ini membahas latar belakang dinamika politik abad 15-16 di Sulsel, pengaruh Agama Islam di Sulsel dan pertikaian antara Arung Palakka dengan Hasanuddin serta pengaruhnya pada imigrasi besar-besaran orang Sulsel ke wilayah lain di Nusantara. Buku karya Andaya ini membuat saya mengerti lebih mendalam tentang pertikaian Goa Tallo dengan Bone. Tidak lagi hitam putih seperti yang saya pelajari di matapelajaran sejarah di sekolah.

Buku “Rumpa’na Bone” karya Andi Makmur Makka adalah kelanjutan kisah Kerajaan Bone, setelah Arung Palakka. Kisah tentang surutnya salah satu kerajaan besar di wilayah Sulsel. Buku ini mengisahkan Arumpone Batara Tungkena Bone, Raja Bone ke-31 yang memerintah Kerajaan Bode dari tahun 1895-1905. Raja Batara Tungkena menolak permintaan Pemerintah Hindia Belanda untuk menyerah dan membayar denda karena dianggap telah mengingkari perjanjian dengan Pemerintah Belanda. Karena menolak ultimatum Belanda, maka terjadilah perang terbuka antara pasukan Belanda dengan pasukan Bone. Karena kalah persenjataan, akhirnya Arumpune Batara Tungkena Bone harus melarikan diri dari Soaraja (kota raja) dan akhirnya tertangkap di Buttu Batu, Tana Toraja. Raja Bone akhirnya dibawa ke Batavia dan Bandung. Beliau ditawan selama enam tahun di Bandung. Beliau wafat saat dipindahkan ke Batavia pada tanggal 17 Januari 1911. Sampai dengan wafatnya Arumpone tidak pernah mau menyerah kepada Belanda. Setelah wafat beliau diberi gelar Arumpone La Pawawoi Karaeng Segiri, Matinroe’ ri Jaraketta.

Selain dari kepahlawanan pasukan Bone, Andi Makmur Makka juga berhasil menjelaskan suasana kehidupan keluarga raja di Soaraja. Penggambaran suasana Soaraja menunjukkan bahwa Islam mulai menguat di Kerajaan Bone, tetapi adat lama masih bercokol. Terbukti masih adanya bissu yang memberi pelayanan dalam keseharian ritual di rumah raja. Juga masih dipakainya sebutan Dewatasewae untuk menyebut Allah – Penguasa Alam Semesta.

Dengan menggunakan tokoh bernama Petta Sale’, Andi Makmur Makka mengisahkan kepahlawanan tentara Bone dalam menghadapi pasukan Belanda yang lebih canggih persenjataannya. Makmur Makka menggambarkan betapa Raja yang sudah tua ini tetap tegar dan penuh semangat menghadapi peperangan yang panjang. Sikapnya yang tidak mau dilayani secara berlebihan telah membakar semangat pasukan pengawalnya sampai dengan saat dimana beliau ditangkap.

Andi Makmur Makka sangat berhasil dalam mengungkapkan sifat orang Bugis dalam menghadapi sebuah masalah. Orang Bugis terkenal dengan kemauan yang keras dan mempertahankan harga diri meski nyawa taruhannya. Peperangan dan pengejaran Raja Bone oleh tentara Belanda dipakai oleh Makmur Makka untuk menunjukkan sifat-sifat orang Bugis yang sangat tegar dan kuat dalam membela harga diri. Percakapan antara Petta Sale’ dengan adiknya Petta Toro menjelang penyerbuan Bajoe’ oleh tentara Belanda berikut menunjukkan semangat membela siri.

“Kekuatan kita mungkin tidak bisa menandingi musuh. Tetapi siri kita tidak bisa dikalahkan oleh bangsa pendatang.”

“Tetapi hati-hatilah.”

“Pergilan menjauh, Daeng. Tugas saya di sini sangat terhormat. Menyongsong maut dalam perang mempertahankan harga diri Kerajaan Bone. Kematian pun akan terasa nikmat.”

Ada sedikit hal yang mengganggu saya. Di awal novel di bab “Melanggar Pangadareng” dikisahkan pelanggaran adat karena persetubuhan antara Petta Sale’ dengan I Bunga Rosi. Saat membaca bagian ini saya mengira akan ada kisah lanjutan antara Petta Sale’ dengan I Bunga Rosi. Namun sampai dengan akhir novel kisah ini tak lagi disebut. Bahkan Makmur Makka tak mengbubungkan sama sekali pelanggaran adat ini dengan keruntuhan Kerajaan Bone. Saya bertanya-tanya, apa maksud Makmur Makka memasukkan bab ini jika tidak bersambung di bab-bab selanjutnya; bahkan tidak dihubungkan dengan keruntuhan Kerajaan Bone.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB